Terjerat Obsesi Sang Mafia

Dante pergi begitu saja sebelum emosinya benar-benar memuncak.

"jangan biarkan jalang itu masuk!"tegas nya sebelum berbalik arah untuk pergi.

Di depan pintu sudah ada lea,dia berdiri sejak tadi memperhatikan kericuhan di luar sana.

Saat lea melihat dante mendekat ke arah nya dia tergagap,matanya membulat ,tatapan nya yang tegas dan dingin membuat nya cukup merinding.

Lea diam di tempat seketika badan nya kaku.

"kenapa harus menguping?"tanya dengan nada dingin namun sedikit lembut.

"aku...aku..hanya penasaran saja,siapa dia?cantik sekali."jawab nya sedikit gugup. Pandangan nya tertuju kepada anita yang masih sibuk mencaci maki seluruh pengawal dan pelayan yang sigap menahan tubuh anita untuk mengikuti dante.

"kau tidak perlu tahu!"ucap nya dingin. Tanpa menunggu respon dari lea, dante pergi begitu saja melewati lea yang diam mematung di depan pintu.

lea menatap punggung dante dengan pandangan heran. setelah itu pandangan nya tertuju kembali pada anita.

Namun,saat anita tidak sengaja melihat lea yang berdiri tidak jauh dari sana. Pandangan mereka bertemu beberapa detik hingga akhirnya lea pergi mengejar dante ke dalam rumah.

"siapa perempuan itu?"tanya nya penasaran.

"kau tidak perlu tahu...cepat pergi,sebelum aku melakukan kekerasan padamu nona!"jawab salah satu pengawal yang mulai geram dengan tingkah laku anita.

"awas kalian!"jawab nya dengan pandangan menyiratkan kebencian keseluruh para pengawal di sana.

Anita pergi begitu saja dengan kaki yang di hentak-hentakan,dia benar-benar muak.

"apa kamu sudah menemukan rumah dante?"tanya seorang pria kepada anita.

"ya...dan sekarang dia benar-benar menolakku!"jawab nya dengan nada penuh kekesalan.

Pria di hadapan nya tidak menjawab,dia hanya merespon dengan senyuman mengejek.

Anita menatap dengan tatapan heran,dia mengerutkan dahi nya."kenapa kamu memandangku seperti itu?"

"apa menurutmu dante akan menyukai perempuan yang telah berkhianat?apalagi berani tidur dengan pelayan nya? Beruntung waktu itu aku membiarkan mu pergi anita."jawab nya enteng.

Anita diam membisu,dia ingin menyanggah namun yang di katakan oleh pria di depan nya memang benar.

"di mana perempuan yang kau jadikan budak mu?"tanya nya mengalihkan pembicaraan.

"dia sedang menunggu resto ku,kenapa?"

Mata anita menyipit,seolah-dia sedang mengingat sesuatu. Namun dia benar-benar lupa saat ini.

"kenapa kamu memperlakukan nya begitu buruk?"tanya anita dia benar-benar penasaran. Pasal nya perempuan yang pernah dia temui bersama dion cukup cantik, anita mengira itu adalah kekasih pria itu. Tapi, saat melihat perlakuan yang sangat buruk membuat anita sedikit penasaran.

"aku membencinya. Dia berpura-pura di depan ku, aku menyukai adik nya . Tapi dia mengusir kembali adik nya saat aku susah payah mencari dan menemukan nya!"jawab nya tegas dengan tangan yang mengepal erat.

"perempuan yang berada di rumah dante?"tanya nya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.

Dion hanya menanggapinya dengan anggukan tegas. Matanya menyala penuh amarah.

flash back

"lia...aku sering berkunjung kesini tapi aku tidak pernah menemukan adik mu."tanya dion yang merasa janggal.

Pandangan lia berubah menjadi tegang,bola matanya terus melirik kesana-kemari pertanda dia sedang mencari alasan untuk beberapa kebohongan nya lagi.

Namun dion tidak bodoh,dia memang menyimpan beberapa cctv di setiap sudut rumah nya bahkan dia menyimpan cctv di dalam kamar yang lea tiduri.

"katakan lia!"ucap dion dengan nada yang mulai meninggi.

Lia terkesiap kaget,dia baru pertama kali melihat sisi lain dari sikap manis dion,pria yang dia idamkan.

"dia memang jarang di rumah dion,dia akan pulang setiap malam."jawab nya sedikit gugup namun dia bisa menguasai ekspresi wajah nya.

