Siapa sangka, Alya yang pernah memutuskan Randy 8 tahun lalu, membuat lelaki itu memiliki dendam mendalam. Hingga saat ini, Randy masih mencari Alya hanya untuk membalaskan rasa sakitnya. Sisa cinta dan dendam seakan saling bertarung di hati Randy.
Kehidupan Alya yang berubah drastis, membuatnya mau tak mau bekerja sebagai asisten rumah tangga yang tergabung di salah satu yayasan penyalur ART ternama.
Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, Alya bekerja di rumah Randy yang kini sudah beristri. Di situ lah kesempatan Randy memperlakukan Alya dengan buruk. Bahkan, menghamilinya tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu apa alasanku dulu memutuskanmu, kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.” – Alya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Berdasarkan laporan Geni, anak buahnya telah menemukan keberadaan Pak Mukid dan Bu Yusi, yang ternyata saat ini tengah tinggal di sebuah rumah kecil di pinggir kota. Tempat tinggal mereka ada di perbatasan kota dan cukup memakan waktu 45 menit untuk sampai di sana. Fakta yang paling mengejutkan adalah, mereka sengaja diasingkan oleh Om Tama, entah apa tujuannya. Akses mereka begitu dibatasi agar orang tua angkat Randy itu tak bisa ke mana-mana.
Dari yang Geni laporkan, mereka sengaja mengikuti anak buah Om Tama yang kebetulan ternyata sedang mengunjungi rumah orang tua angkat Randy untuk sekadar mengecek dan mengantarkan bahan makanan. Dari sana lah mereka bisa menyimpulkan bahwa Om Tama lah yang ada di balik semua ini. Dari penguntitan itu juga lah yang membuat mereka akhirnya tahu keberadaan orang tua angkat Randy.
Randy lalu meminta anak buahnya untuk terus memantau, jika sewaktu-waktu Om Tama kembali memindahkan Bu Yusi dan Pak Mukid lagi.
Namun, berita buruk yang juga Geni laporkan adalah, tim Pak Rusdiana gagal mendapatkan keterangan dari notaris yang mereka temui.
“Notaris itu seakan sengaja bungkam, Tuan. Pak Rusdiana merasa bahwa bisa jadi Pak Tama sudah menekannya dulu, agar notaris itu tak buka mulut tentang apa pun terkait perubahan nama perusahaan. Satu hal lagi, beliau juga ternyata sudah tak lagi menjadi notaris beberapa tahun ini. Tapi, Pak Rusdiana mengatakan pihaknya akan tetap mengusahakan mendapatkan keterangan dari notaris itu.” Berita dari Geni itu lah yang membuat Randy tertegun.
Memang, menyelidiki kasus yang sudah bertahun-tahun lamanya tidak lah mudah, apalagi jika banyak peran yang sudah ditekan dan diancam.
“Soal pembantu Om Tama bagaimana? Apa dia sudah bersedia?” tanya Randy saat kembali menghubungi Geni selesai mengantar Gio pulang.
"Aman, Pak. Dia mau dan sudah melakukan tugasnya semalam,” ujar Geni.
Sebelumnya, Randy memang meminta bantuan salah seorang asisten rumah tangga Om Tama yang ia kenal, Rani, untuk menghapus seluruh rekaman CCTV selama 30 hari terakhir termasuk saat malam itu. Hal itu sengaja dilakukan karena akan terlihat mencurigakan jika hanya rekaman 1 hari saja yang hilang. Tentunya, dengan iming-iming bayaran yang mahal dan pekerjaan pengganti jika suatu saat Rani dipecat karena ketahuan bekerja sama dengan Randy.
Awalnya, mereka juga ingin meminta bantuan pada Rani untuk mencari berkas di kamar Om Tama tanpa harus Andik yang menyamar sebagai satpam. Tapi, hal itu tak bisa dilakukan karena hanya Sugeng lah yang diizinkan keluar masuk kamar Om Tama untuk meletakkan maupun mengambil barang-barang yang diminta. Rani juga menolak melakukannya karena takut akan ketahuan. Akan sangat berisiko jika ada satpam atau ART lain yang mengetahui ia masuk ke dalam kamar Om Tama. Sehingga, ia hanya menyanggupi melakukan satu tugas tersebut.
Sementara itu, Randy yang sudah mengembalikan Gio pada Nana dan Pak Antonio dengan membawa banyak box makanan, terpaksa langsung pamit. Ia tak disarankan bertemu Alya oleh Pak Antonio sementara ini. Hal itu akan memperlama kesembuhan Alya jika melihat Randy lagi. Terlebih, Randy baru saja diam-diam mengajak Gio pergi.
