Seorang gadis yang terpaksa menikah dengan ayah dari sahabatnya sendiri karena sebuah kesalahpahaman. Apakah dirinya dapat menjalani kehidupannya seperti biasanya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maaf
"Aku sibuk Vani, kamu bisa melihatnya sendiri kan?"
"Dia,,," Damian melirik Azalea sebentar.
"Dia sahabat Dina anakku." sambung Damian.
Azalea sontak melihat kearah Damian. Sorot matanya tajam melihat lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu. Azalea tak percaya dengan apa yang diucapkan suaminya. "Bagaimana Om Damian bisa setega itu? Kenapa dia tak jujur. Benar aku sahabat Dina tapi, kini aku juga istrinya. Jahat sekali dia tidak mengakuinya. Sebegitu cintanya kah dia dengan wanita itu?" Batin Azalea tak percaya.
"Oh hanya sahabat anak kamu, kok bisa sih dia gak punya sopan santun begitu. Suruh pulang aja deh, setelah ini kita makan siang bareng." Pinta Vani pada Damian.
"Zaa,,, --" Belum juga Damian melanjutkan kalimatnya Azalea langsung angkat suara.
"Om, saya pamit duluan, sepertinya keberadaan saya tak diharapkan dan kedatangan saya gak ada gunanya. Maaf sudah mengganggu. Assalamu'alaikum." potong Azalea dan segera berlari keluar.
Azalea merasa ada yang sakit dibagian dada. Jantungnya berdegup kencang. Nafasnya pun terasa sesak.
"Apa ini? ada apa denganku? apa aku punya penyakit jantung?" Batin Azalea.
Azalea langsung memesan taxi. Tak lama taxi pesanannya datang, dia langsung pulang ke rumah.
Sampainya di rumah dia langsung masuk ke kamar. Di sana dia menangis dalam diam.
"Kenapa Om Damian setega itu? Kenapa dia gak menganggapku? Apa aku gak pantas untuknya? Apa setelah dengan jawabannya tadi dia tak merasa bersalah? Kenapa sesakit ini?" Masih banyak lagi pertanyaan yang berputar-putar dalam kepala. Karena Azalea menangis terlalu lama, dia pun merasa lelah dan tertidur.
....
Di Kantor
Setalah Damian makan siang di Restoran bersama Vani, dia langsung balik ke kantor. Pikirannya kacau. Tak sengaja dia melihat wadah bekal yang dibawa Azalea tadi masih utuh di atas meja.
"Pasti aku menyakitinya." Batin Damian
Damian membuka wadah makanan yang Azalea bawa. Dia merasa sangat bersalah setelah melihat isi yang ada didalam wadah.
"Ini makanan kesukaanku, pasti dia susah payah memasaknya untukku." Batin Damian.
Damian yang sengaja tadi di Restoran tak terlalu banyak makan karena teringat bekal yang dibawakan istrinya. Kini dia memakan makanan yang sudah susah payah istrinya buat.
"Hmm, lumayan, tak terlalu buruk."
Damian pun menghabiskan makanan itu, perutnya terlalu kenyang namun, karena takut mubazir dan semakin melukai istrinya kalau nanti tahu makanan tak dia sentuh maka dari itu dia memilih menghabiskannya sendiri.
"Alhamdulillah, habis juga. Sebaiknya aku istirahat dulu sebentar lalu menyelesaikan kerjaanku supaya bisa cepat pulang dan menjelaskan semuanya padanya." Batin Damian.
...
Pukul 14.15 WIB pekerjaan Damian pun selesai. Gegas dia pulang kerumah.
Sesampainya di rumah. Saat masuk kamar, Damian melihat Azalea tertidur dengan sedikit meringkuk. Lalu dia mendekati Azalea.
Degh!!!
" Apa dia habis menangis?" batin Damian.
dia merasa bersalah. Dia memang salah. Dia pun telah menyakiti hati Azalea.
"Maaf" Hanya itu yang Damian ucapkan.
Setelah itu Damian meninggalkan Azalea dan berganti pakaian, Damian berniat ke dapur untuk mengambil minum. Di dapur juga ada Dina yang sedang mengambil cemilan.
"Loh, papa, udah pulang? terus Zaazaa, dimana sekarang?" Tanya Dina yang terkejut karena papanya sudah berada di rumah.
"Jadi, dari tadi kamu juga belum bertemu dengan Zaazaa? Zaazaa pulang duluan tadi sebelum papa." Jawab Damian.
"Kok dia gak manggil aku ya kalau udh pulang?" Ucap Dina sedikit heran.
"Ternyata dia tadi langsung ke kamar tanpa bertemu Dina." Batin Damian.
Mereka pun mengobrol di ruang tengah.
"Sayang, Zaazaa pernah cerita soal hubungan ini gak?" Ucap Damian menanyakan perihal hubungannya dengan Azalea pada putrinya.
"Kalau soal hubungan sih, dia hanya bilang kalau sudah ikhlas begitu, Pa. Kalau dia masih merasa canggung atau apalah, maklumin aja Pa, dia ini masih jomblo dari sebelum menikah dengan papa. 11 12 sih sama aku." Jelas Dina.