Dion tidak menjawab,dia berbalik arah dan pergi begitu saja.

Dia mengeluarkan ponsel nya,dan mengecek seluruh cctv ,dan semua terlihat jelas di sana. Saat lea mengucapkan sesuatu dan akhir nya pergi di malam saat lia dan dirinya pergi menonton bioskop.

"sialan!"geram nya tangannya meremas dengan kuat ponsel yang dia genggam.

keesokan paginya, dion berjalan dengan tatapan elang nya,dia mendekat ke arah dimana lia sedang bersiap untuk pergi kerestoran diri nya.

"dion?"ucap lia dengan senyum manis nya,lia mengira jika dion akan mengajak nya pergi bersama .

"kemana lea?"tanya nya tanpa basa-basi,membuat senyum nya luntur.

"dia masih tidur dion,sebaik nya kita pergi. Matahari semakin naik ayo."jawab nya cepat,dengan tanpa ragu dia menarik tangan dion untuk menjauh dari perumahan nya.

Dion berbalik meremas pergelangan tangan nya,lia menoleh,dia meringis kesakitan.

"aw....sakit dion!" ringis nya menahan tangan dion yang semakin meremasnya dengan erat.

"aku benci pembohong lia!"bisik nya dengan penuh penekanan

"apa...maksud mu?"tanya lia berpura-pura tidak mengerti denga apa yang di katakan pria di depan nya itu.

"jangan berpura-pura lugu lia....ternyata kau begitu licik dan jahat,kamu membiarkan adikmu pergi begitu saja?kakak macam apa kamu ini. kebapa berubah menjadi monster, bukannya sebelum nya kau mengemis meminta pertolongan padaku untuk menemukan adik mu!"teriak dion dengan tatapan kebencian.

Lia hanya terisak,dia benar-benar tidak menyangka jika dion akan semarah ini,apalagi dion berani melakukan kekerasan seperti ini.

"sakit dion..."lirih nya dengan terisak.

Sejak hari itu, sikap Dion pada Lia benar-benar berubah. Tak ada lagi senyum ramah atau perhatian manis seperti dulu. Yang ada hanya tatapan penuh kebencian dan kata-kata tajam yang terus menghujam hati Lia.

Setiap hari Dion tak segan melontarkan makian, bahkan sering kali membanting barang-barang di depannya.

"Kau pikir aku sebodoh itu, Lia? Berpura-pura polos, padahal kau perempuan paling licik yang pernah kutemui!" bentak Dion suatu malam, saat mereka berada di restoran milik Dion.

Lia hanya terdiam, menunduk, matanya memerah menahan air mata. Ia ingin marah, ingin membela diri, tapi apa yang dikatakan Dion memang benar.

Dalam hatinya, Lia mulai menyesal. Ia menyesal telah mengusir Lea, adik yang selama ini tulus mencintainya. Namun sekarang, segalanya sudah terlambat. Lea entah di mana, sementara Dion terus memperlakukannya seolah ia tak lebih dari budak.

Kadang, saat Dion meluapkan amarahnya dengan melempar piring atau gelas ke arah Lia, perempuan itu hanya bisa memejamkan mata, membiarkan serpihan kaca melukai kulitnya.

"Aku pantas mendapat ini... aku pantas..." bisik Lia lirih pada dirinya sendiri, berusaha menenangkan hati yang hancur.

Namun, di balik itu semua, sesekali hati kecilnya berteriak ingin pergi.

"Aku ingin bebas... aku ingin bertemu Lea dan minta maaf..."

Sayangnya, Lia tak tahu harus ke mana. Dunia terasa begitu sempit. Ia tak punya tempat lain untuk pulang. Dion memang kejam, tapi hanya Dion yang masih mau menerimanya meski dengan penuh kebencian.

Setiap kali malam datang, Lia termenung di kamarnya yang gelap. Pandangannya kosong, pikirannya melayang pada sosok Lea.

"Lea... apa kabarmu? Maafkan aku..."

Lia ingin mencari adiknya, tapi ia tak tahu harus mulai dari mana. Ia merasa terperangkap dalam penyesalan dan kekerasan yang setiap hari Dion timpakan padanya.

Sementara itu, Dion yang setiap hari melihat Lia pun sebenarnya menaruh dendam dan kecewa mendalam. Baginya, Lia adalah penyebab semua luka di hatinya.

Namun, di balik kebenciannya, sesekali Dion masih ingat masa lalu, saat Lia memohon padanya untuk membantu menemukan Lea.