Patah hati saat mengetahui kenyataan kekasihnya menikahi perempuan lain yang sudah dihamilinya. Membuat Elena terpaksa menerima lamaran seorang lelaki yang jauh dari impiannya selama ini. Hal ini terpaksa dia lakukan demi menutupi rasa malu kedua orang tuanya karena undangan pernikahannya yang sudah tersebar.
Diliputi rasa sedih, akhirnya kini dia sah menjadi istri Anggara seorang lelaki yang usahanya sedang bangkrut, dan terkenal dingin juga arogan.
Menikah tanpa cinta dengan kondisi ekonominya yang sulit ditambah sikap arogan dan dingin suaminya, sungguh merupakan tantangan berat baginya. Namun tekatnya yang ingin mempertanggung jawabkan keputusan yang telah diambil dan hanya ingin menikah sekali seumur hidup membuatnya harus bertahan dan berusaha menyesuaikan diri dengan situasi ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jesi Jasinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Memaafkan
Mendengar cerita Nina, hatiku terasa perih, tak pernah sedikitpun dalam benakku kalau Andrea yang begitu baik kepadaku selama ini akan tega membuat hati wanita terluka begitu parah. Rasa benci yang pernah ada dihatiku pada Nina sedikit demi sedikit mulai sirna, berganti menjadi rasa simpati yang begitu dalam, rasanya aku tak tega melihat segala penderitaan yang dia alami selama ini.
Pantas saja kulihat wajah Nina terlihat pucat dan sayu, tak ada semangat, tak ada lagi gaya sombong dan merasa paling kaya yang selalu dia tunjukkan dihadapanku seperti dahulu.
Dari apa yang Nina alami, kembali aku menyadari, ada hikmah besar dari segala rasa sakit dan nyeri yang pernah aku alami. Ternyata rencana Tuhan untukku begitu indah, tak ada air mata yang menetes sia-sia. rasanya semuanya terbayar nyata. Andai pernikahan aku dan Andrea berjalan lancar, apakah aku akan bahagia seperti sekarang ini.
Memang kak Anggara tidak pernah bersikap manis, dia juga tidak romantis seperti Andrea. Tapi dibalik segala keterbatasan sikap yang dia punya, masih banyak keistimewaan yang dia miliki.
Perjuangannya, ketekunan dan sifat pekerja keras yang dia miliki benar-benar memikat hatiku. Dibalik sikapnya yang sombong dan arogan, ternyata dihatinya tersimpan cita-cita yang teramat mulya.
Suamiku bercita-cita menjadi orang kaya dengan tujuan agar istri dan keturunannya hidup terjamin, jika kaya dia akan berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan, panti jompo, panti asuhan dan sejenisnya.
"Mungkin nasibku seperti ini karena buah dari perbuatanku yang memanfaatkan Andrea dan keluarganya yang gila harta, demi mendapatkan cinta Andrea dan menyingkirkan kamu dari sisinya.
Misiku untuk merebut Andrea darimu memang berhasil, tapi ternyata Tuhan tidak tidur, dan Dia membalas perbuatanku dengan cara yang lain," ucap Nina sembari menangis.
"Aku tahu kamu pasti senang melihat keadaanku saat ini Elen. Kamu boleh berbuat apa saja, memarahiku, memakiku atau memukulku untuk membalas sakit hatimu dulu atas perbuatanku. Tapi setelah itu, maafkan segala kesalahanku agar bebanku sedikit berkurang," ujar Nina lagi, nafasnya terlihat lelah, mungkin karena kandungan yang sudah besar.
Kupeluk dan kebelai wajah Nina yang terlihat pucat dan lelah. Kubelai punggungnya untuk mencoba memberinya kekuatan semampuku.
"Ketahuilah Nina, aku tidak pernah sedikit pun menaruh dendam padamu. Walau luka yang kamu dan Andrea torehkan begitu pedih. Namun aku tak pernah membencimu, karena kamu hanyalah korban," ujarku
"Koor….ban… "
Sahut Nina terbata.
"Iya kamu adalah korban dari ambisimu yang ingin memiliki Andrea seutuhnya. Kamu juga korban dari sebuah kekuasaan.
Kamu punya kuasa atas uangmu, sehingga kamu gunakan uangmu untuk mengambil hati Andrea dan keluarganya agar mau menerimamu menjadi bagian dari keluarga mereka. Tapi semua itu sudah terjadi, menyesal pun tiada guna. Yang penting aku sekarang memaafkanmu, dan kamu harus bangkit dari keterpurukanmu.
Sebentar lagi kamu akan melahirkan dan menjadi seorang ibu. Fokuslah menjadi ibu yang baik, mencari nafkah untuk anakmu dan mendidiknya dengan baik, agar tidak mengulangi kesalahan orang tuanya," ucapku menasehati.