"Jadi, ini baru pertama kalinya dia menjalani sebuah hubungan?" Tanya Damian.
"Iya Pa, kenapa Pa? Papa tumben kepo begitu?" Tanya Dina yang sedikit penasaran.
"Enggak, gak papa. Papa hanya tanya aja." Jawab Damian.
"Hmm, aku harus segara memutuskan hubungan dengan Vani, aku akan mulai fokus dengan Zaazaa." Batin Damian
Di dalam kamar
"Egghhh..... " Azalea menggeliatkan badannya, rasanya mau melek tapi kepalanya sedikit berat.
"Ini jam berapa?" Azales melihat jam pada layar HPnya.
" Astaghfirullah, sudah jam 4 sore, ternyata aku ketidurannya lama. Mana gak shalat dzuhur tadi. Astagfirullah." Azalea gegas bangun dan mengambil air wudhu dan melakukan kewajibannya, setelah itu dia mandi.
Selesai mandi dia keluar kamar mandi dengan hanya menggunakan lilitan handuk. Tanpa Azalea sadari Damian sedang bersandar di headboard.
Gleek!!
Susah payah Damian menelan salivanya. Baru pertama kali melihat penampilan Azalea dengan lilitan handuk. Bisanya dia tertutup tapi, sekarang malah melihat Azalea yang terbuka.
Azalea yang merasa ada yang memperhatikan dirinya pun langsung menengok kesamping dan betapa terkejutnya dia ketika ada Damian di sana.
"O-Om, sejak kapan Om berada disitu?" Azalea merasa tertelanjangi. Meskipun sudah sah dan halal, tapi dia belum bisa memberikan haknya. Apalagi jika ingat masalah tadi. Dia merasa semakin ragu.
Seketika papa Damian menghampiri Azalea.
"Om, Om kenapa mendekat? Om mau ngapain?"
tanya Azalea gugup.
Damian pun langsung memeluk tubuh mungil Azalea itu tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Tak ada niat lain selain memeluk istri mungilnya itu. Tapi, kalau situasinya berbeda mungkin akan beda cerita lagi.
"Kalau kamu begini, Om bisa kapan saja khilaf." Ucap Damian menggoda istrinya.
"Maaf, maafkan Om, Om sudah menyakiti hatimu." Ucap Damian lirih
Azalea yang tiba-tiba dipeluk pun tubuhnya menegang seketika. Tapi, setelah mendengar kata maaf dari Damian, Azalea merasa lemas dan entah kenapa Azalea terisak.
Damian yang merasakan isakan Azalea pun semakin erat memeluk tubuh itu. Akhirnya Azalea pun sedikit luluh. Dan dia menumpahkan segala rasa sakit hatinya karna masalah tadi dalam pelukan Damian.
Karena terlalu lama menumpahkan air mata, mata Azalea pun terlihat bengkak. Azalea malu untuk keluar. Untuk menemui Dina pun dia tak berani.
Waktu makan malam pun dia tak ikut tapi, Damian membawakan makanan untuknya ke dalam kamar. Dina sempat menanyakan Azalea tapi, Damian menjawab kalau Azalea sedang tidak enak badan dan hanya ingin beristirahat di dalam kamar. Damian juga bilang kalau anaknya jangan mengganggu istirahat istrinya dulu supaya waktu istirahat tak terganggu.
Kini hubungan mereka sudah sedikit menghangat. Namun, Azalea masih diam. Damian paham dengan apa yang Azalea rasakan. Mungkin jika situasinya dibalik Damian akan merasakan apa yang Azalea rasakan kini.
"Kamu istirahatlah terlebih dahulu, aku akan keluar sebentar untuk menelpon." Seru Damian.
"Lakukanlah yang Om mau dan suka, aku gak melarang." Ucap Azalea yang masih sedikit jengkel dengan suaminya.
"Zaa, tolong." Ucap Damian singkat.
"Hmm..." Balas Azalea hanya dengan berdehem.
"Sebentar saja." Ucap Damian dan gegas keluar dari kamar.
Di luar Damian menelpon Vani.
[Halo sayang, tumben jam segini telpon, kangen ya?] tanya Vani disebrang sana
[Vani, aku hanya mau bilang, mulai saat ini jangan lagi menggangguku, aku sudah tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi] Ucap Damian tegas.
[Sayang, kamu sadar bilang begitu? aku gak mau kamu pergi, pokoknya aku gak mau] telpon pun diputuskan sepihak oleh Vani
Huuhhhh,,,
Damian membuang nafas berat.
Setelah itu dia pergi ke kamar dan menyusul istrinya.
Damian pun langsung merebahkan tubuhnya disamping istrinya yang sudah tertidur pulas.
Melihat istrinya tertidur dengan tenang, Damian memeluk istrinya.
"Selamat malam dan selamat tidur istriku, semoga mimpi indah." Bisik Damian pada Azalea dengan begitu lirih.