“Wah, Gio bawa apa saja ini kok banyak sekali,” tanya Mbak Nana pada bocah menggemaskan itu setelah Randy pulang.
"Tadi Gio makan sama Om, terus Gio mau bawa makanannya juga untuk mama, Mbak Nana, Opa, Oma, dan teman-teman panti,” tutur Gio polos.
Tak lama, Bu Puri yang baru saja mendatangi mereka pun tampak tak suka melihat hal ini, ia melirik sinis sang suami yang sudah mengizinkan Gio dibawa pergi Randy.
"Ya sudah, Gio bagi makanannya ke teman-teman ya, biar dibantu Mbak Nana. Setelah itu, Gio mandi, sudah bau acem ini,” pinta Pak Antonio mencubit kedua pipi Gio.
Nana lalu mengajak Gio ke dalam dan membawakan satu kresek berisi box makanan tadi. “Gio, nanti untuk mama biar Mbak Nana saja yang berikan ya, Gio jangan ajak mama bicara dulu, oke.”
Mengangguk lugu, Gio menurut begitu saja.
***
Malam ini, Alex dan istrinya telah kembali dari bulan madu. Meski sangat lelah, tapi Alex yang pekerja keras justru langsung saja menuju ruang kerjanya untuk memeriksa pekerjaan yang tertunda. Meski sang papa sudah memintanya agar beristirahat terlebih dahulu, tapi ia tak memedulikannya dan tetap membuka laptopnya. Begitu pun dengan Yolanda yang sudah mengatakan bahwa tak perlu ada yang segera dikerjakan karena ia sudah menghandlenya.
Rasanya, jika perfeksionis Alex tak bisa puas jika tak melakukan semuanya sendiri.
Hingga saat keesokan paginya, ia yang juga mulai masuk kerja, seperti biasa memeriksa kantor untuk mengetahui apa saja yang terjadi selama ia tak ada. Sekilas, tak ada yang aneh. Hanya saja, ia tak bisa melihat rekaman CCTV beberapa hari yang lalu. Alex pun segera memanggil satpam yang bertugas untuk menanyakan hal ini.
“Benar, Pak. CCTV sempat mati selama 2 hari itu. Kami baru tahu setelahnya dan mencoba mengeceknya. Sebelumnya, kami belum sadar akan adanya masalah pada kamera CCTV. Tapi, kantor aman, Pak. Tidak terjadi apa-apa,” jelas salah seorang satpam yang dipanggil.
“Namanya juga alat, Pak. Pasti ada troublenya,” lanjut satpam yang lain.
Satpam tersebut juga menjelaskan bahwa mereka secara bergiliran berjaga dengan baik selama ini, sehingga pasti akan tahu jika ada maling masuk atau apa pun yang terjadi. Meskipun tak mungkin juga mereka akan berkata jujur bahwa keduanya sempat ketiduran pada suatu malam. Hanya saja karena tak terjadi apa-apa, mereka merasa aman-aman saja.
Meski masih merasa janggal karena kamera CCTV tiba-tiba mati, tapi Alex lebih memilih percaya pada ujaran satpam kantor yang selama ini ia tahu bisa berjaga dengan baik.
Ia lalu kembali memeriksa rekaman CCTV yang masih bisa diputar. Dilihatnya Randy tampak sering keluar kantor akhir-akhir ini. Ia yang tak begitu suka dengan sepupunya itu, bergegas menemui Randy di ruangannya.
“Kamu bisa kerja dengan baik tidak? Ke mana saja kamu, aku lihat sering sekali keluar kantor. Kamu pikir kantor ini punyamu, jangan seenaknya di sini!" tegur Alex ketika ia masuk begitu saja ke dalam ruangan Randy tanpa mengetuk pintu.
Menghela nafas singkat, Randy yang sedang duduk di depan laptop pun berdiri. “Kamu lupa, aku ini pimpinan divisi pengembangan bisnis. Aku harus sering cek lokasi proyek kita. Tentu, aku tidak bisa kerja di dalam ruangan saja. Beberapa kali aku juga harus melalukan pertemuan dengan perwakilan rekan kontraktor. Justru aku tidak bekerja dengan baik jika tak keluar kantor.”
Terdiam, Alex tak membalasnya lagi dan hanya mengingatkan agar Randy tak berbuat semaunya sendiri.
Tanpa permisi juga, Alex pergi meninggalkan ruangan Randy.
Mengepalkan tangannya, sungguh saat ini Randy ingin sekali melempari sepupunya itu dengan gelas kaca di atas meja kerjanya.
“Memang benar ini adalah perusahaan ayahku yang seharusnya aku miliki. Kamu lah yang seharusnya tak berada di sini!” geramnya.
...****************...