Sedikit demi sedikit rasa sedih, sakit hati, marah dan terhina atas perlakuan Andrea mulai bisa Nina kendalikan. Ternyata ucapanku benar-benar telah membuat semangat hidupnya yang hilang kini muncul lagi.
Nina berniat tidak lagi mencari -cari Andrea, dia ingin menata masa depannya dan anak yang ada dalam kandungannya seorang diri. Lebih baik membesarkan anaknya sendiri tanpa seorang suami tapi mampu menciptakan rasa bahagia dan nyaman bagi dirinya sendiri dan anaknya yang akan dia lahirkan nanti.
Daripada hidup dengan seorang suami yang tak punya perasaan, dan kasar sehingga bisa merusak mental buah hatinya.
Nina menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia mengurai pelukannya dan menatap wajahku dalam-dalam.
"Terimakasih ya Elena, aku tak menyangka hatimu begitu mulya dan pemaaf. Kamu dengan ikhlas memaafkanku, padahal apa yang aku lakukan kepadamu sungguh sangat jahat," ujar Nina dengan suara serak karena menangis.
Nina sepertinya merasa kagum terhadapku. Karena aku sama sekali tidak ingin membalas perlakuan buruknya kepadaku, Aku justru malah memberi Nina nasihat yang sangat berharga sehingga Nina saat ini merasa tegar dan merasa lebih kuat dari sebelumnya.
Mungkin itulah hikmah dibalik peristiwa gagalnya pernikahan Andrea dan Aku, ternyata aku mendapatkan suami yang jauh lebih baik dalam segala hal dari Andrea.
"Sama-sama Nina, aku senang kamu mau mengikuti saranku untuk bangkit dari keterpurukkan. Aku doakan semoga kamu dan anakmu bisa mendapatkan kebahagiaan seperti yang kamu inginkan," ucapku lagi.
"Nina, ngapain kamu kesini, kamu enggak sadar kalau kamu sudah Hamil besar dan sebentar lagi melahirkan. Daripada kamu sibuk mengganggu hidup kami lebih baik kamu fokus pada persalinan anakmu," Tiba-tiba kak Anggara muncul dan memarahi Nina.
Rupanya suamiku sudah salah paham. Aku segera menyuruh kak Anggara duduk dan menjelaskan masalah yang sebenarnya, kalau sekarang Nina sudah sadar bahwa apa yang dilakukan adalah sebuah kesalahan yang berakibat hidupnya menderita.
"Kakak jangan menambah penderitaannya dengan memarahi dia. Sebaiknya kita justru mendukung dia untuk bangkit menata hidupnya kembali dan menyembuhkan segala luka yang telah ditorehkan oleh Andrea, " ucapku pada suamiku.
"Makanya kalau jadi orang jangan seenaknya menyakiti orang lain demi bisa meraih ambisimu, tahu rasa kan sekarang. Makan tuh cinta buta, yang kamu kejar dengan menghalalkan segala cara," ucap suamiku sambil tersenyum sinis.
Aku segera menepuk-nepuk bahu suamiku agar berhenti bicara.
"Aduuuuh… .sakit… .sakit sekali, tooloong Elen… "
Tiba-tiba Nina merintih kesakitan dan tangannya yang kanan memegang perutnya sementara tangan kirinya mencengkeram lenganku dengan erat. Kulihat diwajahnya muncul keringat sebesar biji-biji jagung.
Pandanganku mengarah ketempat Nina duduk, ternyata lantai yang dia duduki telah basah. Aku sangat terkejut, sepertinya itu air ketuban yang pecah. Yang kutahu itu adalah tanda Kalau dia akan melahirkan..
"Nina sepertinya kamu akan melahirkan, lihat itu air ketubannya pecah. Kak cepat siapkan mobil ayo kita tolong Nina, kita bawa dia kerumah sakit. Aku kira suamiku akan menolak menolong Nina. Namun dengan sigap dia bangun dari duduknya dan berlari menyiapkan mobil yang baru kami beli seminggu yang lalu. Begitulah kak Anggara, hanya sangar di depan namun sesungguhnya dia sangat baik.
"Sebentar ya Nina"
Aku segera berlari masuk kekamarku, mengambil dompet, handphone dan barang lainya untuk dibawa kerumah sakit. Kemudian aku memapah Nina yang terus merintih, membawanya keluar menuju mobil yang telah disiapkan oleh suamiku.
"Ayo cepat naik, hati-hati Nina"
Suamiku yang sedang memanaskan mobil langsung keluar dari mobil dan membantu aku dan Nina untuk masuk kedalam mobil. Aku dan Nina duduk diKursi nomor dua. Setelah aku dan Nina duduk dengan nyaman, kak Anggara segera berlari mengelilingi mobil dan masuk melalui kursi kemudi lalu mulai melajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit terdekat.
"Hati-hati kak jangan laju-laju, banyak kendaraan yang melintasi, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ucapku mengingatkan suamiku.
*******
dan andrea segera mampus
buktiin jhon kamu lelaki yang tepat 💪