Tak mau anaknya tumbuh menjadi mafia, Erika nekat pergi meninggalkan Ervan, suaminya sendiri. Mengingat sang suami adalah ketua mafia yang paling ditakuti dan kejam.
Demi sang anak, Erika rela meninggalkan kehidupan mewah dan dunia gelapnya. Namun kaburnya Erika tentu tak lepas dari perhatian Ervan. Karena itu, Erika beberapa kali harus berpindah-pindah tempat tinggal untuk menghindari kejaran sang suami.
Suka dan duka dilalui Erika. Hidup di luar dari kebiasaannya tidak mudah. Apalagi saat dia harus bekerja di bawah pimpinan orang. Alhasil Erika mencoba membuat usaha. Ia pergi ke desa dan membeli lahan luas di sana. Erika memutuskan bercocok tanam buah dan sayuran sebagai mata pencaharian baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14 - Tentang Lahan Kosong
"Mr. Sullivan adalah pemimpin desa ini. Dia yang paling berkuasa. Tidak ada yang berani melawannya. Oke?" Ethan menjelaskan sambil kembali menjalankan truck kecilnya.
"Apa dia terlibat dengan tingginya kriminalitas di desa ini?" selidik Erika dengan dua tangan yang menyilang di dada.
Ethan melebarkan kelopak matanya. Dia tampak terkejut. "Kenapa kau menduga begitu?" tanggapnya.
"Hanya menebak. Karena biasanya hal yang terjadi di suatu tempat pasti berkaitan dengan pemimpinnya. Bukankah itu hal umum?" balas Erika.
Ethan terdiam. Ia menatap Erika selintas. Dari gelagatnya, dia tidak melihat sedikit pun ketakutan dari perempuan tersebut. Menurutnya Erika terkesan memiliki karakter kuat dan berani.
Senyuman tipis mengembang di bibir Ethan. Dia ragu Erika akan betah menetap di desa Lotuscia. Apalagi saat melihat satu-satunya lahan kosong yang akan ditunjukkannya nanti.
Tak lama kemudian, Ethan dan Erika tiba di tempat tujuan. Mata Erika lansung tertuju pada sebuah rumah tua yang mencolok di tengah-tengah lahan penuh rumput kering.
"Apa ini tempatnya?" tanya Erika.
"Ya. Ini adalah satu-satunya lahan kosong di desa," jawab Ethan.
"Kau yakin tidak ada lahan selain ini?" tukas Erika.
Ethan tersenyum singkat. "Percayalah, kalau kau bertanya pada warga desa selain aku, mereka akan bersikap tak acuh. Bahkan mungkin mereka tidak akan memberitahumu tentang satu-satunya lahan kosong ini," jelasnya sembari keluar dari truck. Lalu di ikuti oleh Erika setelahnya.
"Pasti ada alasan kenapa tidak ada yang membeli lahan ini," ungkap Erika.
"Memang! Tempat ini angker. Kau lihat rumah tua yang berdiri kokoh itu? Pernah terjadi insiden perampokan di sana. Insiden itu membuat seluruh keluarga mati di sana. Katanya tanah di lahan ini terkutuk. Jika menanam sesuatu di sini, maka pasti akan mati. Kalau subur pun, maka akan menjadi korban binatang pengerat. Banyak musang dan tikus tanah di sini," terang Ethan panjang lebar sambil menunjuk titik-titik yang dirinya maksud.
"Siapa pemilik lahan ini? Aku ingin membelinya," imbuh Erika.
"Hah? A-apa?" Ethan kaget. Dia tak menyangka Erika sama sekali tidak terusik dengan fakta mengenai lahan kosong tersebut.
"Aku ingin membelinya. Dengan keadaan begini, aku yakin pasti harganya murah. Cocok sekali dengan persediaan uangku sekarang," sahut Erika.
"Kau tidak takut dengan hantu atau kutukan di tempat ini?" tanya Ethan yang masih merasa sulit percaya.
Erika menatap Ethan dengan ujung matanya. "Beritahu aku, apa pernah ada orang yang tinggal di tempat ini setelah insiden perampokan itu?" tanyanya.
"Tentu saja ada. Tiga kali malah. Dan ketiga keluarga itu tidak ada yang betah tinggal di sini," ujar Ethan.
"Setidaknya biarkan aku mencoba. Lagi pula hanya gangguan bukan? Selagi tidak menyakiti, maka tidak masalah," balas Erika tak peduli. "Sekarang beritahu aku siapa pemilik lahan ini?" lanjutnya seraya berjalan mendekati rumah tua kosong. Lalu menoleh ke arah Ethan.
Dengan perlahan, Ethan mengangkat satu tangannya ke udara. Ya, lahan kosong itu ternyata miliknya. Dia sama sekali tak menduga Erika tertarik membeli. Padahal tujuan utama Ethan membawanya ke sana karena ingin menakuti Erika. Ethan berpikir hal itu mampu mengurungkan niat Erika untuk tinggal di desa Lotuscia. Namun pada kenyataannya tidak.
"Kau yakin ingin membelinya?" sekali lagi Ethan bertanya.
"Ya. Beritahu aku harganya," tanggap Erika.
"Tapi tempat ini benar-benar angker. Kakakku dan keluarganya hanya sanggup bertahan tinggal di sini selama dua minggu," kata Ethan.
"Bukankah harusnya kau senang mendapat orang yang mau membeli lahanmu?" balas Erika. Dia tetap kukuh pada keputusannya.
mau kemana coba... anak buah udah pada dibantai sama evan
Penasaran akan tindakan Erika menyelesaikan masalah anak² 🤔💪
syukurlah.....
emang cinta itu rumit ya... kita nggak bisa milih mau jatuh cinta ke siapa...🥰🥰🥰