Bukan Mantan, tapi pernah berarti.
Saat rasa cinta datang kita tak tahu dimana dia akan berlabuh, kita bahkan tak bisa menolak perasaan yang mencokol dan mendamba ingin memiliki.
Lalu bagaimana jadinya jika perasaan tersebut tak bersambut? berjuang mungkin salah satu jalannya.
Namun, bagaimana jika kita sudah berjuang cinta itu tetap tak bersambut? menyerah, mungkin yang terbaik.
Tapi bagaimana jika disaat kita menyerah, cinta itu justru memberi luka yang mendalam hingga berbalik menjadi benci.
Nizar Raksa Darmaji cowok yang dicintai Anggun, merenggut kesuciannya hanya karena salah paham, dan karena itu Anggun harus menanggung kesedihan yang teramat dalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Menemui Arumi
"Kak, Nizar ..." ucapan itu terdengar gugup saat Nizar berdiri di depan Arumi.
Nizar tersenyum meski tidak sampai ke mata "Arumi, gimana kabar lo?"
Berbeda dengan Nizar Arumi justru tersenyum hangat "Aku baik kak, kakak sendiri gimana?" sudah satu tahun Arumi tidak bertemu Nizar, dan saat kembali melihat Nizar, perasaan Arumi yang terkubur kembali muncul.
Banyak perubahan dalam diri Arumi, gadis itu nampak cantik dan tak lagi mengenakan kacamata, rambut pendeknya akibat di potong Anggun juga sudah memanjang, membuatnya semakin cantik, tapi bukan itu fokus Nizar saat ini, dia hanya ingin tahu tentang kejujuran Arumi "Bisa kita ngobrol bentar, ini lagi jam istirahat kan?"
Arumi mengangguk, tidak menyangka jika Nizar sengaja datang untuk menemuinya, bolehkah dia merasa terharu?
Arumi benar- benar tak menyangka dengan apa yang terjadi hari ini, hatinya merasakan euforia, selama ini Arumi hanya mengikuti Nizar dari sosial medianya yang bahkan jarang menampilkan Nizar dalam postingannya, Nizar termasuk yang tak suka berfoto untuk dibagikan ke media sosial, dia hanya memfoto sekitarnya dan menyertakan caption yang menarik lalu mengunggahnya, tapi itu cukup membuat Arumi senang, karena tetap tahu kegiatan Nizar meski dia juga jarang aktif..
Tidak sulit menemui Arumi tentu saja dia masih ada di SMA yang sama. Dan Nizar sengaja datang untuk menanyakan sendiri apa yang menjadi kecurigaan Ibra tempo hari.
"Kita bisa ke kantin, kak," ajak Arumi.
Nizar menggeleng "Gue mau ajak lo ke cafe di sebrang jalan." Arumi mengangguk dan mengikuti langkah Nizar keluar dari area sekolah dan menyebrang jalan.
"Kapan kakak pulang?" tanya Arumi saat mereka mendudukan dirinya di kursi cafe.
"Beberapa hari lalu, dan ini juga yang menjadi alasan gue pulang, dan nemuin lo hari ini." Arumi mengeryit, tapi dia tak menyela ucapan Nizar. "Gue mau tanya, dan gue harap lo jawab dengan jujur."
"Apa." Arumi merasakan jantungnya berdebar kencang, kenapa nada bicara Nizar sangat serius, apa yang ingin dia tanyakan?
"Lo bilang lo waktu itu di jual Anggun, gue mau tanya, gimana caranya lo bisa ada di hotel? Anggun yang bawa lo?"
Arumi tertegun, tak menyangka jika Nizar akan menanyakan pertanyaan tentang kejadian satu tahun lalu, Arumi menunduk dan meremas tangannya "Aku di ajak kak Anggun buat datang ... Tapi pas udah disana, kak Anggun malah ajak aku ke kamar hotel, terus aku dikunci sampai om- om itu datang dan dia bilang dia udah bayar mahal buat aku." Arumi menutup wajahnya seolah dia sedih karena mengingat kenangan menyakitkan, tapi Nizar tahu Arumi berbohong, sebab dari rekaman cctv menunjukan yang membawa Arumi bukan Anggun tapi Renata, bahkan hingga Arumi di bawa ke dalam kamar Nizar sama sekali tidak menemukan Anggun.
Tapi kenapa Arumi harus menyeret Anggun dalam masalah ini "Menurut lo bagaimana Anggun?" sekali lagi Nizar ingin melihat bagaimana reaksi Arumi.
Arumi mengepalkan tangannya "Menurut kakak, setelah apa yang terjadi sama aku, apa aku harus memujinya." Nizar terkekeh lalu mengangguk.
