Tepat dihari pernikahannya Ivana malah kabur melarikan diri, niat hati ingin memberitahukan hal tersebut pada kedua orangtuanya. Calantha justru dipaksa untuk menggantikan posisi Ivana sebagai mempelai pengantin wanitanya.
Rowan, pria sejuta pesona yang terpaksa menikahi Cala hanya untuk balas dendam karena Ivana telah menabrak istrinya hingga meninggal dunia.
Tapi bagaimana jadinya jika ternyata pernikahan yang berkedok balas dendam yang dilakukan oleh Rowan itu justru mengungkap satu persatu rahasia keluarga yang selama ini ditutup rapat-rapat?
Simak kelanjutan ceritanya...
⚠️jangan lupa buat terus kasih dukungan dengan like, komen dan vote🌹⚠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
"D-darah.."
Melihat itu, seketika jantung Rowan berdetak dengan cepat. Tubuhnya seketika membeku dan pikiran-pikiran negatif mulai memenuhi otaknya.
"S-sakit..." Cala merintih kesakitan seraya meremas perutnya.
Tanpa pikir panjang, Rowan segera mengangkat tubuh Cala lalu menggendongnya ala bridal style. Kemudian, Rowan berlari keluar dari kamar.
Dad Riko dan Mom Riana yang sedang duduk dikursi meja makan menanti kedatangan mereka, seketika langsung beranjak dari duduknya saat melihat Rowan menuruni anak tangga dengan raut wajah panik.
"Rowan ada apa ini? Apa yang terjadi dengan Cala?" ujar Mom Riana juga ikut merasakan panik
"Cala berdarah mom". Jawab Rowan
Mendengar itu, Mom Riana berjalan mendekat kearah mereka lalu menelisik setiap inci tubuh Cala. Sontak bola matanya membulat melihat darah segar mengalir disela paha putrinya.
"Dad, Cala berdarah..." pekik mom Riana
"Rowan cepat bawa Cala kerumah sakit". Titah Dad Riko, ia juga ikut cemas dan khawatir melihat darah itu. Apalagi Cala terus merintih kesakitan sambil memegangi perutnya, wajahnya juga memucat.
Rowan mengangguk, ia bergegas berjalan cepat keluar dari mansion. Kebetulan saat itu ia berpapasan dengan Ardi yang hendak masuk kedalam.
"Tuan". Sapa Ardi kebingungan ketika melihat Rowan menggendong Cala dengan penampilan yang benar-benar acak-acakan.
"Cepat siapkan mobil Ar, kita kerumah sakit segera!" perintahnya tegas
Ardi mengangguk dan segera berlari keluar mansion untuk menyiapkan mobil.
.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Cala terus merintih kesakitan. Ia sandarkan kepalanya didada bidang Rowan sambil terus memegang perutnya. Rowan yang melihat itu merasa tak tega.
Diusapnya perut rata Cala itu dengan lembut.
"Sabar ya sayang, sebentar lagi kita sampai rumah sakit..." ucapnya lembut
Cala tak menggubris apa yang Rowan katakan, rasa sakit dibagian perut bawahnya benar-benar mengalihkan segala fokusnya. Mungkin jika Cala sadar tadi Rowan memanggilnya dengan sebutan 'sayang', pasti Cala akan salah tingkah.
Sesampainya diparkiran rumah sakit, Rowan segera turun begitu Ardi menghentikan mobilnya. Ia berlari mengitari setengah badan mobil lalu membuka pintu samping tempat Cala duduk.
Dengan hati-hati, Rowan kembali membopong Cala dan segera membawa nya masuk ke area rumah sakit.
"Dokter... Tolong istri saya". Teriak Rowan
Beberapa dokter dan tenaga medis yang tengah berjaga didepan ruang IGD langsung dengan sigap meraih brankar lalu mendorongnya menghampiri Rowan.
"Dokter tolong istri saya, dia kesakitan". Rowan menjelaskan
"Baik pak, silahkan baringkan dahulu istri anda disini". Dokter wanita yang ber-name tag Arin itu menginterupsikan Rowan agar membaringkan Cala diatas brankar.
Setelah, Rowan membaringkan istrinya itu dibrankar. Segera dokter dan para tenaga medis bergegas mendorong brankar tersebut masuk kedalam ruang igd.
"Mohon bapak tunggu diluar", kata perawat sebelum ia menutup pintu igd itu.
Rowan hanya bisa pasrah dan tak banyak protes, yang ia pikirkan saat ini adalah agar Cala segera mendapat penanganan. Sembari menunggu Cala ditangani oleh dokter, Rowan mendudukkan dirinya dikursi besi panjang yang ada didepan ruang igd.
Tak berselang lama Mom Riana dan Dad Riko datang juga Ardi yang berjalan dibelakang mereka.
"Rowan, bagaimana kondisi Cala ?", tanya mom Riana dengan penuh kecemasan
"Cala masih dalam penanganan dokter mom". Jawabnya sendu
Mendengar itu, mom Riana menghela nafas berat. Dad Riko yang melihat itu segera membawa istrinya untuk duduk disamping Rowan.
"Jangan khawatir mom, Cala pasti baik-baik saja", ucap Dad Riko mencoba menenangkan istrinya
Mom Riana menganggukkan kepalanya, "Ya dad. Mommy juga berharap begitu".
.
Tak lama setelah itu, pintu ruang IGD terbuka dan menampilkan dokter Arin yang berjalan keluar seraya melepas masker medis nya.
Rowan yang melihat itu langsung beranjak dari duduknya dan segera mendekati dokter Arin, begitu juga dengan mom Riana dan Dad Riko.
"Dokter bagaimana kondisi istri saya ?" desak Rowam bertanya dengan tidak sabaran.
"Syukurlah anda segera membawa istri anda kerumah sakit dengan cepat, jika tidak istri anda akan mengalami keguguran". Kata Dokter Arin menjelaskan
"Keguguran?", cicit Rowan
Dokter Arin mengangguk. "Iya pak Rowan, istri anda sedang hamil dan usia kandungannya jalan 4 minggu sangat rawan sekali keguguran jika tidak dijaga dengan hati-hati".
Rowan yang mendengar penjelasan Dokter Arin hanya bisa terdiam tanpa sepatah kata pum, ia masih mencena ucapannya.
Berbeda dengan Mom Riana dan Dad Riko, pasangan suami istri paruh baya itu seketika langsung berucap syukur dan saling berpelukan.
"Aku akan jadi oma dad.. " seru mom Riana bahagia
"daddy juga mom, kita akan punya cucu sebentar lagi..", Dad Riko menimpalinya dengan tak kalah bahagianya, sudah lama ia menantikan cucu dari Rowan yang akan menjadi penerus keluarga Pradana.
Seulas senyum tipis tersungging diwajah tampannya, matanya yang tajam seketika langsung berkaca-kaca. Ia tak menyangka jika dirinya akan menjadi seorang ayah. Tak pernah terbayangkan oleh Rowan jika pemaksaan malam itu akan langsung menumbuhkan benih dirahim istrinya.
"Dok, boleh saya melihat istri saya ?" ujarnya bertanya
"Silahkan pak, tapi setelah perawat memindahkannya keruang perawatan. Istri anda butuh bedrest total dan jangan banyak melakukan aktivitas yang berat-berat". Jawab Dokter Arin seraya memberikan wejangan.
Rowan menganggukkan kepalanya paham.
.
.
.
To Be Continue...