Mikayla adalah Perawat Gigi. Ia telah dikhianati oleh pacarnya sendiri yang berselingkuh dengan teman seangkatan perawat. Pacarnya adalah seorang anggota Polri. Namun cintanya kandas menjelang 2 tahun sebelum pernikahannya. Namun ia mengakhiri hubungan dengan pacarnya yang bernama Zaki. Namun disamping itu ia ternyata telah dijodohkan oleh sepupunya yang juga menjadi anggota Polri. Apakah ia akan terus memperjuangkan cintanya dan kembali kepada Zaki, atau lebih memilih menikah dengan sepupunya?
ikuti kisah selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih Baik
"Pulang yuk Mik, sudah gerimis nih." Ali menarik tangan Mika yang masih asyik memainkan ponselnya untuk menscroll-scroll media sosialnya.
Mika yang baru saja selesai makan nasi goreng dan sedang bersantai seketika tersentak kaget karena tangannya ditarik tiba-tiba oleh tangan besar Ali.
"Iya, bang." Sahut Mika lirih, dan mengekori Ali untuk segera masuk kedalam mobil dengan lari-lari kecil karena hujan sudah mulak turun.
"Untung langsung cepat masuk ke mobil, kalau nggak basah deh." Ucap Ali yang langsung menutup pintu mobilnya dengan kencang.
"Tapi aku belum mau pulang." Rengek Mika yang masih asyik diluar rumah.
Waktu sudah menunjukan pukul setengah satu malam.
"Sudah jam setengah satu, Mika. Kita pulang saja ya." Bujuk Ali dengan suara lembutnya agar ia tidak salah ucap kembali.
"Aku belum mengantuk, bang Ali sayang." Mika mengucapkan nama Ali dengan embel-embel sayang membuat hati Ali sedikit bergetar.
"Pokoknya kita pulang! Daripada kita terjebak hujan. Nanti aku kelonin kalau kamu nggak bisa tidur." Ali mencoba menenangkan Mika seperti anak kecil saja.
Mika langsung mengerucutkan bibirnya. Ali langsung reflek mencolek dagu lancip milik Mika.
Ali memasang seatbelt dan langsung melajukan mobilnya untuk segera menembus jalanan kota yang sudah basah terguyur air hujan.
Hujan sudah sangat deras. Suasana angin luar menjadi dingin. Hujan memang selalu membuat candu.
Mika menatap jalanan kota Jakarta sambil menyandarkan kepalanya.
Matanya menerawang keluar jalanan yang tersapu oleh air hujan.
Ali masih tetap memfokuskan pandangannya lurus kedepan. Ia menerobos derasnya hujan yang jatuh diatas mobilnya.
*
"Mik, Mika bangun Mik. Katanya belum mengantuk tapi dia malah molor dimobil." Ali membangunkan Mika dengan mengguncang-guncangkan tubuh Mika yang sudah terlelap di sandaran mobilnya.
Sudah berulang kali Ali membangunkan Mika namun Mika tak kunjung bangun juga.
Memang sangat susah sekali Mika dibangunkan kalau sudah tertidur pulas.
Ali menunggu sejenak sampai hujan sedikit reda.
Kemudian ia langsung membopong tubuh Mika dan membawanya masuk kedalam.
Dengan sigap dan cekatan Ali mengangkat tubuh Mika membawanya ke dalam rumah, mengunci pintu rumah dan langsung beranjak menaiki tangga lalu membawa Mika masuk kedalam kamarnya.
Ali meletakkan tubuh Mika di atas kasur, kemudian melepaskan sepatu yang Mika kenakan serta jaket yang Mika masih ia kenakan.
Saat jaket sudah terbuka, ternyata Mika hanya menggunakan tanktop saja.
Bahkan ia pun juga tidak memakai bra.
Ali menggelengkan kepalanya, kebiasaan Mika kalau sudah malam jarang sekali memakai bra.
Ali mengusap lembut pucuk kepala Mika dan mencium kening Mika.
Lalu Ali segera membalikkan tubuhnya dan beranjak berjalan menuju kamarnya.
Ia pun juga sudah sangat lelah.
Karena seharian bekerja dengan banyak kasus yang telah ia selesaikan di kantornya.
Ia melepaskan pakaian nya dan mengganti dengan kaos oblong serta celana pendek yang longgar agar tubuhnya mendapat sirkulasi udara.
Tubuhnya ia hempaskan diatas kasur yang empuk, sambil memainkan ponselnya.
Matanya tidak sengaja melihat-lihat media sosial milik Janice.
Kekasihnya yang sudah ia pacari sedari ia masih pendidikan Akpol.
(Ali: Hai, sudah tidur?) Ali mengirimkan sebuah pesan kepada Janice.
Sambil menunggu balasan dari Janice ia menyempatkan untuk bermain game di ponselnya.
