Nona kedua Li Yue An dari keluarga pejabat merusak nama baiknya, Kehormatannya membuat semua orang membenci bahkan mengucilkannya. Namun siapa Sangka siasat jahatnya membuat dirinya menjadi seorang Permaisuri. Setiap langkah yang ia ambil akan membuatnya mengorbankan semua orang yang peduli dengannya.
Di tahun ke sepuluh setelah Li Yue An menjadi seorang Permaisuri. Dia di jatuhi hukuman mati oleh Kaisar yang merupakan suaminya karena berkolusi dengan pemberontak.
Semua kebetulan seperti sebuah mimpi semata. Dia justru terbangun kembali saat usianya tujuh belas tahun. Dimana dirinya masih di perlakukan tidak adil oleh keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kota Changpu wilayah perbatasan selatan
Kota Changpu, wilayah perbatasan selatan.
Teng...
Teng...
Suara lonceng berdenting mengikuti tiupan angin. Bangunan kediaman terbengkalai di pinggiran kota penuh rambatan dedaunan. Lumut hijau menempel seperti cat memenuhi setiap dindingnya. Suara angin bertiup cukup kencang membuat derit di setiap pohon yang saling bersinggungan.
Sepuluh orang terlihat mengepung di berbagai sisi bangunan bagian luar.
Krekk...
Plak...
Pukulan mendarat di kepala salah satu pemuda usia lima belas tahunan. Dia tidak sengaja menginjak salah satu ranting kering di tanah, "Isss.." desis pelan terdengar. "Ada apa?"
"Hati-hati. Hari ini kita pastikan menangkap mereka," pedang panjang ada di genggamannya.
"Baik, baik."
"Mendekat pelan," beberapa orang mulai mendekat. "Maju. Tangkap," teriak ketua yang dengan sigap berlari sekuat tenaga.
Brakk..
Pintu salah satu bangunan di dobrak dengan paksa. Satu laki-laki dan satu perempuan di tangkap dengan busana yang sudah tidak tertata rapi.
"Aaa... Ar Lang," teriakan wanita itu terdengar tidak ingin berpisah jauh dari kekasihnya.
"Ming er," pria itu mencoba menggenggam erat tangan wanitanya.
"Huh, kalian berdua benar-benar tidak tahu malu. Lepas," Pemuda dengan seragam dinasnya melepaskan kedua tangan sepasang kekasih itu. "Nyonya benarkan baju mu terlebih dulu. Banyak pria di sini," memalingkan wajahnya tanpa melihat ke arah pundak wanita itu yang sudah terbuka lebar.
Wanita dengan wajah tidak berdaya hanya bisa membenarkan bajunya.
Pria berjenggot tipis usia empat puluh tahunan berjalan maju. "Biro pemerintahan sedang bertugas menyelidiki kasus perselingkuhan. Bawa mereka pergi."
"Baik," saut para sipir biro pemerintahan.
Dua orang itu di bawa paksa.
"Ketua, kasus ringan seperti ini kenapa harus kita ambil? Ini terlalu mudah. Tanpa memutar otak kita juga bisa menyelesaikannya," Boqin pemuda yang telah bekerja di biro pemerintahan selama tiga tahun masih saja tidak bisa terima.
Pria di sampingnya yang merupakan ketua Biro pemerintah tingkat tiga balai empat menatap malas. "Boqin ah, kita juga butuh makan. Sekalipun tidak ada kasus besar yang bisa kita tangani. Setidaknya ada sedikit uang kompensasi yang bisa kita nikmati. Lihat ini, baju kita sudah penuh lubang. Sepatu memiliki banyak goresan. Syukuri saja yang bisa kita dapatkan hari ini," meraih pundak Boqin. "Ayo, kita cari makan siang bersama. Kita nikmati hasil jerih payah kita."
"Baik," merangkul balik ketua Chen.
Mereka pergi menuju tengah kota setelah menyelesaikan kasus. Di pinggiran jalan utama kedai mie daging cincang telah berdiri selama dua puluh tahunan lamanya. Pemilik kedai juga sudah memasuki usia senja. Meskipun begitu pemilik kedai masih penuh semangat membuka warung mie yang sangat di sukai pelanggan setianya.
"Pak tua, aku pesan seperti biasa. Dua mangkuk tanpa daging," Ketua Chen duduk santai di salah satu bangku di ikuti Boqin bawahannya.
Pemilik kedai tersenyum, "Ketua Chen, hanya butuh dua koin untuk menambah toping daging sapi. Kenapa semakin hari kamu semakin pelit saja. Hahahh," tawa terdengar dengan candaan.
Ketua Chen juga tertawa. "Boqin tidak menyukai daging. Sebagai ketua yang baik, tentu aku harus mengikuti keinginan bawahan kecil ku."
Boqin mengambil supit membersihkannya dengan bagian dalam bajunya. "Tuan Zing, dia hanya tidak memiliki uang cukup."
