Di bawah lampu kerlap-kerlip euforia club, Rane, si Single Mom terpaksa menjalankan profesi sebagai penari striptis dengan hati terluka, demi membiayai sang anak yang mengidap sakit jantung.
Di antara perjuangannya, kekasih yang dulu meninggalkan dirinya saat hamil, memohon untuk kembali.
Jika saat ini, Billy begitu ngotot ingin merajut asmara, lantas mengapa dulu pria itu meninggalkannya dengan goresan berjuta luka di hatinya?
Akankah Rane menerima kembali Billy yang sudah berkeluarga, atau memilih cinta baru dari pria Mafia yang merupakan ipar Billy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon malkist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Ya elah, si Paman malah ke lantai satu." Dande memukul kening nya, capek sendiri jika naik turun.
Lagian, si Paman sedang mencari siapa ya celingukan begitu memperhatikan setiap wajah yang ia lewati?
"Teddy, menurutmu, si Paman nyari siapa?" Dande bertanya jenaka ke boneka beruang yang ada di pelukannya.
"Kamu, kamu, kamu." Dengan suara seimut mungkin, Dande menjawab sendiri seraya menggoyangkan boneka nya.
"Kau bisa saja, Ted. Hehehe ... ayo kita ke taman lagi."
Di sisi Rane, wanita itu sudah di depan pintu ruangan Dokter William. Mengetuk pintu dan membukanya kemudian.
"Hai, Rane. Ayo masuk."
Rane melangkah seraya melirik ke sekeliling ruangan yang tak terlalu besar itu. Sosok mungil yang ia cari tidak ada.
"Maaf, Dok, katanya Dande bersama mu. Di mana dia?"
"Oh, dia tadi izin berjemur di taman. Tenang saja, aku sudah menitipkannya ke salah satu suster."
Anak itu mana bisa diam, batin Rane sedikit cemas.
"Kalau boleh tau, Dande bisa di rawat jalan, kapan ya?" Karena terlanjur di depan Dokter spesialis itu, Rane bertanya demikian karena takut bisa bertemu dengan Billy di rumah sakit tersebut.
"Tunggu beberapa hari, Rane. Kondisi jantung nya belum stabil. Kita lihat perkembangan nya. Kalau boleh tau, apa kau kekurangan biaya?" tebak Dokter William. Secara umum, kebanyakan keluarga pasien ingin pulang cepat karena khawatir dengan pembengkakan tagihan.
Rane sekadar menggeleng sebagai jawaban nya. "Kalau begitu, aku pamit cari Dande. Terima kasih dan maaf mengganggu mu, Dokter Wil."
Selalu begitu, Rane terlalu sungkan padanya. Padahal wanita itu tau ia menaruh hati.
"Rane."
"Iya?" Rane berhenti yang sedikit lagi menutup pintu.
"Aku masih teman sebangku mu dulu yang pernah menunggu dengan pernyataan cinta ku. Semoga jawabanmu berubah lain hari."
Mana mungkin Rane lancang menerima cinta dari pria yang terhormat sementara dirinya adalah seorang pel4cur rendahan.
"Wil, jangan membuang-buang waktu mu hanya karena aku. Kau terlalu sempurna. Dari segi apapun, aku tidak sepadan untuk mu. Cari kebahagiaan mu." Biarlah ia memberi penolakan tegas agar William tidak terlalu sakit hati dan kecewa berat setelah dia tahu apa profesi nya. "Sampai saat ini, aku masih mencintai almarhum suami ku." Rane berbohong untuk kebaikan William.
"Hai, Paman. Kita bertemu lagi."
Di taman, Billy yang ditarik-tarik ujung baju belakang nya, terkesiap dibuat Dande.
Dande tersenyum manis membuat Billy tiba tiba tenang yang sedari tadi kelimpungan mencari Rane. Entah kenapa, teduh saja rasa nya melihat sosok mungil ceria ini.
"Apa kau mencari seseorang?" Bulu lentik dengan mata besar itu berkedip indah di penglihatan Billy.
"Eum. Wanita yang sangat spesial."
"Aku patah hati mendengar nya, Paman." Dande cemberut akut. Seperti pasangan yang cemburu pada kekasih nya. "Ku kira, Paman mencari ku."
"Hahaha, kau lucu sekali. Ayo duduk di kursi itu."
Rane yang memutar pandangan mencari Dande di area taman yang sama, melihat wajah gadis kecil nya berseri-seri tersenyum lebar di atas gendongan seorang pria.
"Dia sama siapa___"
Deg...
Jantung Rane berdetak shock, saat baru melihat pemilik pria yang barusan duduk di kursi taman itu bersama Dande.
"Kenapa Dande bisa bersama dengan nya?"
Perasaan Rane berkecamuk hebat. Ia ingin ke sana lalu membawa Dande jauh-jauh, tapi di sisi lain pun, Rane sangat menghindari pertemuan nya dengan Billy.
Bagaimana ini solusinya?
"Dande, kau hanya milik Mama seorang, Nak." Di persembunyian nya, Rane menggigit gigit kukunya, ciri khas jika gugup dan ketakutan.
"Dokter Wil. Hanya dia yang bisa membantu ku."
Namun, niat Rane terjeda. Tepat ia berbalik, mata jeli Dande melihat nya. Dan sekarang berteriak memanggil, "Mama! Ma, kemari!"
"Mama mu? Di mana?" Billy mengikuti arah pandang Dande.
"Tadi di sana, tapi malah buru-buru pergi."
Alis Billy terangkat sebelah. "Kok gitu? Ah, mungkin dia tidak melihat atau mendengar mu. Tapi, Dande, apa kau kabur lagi dari ruangan mu?" Billy curiga karena bocah aktif ini berkeliaran sendiri.
"Hehehe..." Cengengesan Dande sudah menjadi jawaban untuk Billy.
"Kau ini, nakal sekali." Dengan gemas, Billy mencubit pelan pipi itu. "Ayo, Paman antar ke ruangan mu. Mungkin saat ini, Mama mu sudah kelimpungan mencari mu."
"Ayo, Paman. Nanti Paman Billy bisa kenalan dengan Mama ku. Sekalian, Paman bisa menolong ku saat Mama mengomel cerewet karena aku berkeliaran tanpa pengawasan."
"Kalau Mama mu ikut marahi Paman, bagaimana?" Billy bermimik takut, bercanda. "Siapa yang menolong Paman?"
"Paling kita dijewer. "
"Hahahaha..." Billy dan Dande tertawa riang bersama.
Dari kejauhan, Rane masih mengintip melihat keakraban itu.
"Oh tidak. Dande, kau__ ah." Di samping tembok persembunyian, Rane kelabakan karena Dande dan Billy sedang bergandengan berjalan bersama. "Jangan bilang, pria tampan yang kau bicarakan sebelumnya adalah Papa mu sendiri dan sekarang kau mengajak nya ke ruangan mu? Ah, sial. Kau membuat Mama dalam masalah, Nak."
kasihan rane nanti