Tidak lama kemudian ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk.
Ting!
(Janice: Iya sayang, aku baru mau tidur. Kamu sedang apa?)
(Ali: Tumben sudah mau tidur saja. Biasanya kamu insomnia)
Jawab Ali yang sangat mengetahui kebiasaan buruk kekasihnya.
(Janice: Iya, aku sudah beberapa minggu menerapkan supaya nggak insomnia terus sayang)
(Ali: Alhamdulillah deh kalau begitu)
(Janice: Ya sudah sayang, aku tidur duluan. Sudah mengantuk dan sudah lelah banget)
(Ali: Okay, selamat tidur)
Ali menghembuskan nafas panjang nya. Saat ia hendak tidur dan menarik selimutnya terdengar ada seseorang yang telah membuka pintu kamarnya.
"Aku tidur disini boleh ya. Katanya mau kelonin aku." Lagi-lagi dengan Mika.
Ia sampai menghampiri dimana Ali berada.
"Iya boleh, ayo aku sudah mengantuk banget nih." Sahut Ali dengan pasrah.
Ali memberikan jarak dikasurnya agar Mika bisa ikut tidur disebelahnya.
Setelah itu Mika tidur dan menarik tangan Ali supaya tangan Ali bisa memeluk erat tubuhnya.
Tidak membutuhkan waktu lama, keduanya terlelap dengan tubuh Ali memeluk tubuh Mika.
***
Pukul enam pagi Zaki terbangun, diikuti oleh Alexa yang masih menyipitkan matanya.
"Listrik sudah menyala Lex, aku pulang ya." Ujar Zaki yang mendapati tubuhnya masih dengan keadaan t*lanjang setelah menghabiskan tiga ronde dan belum menggunakan pakaian.
Zaki segera mengenakan pakaian nya dan bersiap-siap pulang.
Alexa masih memperhatikan Zaki yang sibuk mengenakan pakaiannya.
"Kakak mau dinas?" Tanya Alexa.
"Hari ini aku dinas sore." Sahut Zaki yang masih sibuk dengan pakaian nya.
Alexa tidak mengucapkan apa-apa lagi.
Ia juga langsung mengenakan daster selututnya.
"Aku pulang ya Lex, thanks buat semalam." Zaki berbicara dengan menolehkan wajahnya ke arah Alexa yang masih muka bantal dan kemudian beranjak dari kamar Alexa.
Alexa mengangguk pelan, dan mengekori Zaki berjalan di depannya.
*
Ditempat lain, Mika dan Ali masih mengeratkan pelukannya.
Keduanya tampak pulas sekali.
Padahal sudah waktunya untuk bangun dan sholat subuh.
Ketika Ali menggeliat tubuhnya, ternyata tombaknya sudah mengeras dan bangun dari tidurnya.
Biasa, kalau pagi memang suka begitu.
Wajarlah kalau anak lelaki pasti setiap pagi akan seperti itu.
Ali melihat Mika masih terlelap di sebelahnya membuat Ali ingin memeluknya lagi dan lagi.
"Mika, sudah pagi. Ayo sudah subuh." Ali membangunkan Mika dengan mengguncang-guncangkan tubuh Mika yang masih terbujur di hadapannya.
Mika hanya menggeliat tanpa membuka matanya.
Ia langsung membalikkan tubuhnya dan malah memeluk menghadap ke arah Ali.
"Heiii.. Heiii ayo bangun ah, sholat subuh!" Ali menepuk b*kong Mika dengan cukup keras agar Mika segera bangun.
Ia tidak ingin terjebak kembali dengan permainan panasnya yang sudah pernah mereka lakukan.
Sebisa mungkin ia ingin menjaga dan menghormati Mika sebagai wanita yang baik.
"Iya, iya iyaa." Sahut Mika lirih.
Ali langsung beranjak dari kasur.
"Mik, bangun. Dosa lho nggak sholat." Ali mengingatkan kembali.
Ia segera berjalan menuju toilet untuk segera mengambil air wudhu.
Balik dari toilet, ia masih mendapati Mika tidur dengan nyenyak.
Kemudian ia mencipratkan air ke wajah Mika dengan sisa air yang menempel pada tubuhnya.
Mika mengerjapkan matanya.
"Ih bang Al, jangan rese deh." Mika tampak sewot karena Ali mencipratkan air ke wajahnya.
"Makanya bangun. Sholat dulu. Nanti kalau mau tidur lagi tinggal tidur." Ali tampak terkekeh melihat reaksi Mika.
Ali kemudian menggelar sajadahnya. Lengkap ia sudah menggunakan baju koko, kain sarung dan menggunakan pecinya. Membuat wajah keturunan arabnya semakin pekat.
"Tunggu! Jama'ah ya. Aku makmum!"