"Heheh..." Ketua Chen tersenyum malu.
Pemilik kedai Tuan Zing mendekat pelan membawa dua mangkuk mie polos. "Silakan," meletakkannya di atas meja.
"Terima kasih," Ketua Chen mengambil sumpit lalu memakan mie dengan lahap. Rasa panas di lidah bercampur kuah mie kental penuh bumbu rahasia menjadikannya tiada duanya. "Benar-benar enak. Sangat harum," menyeruput tanpa henti.
Boqin juga memakan lahap mie di depannya.
"Bagiamana apa kalian yang telah mengambil kasus di kanal besar?" pemilik kedai mendekat membawa mangkuk kecil berisi rebusan daging sapi yang telah di suwir dengan di lumuri rempah. Dia meletakkannya di meja Ketua Chen dan Boqin.
"Wah, seperti biasa. Tuan Zing memang dermawan," Boqin mengambil tanpa sungkan daging sapi di depannya begitu juga Ketua Chen.
Di suapan terakhir, "Aaa... nikmat," menyingkirkan ke samping mangkuk mie yang sudah kosong. "Kami tidak memiliki wewenang untuk itu. Masalah ini sudah di tangani ketua utama tingkat satu," saut Ketua Chen menimpali. "Pak tua, pembunuhan berantai di kanal sudah melibatkan banyak orang di dalamnya. Kami hanya petugas kecil tidak bisa mengambil kasus besar."
Karena hari ini mie telah terjual seluruhnya hanya tinggal mangkuk terakhir dari pembeli setia di depannya. Tuan Zing duduk santai di meja yang sama. "Haih, Aku dengar pembunuhan terus terjadi. Bahkan mereka menculik gadis-gadis yang masih perawan. Sekarang keadaan di kota sangat kacau. Tetangga sebelah rumah ku juga mulai khawatir. Dia segera menikahkan putrinya ke luar kota takut anaknya akan menjadi korban selanjutnya."
Boqin menyelesaikan suapan terakhir. "Aku juga dengar," berbisik pelan. "Kabarnya setelah meninggal mereka sudah kehilangan kesucian mereka."
Plakk..
"Aaa..." Boqin menatap kearah Ketua Chen yang telah menabok kepalanya lagi. "Ada apa lagi?"
"Anak kecil jangan sering mencari informasi seperti ini," ujar Ketua Chen mengerutkan keningnya.
"Aku juga tidak sengaja mendengar dari ruangan otopsi," jelas Boqin kesal.
Hela nafas dalam terdengar dari Ketua Chen. "Masalah ini hanya akan membawa bahaya untuk para penyidik yang harus lebih cepat mengungkap pelaku utama. Jika sampai tidak segera terselesaikan," mengigil ketakutan membayangkan konsekuen yang harus di terima. "Untung saja masalah ini tidak ada hubungannya dengan kita," tersenyum tenang.
Boqin mengangguk setuju.
Dari arah lain pekerja biro pemerintahan berlari kencang menghampiri Ketua Chen dan Boqin. "Ketua. Ada masalah."
Ketua Chen mengambil sapu lidi di bagian atas untuk ia gunakan mengambil sisa makanan di giginya. "Masalah apa yang bisa datang di bagian empat? Semua kasus sudah kita tangani."
"Kepala bagian ingin biro tingkat tiga balai empat mengambil kasus kanal besar," ujar sipir yang masih menstabilkan nafasnya.
"Apa," Ketua Chen bangkit dari tempat duduknya. "Ini," menekan perasan marahnya. "Kepala bagian sudah memutuskan mengambil kambing hitam untuk menyelesaikan masalah tanpa menyentuh tangannya. Ayo kita pergi," berjalan tegap dengan rasa kesal di hatinya.
Boqin meletakkan enam koin sebagai bayaran dua mangkuk mie. Setelah itu baru dia pergi mengikuti langkah Ketuanya.
Di kantor balai empat sudah penuh dengan tumpukan dokumen yang di alihkan dari biro pemerintahan tingkat satu. Ketua Chen meremas salah satu dokumen lalu pergi menuju ke ruangan kepala bagian.
Boqin hanya bisa menghela nafas dalam. Dia mengambil satu persatu dokumen membacanya dengan teliti. Isi setiap dokumen hampir sama menerangkan seorang gadis muda yang telah meninggal mengenaskan dan jasadnya di buang di kanal besar. Setiap keterangan dari otopsi juga tidak terlalu mendetail. Hanya menerangkan bagian kecil dari pembunuhan yang terdapat di tubuh korban. Sepertinya memang sudah ada orang yang menyembunyikan dokumen asli dari kasus besar ini. Dan orang yang memiliki otoritas besar tentu seseorang dengan kekuasaan di tangannya.
Jika tidak ada kendala cerita akan selalu di update setiap hari dengan jam yang tidak menentu. Di pastikan tamat sampai akhir dalam jangka waktu kurang dari satu bulan☺️