Beberapa bab dalam tahap REVISI
Rania Anastasya, adalah anak yatim piatu yang diangkat menjadi anak perempuan keluarga konglomerat sejak remaja.
Farhan Ananta Putra, adalah anak laki-laki satu-satunya keluarga angkat Rania. Hubungan mereka cukup dekat semenjak Rania bergabung menjadi keluarga Ananta Putra.
Namun siapa sangka, ternyata saat dewasa, Rania malah dijodohkan dengan Farhan, kakak angkatnya sendiri.
Sejak saat itu, Farhan berubah menjadi laki-laki kejam yang tak lagi dikenal oleh Rania. Bahkan di malam pertama mereka, Rania harus menerima rasa sakit akibat kekejaman Farhan.
Mampukah Rania melepaskan diri dari Farhan?
Baca kisah lengkap nya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Laki-laki yang Baik
"Kau sungguh adiknya Farhan?" tanya Randi dengan ramah.
Rania hanya mengangguk saja. Ia tak berniat menjawab pertanyaan yang terdapat nama itu di dalamnya.
"Aku sahabat kakakmu sejak kami kecil, tapi saat itu aku harus ke luar negeri, karena ayahku pindah ke sana. Dan aku juga harus menyelesaikan study ku di sana. Mungkin terlalu lama aku pergi, sehingga aku tidak tahu jika Farhan memiliki adik perempuan," ucapnya menjelaskan.
Rania hanya tersenyum datar. Wanita itu tidak ingin tahu bagaimana kisah Randi dan Farhan. Kisahnya saja dengan laki-laki itu ingin segera dilupakannya.
"Kau pemalu ya? Atau kau takut padaku?" tanya Randi menatap Rania.
"Tidak, aku hanya tidak biasa berbicara banyak dengan orang yang baru aku kenal," sahut Rania.
"Hahahaha, kau benar-benar adik Farhan rupanya. Jawabanmu persis seperti dirinya ketika ada seseorang yang tidak dikenalnya mengajak bicara," sahut Randi sambil tertawa.
Mendengar itu Rania merasa menyesal telah mengeluarkan kata-kata seperti itu. Ia tidak suka apapun yang berkaitan dengan Farhan. Apalagi jika dirinya disamakan dengan sifat laki-laki itu. Menjijikan. Namun Rania tidak menjawab apa-apa.
"Baiklah baik, aku tidak akan memaksa mu untuk berbicara padaku jika kamu tidak suka. Tapi aku orang baik, kau tak perlu takut padaku," ucap Randi dengan ramah.
"Bagaimana aku tahu jika kau benar-benar baik? Apakah kau tidak pernah menyakiti satu orang pun di dunia ini?" sahut Rania dengan pertanyaan.
Randi yang mendapat pertanyaan itu merasa bingung. Ia menatap Rania dengan heran.
"Jika kau baik, apakah kau tidak pernah membenci sesuatu? Karena sebaik apapun orang, jika ia membenci sesuatu pasti ia akan berbuat tidak baik terhadap yang dibencinya. Bukankah begitu?" tanya Rania.
Randi semakin heran mendapat pertanyaan seperti itu. Ada apa dengan wanita ini? Sepertinya ada luka yang mendalam yang berusaha disembunyikannya.
"Ah maaf, aku terlalu banyak bicara sepertinya," ucap Rania menoleh ke arah Randi sesaat.
"Oh tidak, kau masih sangat irit bicara Rania. Tidak apa-apa, aku akan menjawab pertanyaan mu itu," sahut Randi tersenyum.
"Aku tidak tahu mengapa kau bisa berpikir seperti itu tentangku. Apakah ada luka yang kau simpan, atau tidak. Tapi jika aku membenci sesuatu maka aku tidak akan pernah menyakitinya," jawab Randi.
Rania menatap Randi sesaat lalu kembali menundukkan kepalanya.
"Rania, kau akan tahu aku jika kau mengenalku. Kau pernah dengar ungkapan tak kenal maka tak sayang?" tanya Randi mencairkan suasana.
"Ya, aku pernah mendengarnya," sahut Rania.
"Nah, seperti itu lah kita. Kalau kau belum kenal aku, maka kau belum tau bagaimana aku kan? Apakah kau mau berteman denganku?" tanya Randi.
"Kau sungguh ingin menjadi temanku?" Rania bertanya balik.
"Tentu saja, kau adalah adik sahabat ku. Aku ingin berteman juga denganmu," sahut Randi.
Rania terlihat berpikir sejenak. Lalu pandangannya beralih pada Randi. "Baiklah."
"Nah begitu dong, jika ada masalah kau bisa bercerita apapun kepadaku. Aku janji tak akan pernah memberitahukan kepada siapapun," ucap Randi percaya diri.
"Termasuk pada sahabatmu sendiri?" tanya Rania.
Randi menoleh ke arah Rania. "Tentu saja, aku bukanlah orang yang membagikan cerita orang lain kepada sahabatku atau keluarga ku sendiri Rania."
Tanpa mereka sadari mama Laura memperhatikan mereka dari balik jendela. Ia membawakan minuman untuk Randi dan juga Rania.
"Apakah Randi bisa menjadi pelipur lara Rania? Apakah Randi mungkin bisa melindungi Rania dari Farhan, sahabatnya sendiri?" mama Laura berbicara sendiri di dalam hatinya.
Tiba-tiba mama Laura mengingat sesuatu. "Mengapa belum ada surat pengajuan cerai dari Farhan? Bukankah ini sudah tiga hari berlalu?" batin mama Laura.
Rania yang tak sengaja menoleh ke arah jendela, melihat mama Laura memegang nampan sambil melamun. Ia pun beranjak dari duduknya lalu berjalan menghampiri mama Laura.
"Sedang apa di sini ma?" suara Rania menyadarkan mama Laura.
"Oh ini mama bawakan minuman dan makanan untuk kalian berdua," sahut mama Laura.
"Sini, biar Rania yang bawa," ucap Rania ingin mengambil alih nampan di tangan mamanya.
"Biar aku saja yang bawa ya," tiba-tiba Randi sudah ada di sebelahnya.
Laki-laki itu mengambil nampan yang berisi minuman dan makanan itu dan membawanya ke taman belakang.
Rania menatap Mama Laura lalu mama Laura pun berkata," Duduklah bersama Randi, dia laki-laki yang baik. Jadi jangan takut ya sayang."
Rania tersenyum dan mengangguk, kemudian ia berjalan menghampiri Randi.
jodih nya..
😀😀😀❤❤❤❤