"Gue berharap lo jawab pertanyaan gue dengan jujur, tapi rupanya lo bohong."
Degh,
Arumi merasakan jantungnya berdebar kencang, apa yang Nizar ketahui.
"Gue harap lo jawab dengan jujur kali ini Arumi, karena ini kesempatan lo yang terakhir," ucap Nizar lagi.
"Siapa yang bawa lo masuk ke dalam hotel?" tatapan Nizar begitu dingin dan tajam hingga Arumi membeku dengan bibir yang terasa kelu.
"Kak, aku ..."
"Cukup jawab gue Arumi, lo tahu karena apa yang lo katakan waktu itu, gue melakukan kesalahan besar yang mungkin gak aka termaafkan sama Anggun!"
Melihat tatapan tajam dari Nizar Arumi membeku takut, dia tak menyangka Nizar bisa punya mata seperti itu, mata Nizar terlihat merah dan mengerikan dengan tatapan tajam dan menghujam hingga Arumi bergetar.
"Maafin aku kak ... Aku ..." Arumi mulai menceritakan semuanya pada Nizar mulai dari bagaimana dia bisa mendapatkan gaun Anggun, dan memakai topeng agar bisa menggantikan Anggun untuk bertemu dengan Nizar, dan yang membuat Nizar tak percaya bagaimana bisa Arumi membawa Anggun dalam masalah ini padahal Anggun tak terlibat.
"Dan lo nyalahin Anggun yang seharusnya masuk ke jebakan Renata itu dia?" Nizar menggeleng tak menyangka, gadis yang dia kira lugu ternyata penuh kebohongan.
"Aku cuma ngerasa ini gak adil buatku kak." Arumi mulai terisak, dia sungguh takut mendengar Nizar beberapa kali membentaknya.
"Bagian mana yang menurut lo gak adil, bahkan lo sendiri yang sengaja pake gaun Anggun yang diberikan Renata, dan bukan gak mungkin kalau sebenarnya Renata berniat buruk pada Anggun, dan bodohnya lo malah menyerahkan diri lo, dimana salah Anggun sampe lo nyalahin dia."
"Aku kira kak Anggun yang nyuruh kak Renata kayak waktu itu."
Nizar menggeleng "Anggun gak pernah nyuruh Renata untuk membully orang lain," ya, dan harusnya dia percaya pada fakta itu, sekarang dia menyesal tak pernah percaya pada Anggun.
"Satu lagi, yang motong rambut lo juga Renata?" Arumi yang tak berdaya hanya bisa mengangguk lemah, dan kini Nizar meraup wajahnya kasar.
Astaga ...
"Kak." Anggun memegang tangan Nizar saat cowok itu beranjak "Maafin aku, aku ... Aku ... " Arumi memejamkan matanya lalu berucap "Dari semua itu, kakak tahu sekarang perasaan aku, aku memakai gaun itu supaya bisa bareng kak Nizar malam itu, tapi aku sadar dan aku gak berharap kakak membalas perasaanku, tapi ... aku mohon kakak masih mau berteman denganku ..."
....
Nizar meremas rambutnya frustasi, dia benar- benar sudah bersalah pada Anggun "Sialan, brengsek lo Zar, lo bener- bener bejat," umpatnya pada diri sendiri.
Nizar melajukan mobilnya hingga tiba di rumah kontrakan Anggun, lama dia berdiam disana berharap bisa melihat Anggun dan meminta maaf atas kesalahannya satu tahun lalu, namun lama menunggu Nizar tak juga melihat batang hidung Anggun.
Nizar melangkah keluar dari mobil dan memutuskan untuk mendatangi Anggun secara langsung, namun matanya terpaku saat melihat seseorang yang baru saja memasuki pekarangan rumah Anggun, seorang gadis berambut panjang dengan buku di tangannya dan tas yang menggantung di punggungnya, nampak dari penampilannya dia seperti seorang mahasiswi "Anggun?" dengan langkah cepat Nizar berjalan dan menepuk punggung gadis berambut panjang itu "Anggun," panggilnya lagi.
Namun saat gadis itu menoleh Nizar harus menelan kecewa ternyata dia bukan Anggun, dan yang dia lihat hanya sebuah bayangan. "Maaf, saya salah orang." gadis itu tersenyum mengangguk dan melanjutkan langkahnya memasuki rumah yang Nizar kira rumah Anggun.
Seakan tersadar Nizar melanjutkan langkahnya dan bertanya pada gadis tadi "Maaf, bisa saya bertemu Anggun?"
Gadis itu menoleh dan mengeryit lalu berkata "Gak ada yang namanya Anggun disini."