Rara Artanegara yang dahulu dikenal cukup cantik namun sejak mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai seorang sekretaris PT. GINCU karena permintaan suaminya, Pramana Handoko, bentuk tubuhnya berubah menjadi tak terawat dan cukup berisi. Padahal sebelum menikah ia begitu langsing bak gitar Spanyol.
Pernikahan yang sudah dijalani selama lima tahun, awalnya begitu bahagia namun berakhir dengan luka dan nestapa pada Rara. Sang ibu mertua yang selalu menuntut cucu padanya. Sering berlaku tak adil dan kejam. Begitu juga adik iparnya.
Bak jatuh tertimpa tangga. Dikhianati saat hamil dan kehilangan bayinya. Terusir dari rumah hingga menjadi gelandangan dan dicerai secara tidak terhormat.
"Aku bersumpah akan membuat kalian semua menyesal telah mengenalku dan kalian akan menangis darah nantinya. Hingga bersujud di kakiku!" ucap Rara penuh kebencian.
Pembalasan seperti apa yang akan Rara lakukan? Simak kisahnya💋
DILARANG PLAGIAT🔥
Update Chapter : Setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 - Fitnah Sisy
"Ba_yiku," cicit Rara seraya menahan rasa sakit di perutnya sekaligus kekhawatiran mendalam akan kondisi janinnya.
"Ra, kamu ha_mil?" tanya Pram mendadak seperti orang linglung.
"Iya, Mas. Aku hamil. Anak kamu. Disaat aku ingin memberi kejutan kehamilanku ini, ternyata justru kamu yang memberiku kejutan spesial. Haha... sungguh sial nasibku," ucap Rara seraya tertawa namun menangis sendu.
"Mama tak yakin itu benih Pram. Justru kamu yang membuat Pram sial selama ini. Karena ulah kamu, dia jadi kehilangan calon bayi yang di kandung wanita itu. Aku lebih percaya jika wanita itu mengandung benih Pram daripada yang ada di rahim kamu!" ucap Mama Dian yang membuat Rara semakin bersedih.
Lantas Pram pun menoleh pada sang ibu. Ucapan menohok dan tuduhan tak berdasar alias fitnah meluncur pada diri Rara dan calon buah hatinya itu dari ibu mertuanya dan adik iparnya. Membuat Rara semakin sedih menyayat hati.
"Apa maksud Mama?" tanya Pram heran.
"Selama kamu sibuk kerja dan juga dinas keluar kota. Dia jarang di rumah, Pram. Tentu saja dia pergi ke rumah selingkuhannya. Hasilnya sekarang dia hamil dan mengaku itu benih kamu. Mama tak sudi mengakui kehamilannya itu sebagai cucu Mama, Pram. Lebih baik kamu ceraikan wanita tak tahu malu ini. Untuk apa hidup selamanya sama wanita jelek dan tukang selingkuh seperti dia. Lebih baik cari wanita lain," ucap Mama Dian semakin membuat Rara tertohok dan mencelos hatinya.
Ia tak menyangka ucapan tersebut akan keluar dari bibir mertuanya. Walaupun selama ini ibu mertuanya itu kejam, namun ia tak menyangka akan difitnah sedemikian rupa.
"Kamu percaya itu, Mas?" tanya Rara datar seraya menatap Pram dengan tatapan yang entah.
"Tentu saja Mas Pram percaya dengan omongan Mama daripada kamu! Karena aku juga membuktikan sendiri kamu pergi dengan laki-laki lain. Kalau Mas Pram enggak percaya, cek saja di kamarnya. Pasti ada sesuatu yang tertinggal. Sesuatu yang akan menunjukkan bukti perselingkuhannya," ucap Sisy seraya tersenyum tipis penuh arti.
Deg...
Rara hanya menangis dan menggelengkan kepalanya seraya masih dalam posisi terduduk di lantai.
"Awas jika aku sampai menemukan bukti kamu berselingkuh. Habis kamu, Ra!" pekik Pram.
"Terserah kamu, Mas. Aku sudah tak peduli lagi!" balas Rara tak kalah sengit.
Akhirnya Pram pergi melangkah untuk menuju ke kamarnya. Kemarahan Pram sudah sampai ke ubun-ubun. Setelah ia mengacak-acak kamar pribadinya, ia menemukan sebuah boxer yang bukan miliknya.
Di mana di dalam boxer tersebut terlihat kusut seperti habis digunakan. Matanya semakin membeliak sempurna tatkala ia melihat ada bekas sisa cai ran es krim vanila yang biasa dikeluarkan laki-laki, tertinggal di dalam boxer tersebut. Walaupun hanya sedikit tetapi jejak itu ada.
Pram mencengkeram boxer tersebut. Ia sudah gelap mata dan semakin marah pada Rara yang ternyata telah berselingkuh di belakangnya. Sesuai omongan Sisy dan ibunya.
"Brengsek! Kurang ajar!" geram Pram seraya bergegas turun kembali ke bawah. Dan tangannya membawa boxer lakk-nat tersebut.
"Apa kamu yang sengaja menjebak dia?" tanya Mama Dian seraya berbisik menjauh dari Rara yang berusaha bangun.
"Iya, Mah. Kebetulan tadi aku sengaja meminta boxer kekasihku. Kita lihat saja Mas Pram bakal usir pergi dia dari rumah ini. Aku sudah tak sabar menantinya," cicit Sisy berbisik.
Senyum smirk dan bahagia tengah tampak pada kedua orang tersebut yakni Mama Dian dan Sisy.
"Maafkan aku kakak ipar. Aku terpaksa melakukannya. Agar kamu tak menjadi pengganggu urusanku," batin Sisy tersenyum devil.
Ya, Sisy memang sengaja memfitnah Rara. Sebab ia merasa kakak iparnya ini menjadi suatu ancaman baginya. Dikarenakan beberapa hari lalu, Rara sempat hampir memergokinya kala membuang sampah malam-malam.
Setelah membuang sampah di depan rumahnya. Rara melihat sebuah mobil terparkir di depan rumah. Ia tak tahu itu mobil milik siapa.
Rara pun terkejut melihat mobil itu bergoyang sendiri. Lalu saat mendekati, ibu mertuanya memanggilnya untuk membuatkan teh.
Lantas Rara pun masuk ke dalam sehingga tak melihat adegan bermandi keringat yang tengah dilakukan adik iparnya itu di dalam mobil bersama kekasih Sisy.
Bahkan Rara pernah menegurnya soal V-C-S yang dilakukannya. Sehingga ia tak mau ada masalah ke depannya. Jika kakak iparnya itu masih ada di rumah ibunya.
Tap... tap... tap...
Pram pun menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Ia melihat Rara yang tertatih-tatih ke dapur guna mengambil minum. Lantas Pram berteriak memanggilnya. Dan malam naas bagi Rara pun terjadi.
"Rara!!" teriak Pram dengan sorot mata tajam.
Pyarr...
Rara yang terkejut mendengar teriakan Pram, tanpa sengaja menjatuhkan gelas yang berisi air putih hendak diminumnya namun urung karena terjatuh.
Deg...
Rara begitu ketakutan dan gemetaran saat menoleh melihat Pram yang tatapannya berubah lebih tajam padanya membawa genggaman sesuatu di tangannya. Yang Rara masih tak tahu apa benda itu.
Ia terus memegangi perutnya di mana pendarahan itu beruntung sudah sedikit berhenti. Walaupun masih menyisakan kram. Dan juga sakit tak kasat mata yang menusuk ulu hatinya.