Telah Terbit Cetak Bersama Platinum Publisher X NovelToon ~
"Aku menyerah karena suamiku memilih
menciptakan cap jari diatas surat gugatan perpisahan demi mengucap akad dengan wanita lain,"
Dikta Nadira, seorang Motivator Pernikahan yang menikah dengan sosok Dosen Sosiologi bernama Robby Dreantama.
Pernikahan mereka yang terjadi akibat sebuah kesepakatan berujung kecewa disaat mereka sadar bahwa Noda Merah telah tercipta diatas buku nikah mereka dan Dikta memilih diam.
Dikhianati, bahkan melihat suaminya bercinta dengan wanita lain dihadapannya benar-benar menghancurkan hidup Dikta. Sehingga sampai pada kata Talak itu keluar.
Dikta menganggap akan menemukan jalan baru dalam kehidupannya malah kehilangan pijakan hidupnya, namun satu yang menjadi masalah, disaat mereka resmi berpisah fakta mempertegas bahwa Dikta tengah mengandung anak dari Robby.
Robby yang enggan mengakuinya membuat Dikta kembali merasa terpukul dan bertekad membuka lembaran baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23. Vonis Dari Tuhan
Keadaan adalah sebuah tempat dimana Allah membuat kepada posisi yang lebih baik.
Jangan pernah menyalahkan keadaan dalam setiap titik langkahmu karena percayalah Allah selalu menitipkan hal baik kepada yang baik pula.
•
"Dikta?" Suara Adam yang berjalan keluar dari kamar membuat Dikta dan Aurel berbalik menatapnya.
"Mas Adam? Mas Adam kenapa keluar, Mas Adam harus istirahat," jawab Dikta berdiri dan menghampiri Adam.
"Bagaimana aku bisa istirahat jika ada bidadari diluar kamarku," jawab Adam menatap Dikta dengan penuh senyuman.
Wajah Dikta memerah, Dikta yakin kalau mungkin sekarang pipinya sudah memerah seperti kepiting rebus, Aurel yang melihat itu hanya berciut kepada Adam.
"Aku curiga padamu, Dam, kau sudah membeli buku 1001 jenis gombalan atau sejenisnya," ujar Aurel yang membuat Adam menatapnya.
"Tebakan yang beruntung, bagaimana bisa kau tahu?" tanya Adam yang membuat Aurel melipat kedua tangannya.
"Aku pernah membelinya," ujar Aurel.
Oke, kali ini Dikta terdiam.
Sementara itu dilain tempat di rumah sakit yang sama, Glenca tengah meringis menahan rasa sakit di kakinya, yang habis di lindas oleh mobil tadi.
Awalnya sakit, namun setelah melakukan pemeriksaan, Glenca malah merasakan mati rasa pada kakinya itu yang membuat kepalanya di penuhi pertanyaan.
"Bagaimana kondisi kekasih saya Dok?" tanya Robby pada dokter yang menangani Glenca.
Dokter tersebut menghela napas panjang kemudian mulai menjelaskan apa yang terjadi kepada Glenca. "Mbak Glenca mengalami kecelakaan yang lumayan parah pada saraf-saraf kakinya dan ini tidak memungkinkan lagi untuk sembuh."
"M-maksudnya Dok?" tanya Glenca yang mendengar jawaban dokter tersebut.
"Mbak Glenca, kami nyatakan, lumpuh permanen pada bagian sebelah kakinya," jawab dokter tersebut.
Mendengar itu seketika gelap bagi Glenca, dia merasakan pundung dan gelisah yang berakhir teriakan darinya diiringi air mata yang jatuh.
"Aku gak mau lumpuh!" teriak Glenca frustrasi.
Robby yang melihat itu segera menghampiri Glenca dan mencoba memenangkannya, dengan cara memeluk bagian kepalanya, namun bukan Glenca namanya kalau dia tidak memberontak karena fakta yang dia dapatkan.
"Sabar Ca! Sabar!" ujar Robby menenangkan Glenca.
"Gak, ini semua salah Dikta. Aku harus membunuh Dikta dan anaknya, mereka udah ngehancurin hidup aku,"
Glenca hendak turun dari ranjang namun terjatuh dan tersungkur dilantai karena dia sudah tidak bisa berdiri lagi, Robby mencoba membantu Glenca namun Glenca memberontak yang membuat Glenca hanya berdiam di lantai.
"Selamat siang! Kami dari pihak kepolisian, kami mendapat surat penahanan terhadap saudara Robby dan saudari Glenca, atas tuduhan pembunuhan berencana," Seorang polisi muda bersama dua orang lainnya masuk kedalam ruangan tersebut.
Robby dan Glenca saling menatap kini mereka berdua sudah tidak bisa berkutik. "Kak Sean?"
Yah, Polisi muda tersebut adalah Sean kakak dari Glenca, namun dia adalah polisi yang mengembang kejujuran ditengah maraknya hukum di bayar di negara ini, ia tidak segan-segan menahan adiknya sendiri.
"Kak, aku gak salah, aku udah lumpuh kakak gak kasian sama Glenca?" tanya Glenca berharap belas kasian Sean.
Sean memilih menutup mata dan telinga kemudian memerintahkan dua orang lainnya membawa Robby dan Glenca menuju mobil kepolisian untuk digiring ke kantor.
Maafkan kakak, Glenca, mungkin ini sudah vonis dari Tuhan untukmu, batin Sean.
Sean berjalan keluar dari ruangan tersebut menyusul kedua temannya yang membawa Glenca dan Robby, namun belum sempat dia keluar dia melihat Aurel yang melaporkan hal ini kepada Sean.
Sean berjalan menghampiri Aurel yang sedang bersama Dikta disana.
"Mbak Aurel, terima kasih atas laporannya, saudara Robby dan Glenca sudah kami tahan," ujar Robby menjabat tangan Aurel.
Sean hendak menjabat tangan Dikta namun Dikta hanya mengatup kedua tangannya dengan isyarat mereka bukanlah mahram, namun disaat Dikta melakukan itu mata Sean menangkap sebuah tanda dipunggung tangan Dikta yang membuat Sean terbawa ke masa lalunya.
Tanda itu mengingatkanku pada, adikku yang hilang dua puluh tahun yang lalu, batin Sean.
•
•
•
Visual Mas Adam dan Dikta
hihihi, biasanya manggil kak atau mak..
tapi berhubung authornya lebih muda dan ternyata cowok pula, maka aku panggil dek othor saja yah, hehe..
ceritanya bagus, tapi menurutku alurnya terlalu to the point banget..
kurang panjang dan halus dikiiiit aja..
emang wajar sih, kalau cowok ngarang itu umumnya selalu to the point dan gak bertele-tele, karena mereka tercipta dominan akal (logika)..
nah kalo authornya cewek, gaya bahasanya bakalan sedikit panjang bahkan ada yg sangat bertele-tele, karena cewek dominan perasaan..
tapi, overall novel ini bagus banget..
mana diselipin ilmu2 agama yg sangat bagus dan tentunya menanbah menambah ilmu agama kita para reader Muslim..
bagi non Muslim pun, bisa jadi tambahan pengetahuan jg..
keren banget dah pokoknya..
semoga sehat selalu ya dek..
tetap semangat berkarya dan semoga sukses selalu dimanapun dan dalam kondisi apapun..
barokallahu fiik.. 🙏🏻