HATI-HATI DALAM MEMILIH BACAAN!
Serena dan Yuan terjebak di satu malam panas yang membuat mereka menyesali semuanya. Yuan yang memiliki kekasih dibuat bingung antara tanggung jawab dengan Serena atau memilih kekasihnya.
Semuanya menjadi rumit karen Yuan yang candu dengan tubuh Serena tidak bisa berhenti memaksa wanita itu untuk melakukannya. Yuan yang egois tidak ingin memutuskan pacarnya bahkan dia berkata tidak akan pernah merusak pacarnya.
Ketika ia mulai sadar bahwa rasa cintanya telah beralih kepada Serena, semuanya semakin rumit karena kekasih Yuan tidak ingin di lepaskan dan mengancam akan mengakhiri hidupnya jika Yuan meninggalkannya.
Kehadiran Johan di antara Yuan dan Serena juga membuat mereka semakin renggang.
Pernikahan Yuan dan Maudy tiba-tiba dipercepat karena wanita itu menjebak Yuan yang sudah menolaknya mentah-mentah padahal hubungan mereka tengah baik-baik saja pada saat itu.
Serena yang mendengar itu pun memilih untuk pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AICE PARK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seperti Anak Sendiri
Beberapa bulan berlalu.
Kandungan Serena sudah menginjak trimester akhir, dalam beberapa hari kedepan seharusnya ia sudah melahirkan kata Dokter.
Johan yang khawatir pun mulai lebih sering menginap di apartemen Serena, bahkan ia sudah dua hari ini mengambil cuti untuk menjaga Serena dengan extra. Meskipun harus tetap bekerja lewat online, setidaknya ia dapat mengawasi Serena secara langsung.
"Mau kemana?" tegur Johan, saat ini ia sedang mengerjakan tugas kantor di tabnya sedangkan Serena yang tadi duduk di sampingnya tiba-tiba berdiri dari sofa.
"Aku mau ambil pepaya."
Johan langsung meletakkan tabnya dan menyusul Serena, ia pun menggandeng tangan sang wanita dan membawanya ke dapur untuk mengambil pepaya di kulkas.
Lelaki itu langsung mengambilkan pepaya yang masih utuh lalu mulai memotong dan mengupasnya. Serena hanya memperhatikan dengan meneguk ludahnya karena ingin segera memakan pepaya yang begitu menggoda di matanya.
"Aaak!" Johan menyuapi Serena pepaya yang sudah ia potong.
Setelah membereskan kulit pepaya, menyuci talenan dan pisau, Johan mengajak Serena untuk kembali duduk di sofa sembari membawa sepiring pepaya potong.
"Kaki mu sakit?" tanya Johan sembari menyuapi Serena. Ia melihat Serena mengayunkan kakinya sehingga Johan mengira kaki wanitanya sakit.
"Enggak, aku cuma agak mules aja rasanya!" ucap Serena, sedari tadi ia mencoba untuk menahan tangisnya dengan mengalihkan perhatiannya untuk memakan pepaya.
"Jangan-jangan Dedek mau keluar?" Johan dengan panik mengelus perut Serena.
Serena hanya menggelengkan kepalanya dan mulai menangis, rasa sakitnya tidak tertahankan.
Karena panik akhirnya Johan memutuskan untuk membawa Serena ke rumah sakit, melihat Serena kesakitan sungguh rasanya ingin sekali Johan menggantikan rasa sakit wanita itu.
Jalanan lumayan macet karena jam menunjukkan pukul delapan. Johan memukul kemudinya, ia segera menelepon dokter.
"Dokter Istri saya akan segera lahiran, bagaimana ini? Di jalanan sedang macet!" ucap Johan dengan raut paniknya.
"Emhh sakit hiks hiks!" Serena semakin menangis kencang.
"Ahkk sakit!"
"Baik Bapak, tenangkan Istri anda. Kami akan segera mengirimkan ambulan, tolong shareloc sekarang!" ucap dokter dari sebrang sana.
"Saya mohon secepatnya, Dok!" ucap Johan, lalu ia mengakhiri panggilannya.
Di usapnya wajah Serena dan beberapa kali ia membubuhkan c****n di pipi serta seluruh wajah wanita itu. Johan juga mengelus perut Serena, sesekali ia mengecup dan mengajak bicara sang bayi agar bisa lebih tenang.
Johan ingin rasanya menangis, namun ia harus lebih kuat untuk membantu Serena. Melihat wanita itu kesusahan seperti ini, ingin rasanya Johan mem*k*l dan memb***h lelaki yang telah berbuat jahat kepada wanitanya.
Jika saja Serena tidak mencintai lelaki itu dan mencegahnya untuk memberi tindakan mungkin Johan sudah menjebloskannya kedalam penjara atau memecatnya.
Setelah beberapa menit menunggu, ambulan datang memecahkan kemacetan yang berlangsung. Johan dengan cekatan membuka kaca mobilnya lalu melambaikan tangan.
Petugas yang melihatnya pun segera menangani Serena, wanita itu nyaris pingsan jika saja mereka tidak datang dalam beberapa menit lagi.
Johan meninggalkan mobilnya di area sana dan memilih untuk menghantarkan Serena dengan ambulan, ia tak akan tega meninggalkan Serena sendirian.
Sepanjang perjalanan Johan memegangi tangan Serena dan mengecupinya, berharap dapat menghilangkan rasa sakit wanita itu.
"Bahkan di saat seperti ini pun yang aku ingat hanya kamu, padahal Johan yang jelas mengingkan dan mencintaiku sedang berada di depan mataku!" batin Serena.
"Johan a-apapun yang terjadi, t-tolong biarkan anak ini lahir. J-jika aku harus t-tiada sekalipun, tolong biarkan dia hidup d-dan jaga dia. Anggap dia sebagai anakmu!" ucap Serena lirih dan tersengal-sengal karena ia sudah mulai kesusahan mengambil nafas.
"Kamu ngga jelas Serena, kalian hidupku kalo ngga ada salah satunya aku ngga akan bisa bertahan hidup juga. Jadi jangan ngomong aneh-aneh dan tetaplah hidup! Pengaruh ambulan membuatmu seperti orang mabuk!" ketus Johan. Sungguh ia tidak bisa membayangkan bagaimana ia hidup tanpa Serena dan Dedek bayi yang sudah ia anggap seperti anak sendiri.
Johan tidak akan ikhlas kehilangan salah satunya, lebih baik ia yang tiada daripada harus kehilangan mereka.
Bersambung