Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19.
Sementara kediaman Kiano. Zavira sedang membereskan peralatan, setelah selesai makan malam.
"Sayang! Nanti, teh Hijaunya, dibawa ke ruang baca, ya!" ucap Kiano pada sang istri.
"Iya, sebentar, ya!" sahut Zavira.
Kiano mengangguk, kemudian berlalu.
"Mbak!" panggil Zavira pada salah satu pelayannya.
"Ada apa, Bu?" tanya pelayan yang bernama Sumi.
"Tolong lanjutin ini, ya! Saya mau bikin teh buat, Bapak," jawab Zavira.
"Baik, Bu!" jawab Sumi.
Zavira segera menyiapkan teh untuk sang suami dan membawanya ke ruang kerja.
"Assalamualaikum," ucap Zavira.
"Waalaikumsalam," sahut Kiano. Ia tersenyum, menyambut kedatang wanita yang telah lebih dari dua puluh tahun menemaninya.
"Ini, tehnya." Zavira meletakkan cangkir di atas meja.
"Kemarilah!" Kiano menarik lembut tangan Zavira dan membawanya kedalam pangkuan.
Zavira menurut dan duduk diatas pangkuan sang suami.
"Gimana, kamu udah nanya sama Zaki, apa Zakira mau resign dari kantornya Fathan?" tanya Kiano.
"Sudah! Menurut Zaki, adiknya itu masih ingin menyelesaikan beberapa tugas yang ia tangani. Sebelumnya, Fathan memang memberikan kepercayaan penuh pada Zakira, untuk menangani semuanya," ungkap Zavira.
Kiano tampak menarik napas panjang.
"Aku hanya tidak ingin, ia terlalu lama berada di sana," ucap Kiano.
"Kenapa?" tanya Zavira.
"Kamu tau, kan? Kita semua tau, kalau Fathan itu suka sama Zakira. Namun, entah apa yang? Yang seharusnya bertunangan dengannya itu Zakira, bukan Nabila. Apa yang akan Nabila pikirkan, jika Zakira masih berada di sana?" ucap Kiano panjang.
"Aku mengerti jalan pikiran kamu. Tapi, menurut Zaki, setelah semua urusannya selesai. Zakira akan mengundurkan diri dari sana," jawab Zavira.
"Aku hanya tidak ingin, hubungan baik antara aku dan Kanayah sebagai saudara menjadi buruk. Aku sangat menyayangi Nabila, sama seperti aku menyayangi Zakira. Aku juga tidak mau, kalau sampai hubungan Nabila dan Zakira menjadi rusak karena perkara ini," ungkap Kiano panjang.
Zavira tersenyum, kemudian memeluk suaminya.
"Aku suka, deh! Kalau kamu lagi serius gini," ucap Zavira.
"Kenapa?" tanya Kiano.
"Kamu kelihatan, lebih tampan," jawab Zavira.
"Memangnya, selama ini aku kurang tampan?" tanya Kiano lagi.
"Tampan. Hanya saja, kalau lagi serius gini, kamu semakin tampan," sahut Zavira.
Kiano tertawa renyah, ia mencubit hidung bangir sang istri gemas. Keduanya kembali tertawa, kemudian Zavira meninggalkan ruang kerja Kiano dan kembali ke kamarnya.
****
Zakira sedang berada di sebuah resto, tidak jauh dari kantornya. Ia berjanji bertemu Zaki, Kakaknya yang berjanji akan mentraktirnya makan siang.
Ia tiba lebih dulu dari Kakaknya dan Zaki pun meminta Zakira untuk menunggu. Sembari menunggu, Zakira memesan segelas lemon tea dan sepiring kentang goreng. Sembari menikmati pesanannya, Zakira membuka laptopnya untuk memeriksa email masuk dari klien bos-nya.
"Permisi!" ucap seseorang, ketika Zakira sedang asyik.
Ia mengangkat sedikit kepalanya, kemudian memandang ke arah sumber suara.
Seulas senyum tampan, mengarah padanya.
"Apa, kamu sendirian?" tanyanya.
Zakira masih menatap heran serta bingung ke arah pemuda itu.
"Table di sini semuanya penuh. Kalau boleh, saya ingin bergabung di sini. Apa kamu sendiri?" ucapnya.
Zakira masih diam, pemuda itu hanya mengulas senyum ke arahnya kemudian menarik salah satu kursi dan menjatuhkan bobot tubuhnya.
Melihat hal itu, Zakira hanya mengangkat kedua alisnya heran. Tanpa menghiraukan kehadiran pemuda itu, Zakira kembali larut dalam pekerjaannya. Diam-diam, pemuda itu memperhatikan Zakira lekat.
"Sayang!" ucap seseorang kemudian.
Senyum Zakira mengembang, seketika membuat pemuda itu menoleh.
"Lama amat?" sambut Zakira dengan gaya manjanya.
"Macet," jawab Zaki. Mata Zaki menangkap sosok di hadapan Zakira. "Siapa?"
Zakira hanya menggeleng, ia segera membereskan barang-barangnya dan beranjak pergi. Zaki menatap dalam pada pemuda itu.
"Anda, siapa?" tanya Zaki, penuh selidik.
"Maaf, saya juga salah satu pengunjung di sini. Kebetulan, hampir semua meja di sini penuh dan saya liat meja Nona ini kosong. Jadi, saya beranikan diri untuk bergabung," jelas pemuda itu detail. Memang, ia tidak memiliki niat lain selain untuk mendapat tempat duduk.
"Sudah!" ucap Zakira beranjak.
Zaki mengangguk, ia membantu membawa sebagian barang milik Zakira.
"Kalian mau pergi?" t9anya pemuda itu.
"Ya, silahkan Anda duduk di sini," ucap Zaki.
"Maaf, jika karena aku di sini kalian merasa tidak nyaman dan akhirnya pergi," ucapnya dengan nada menyesal.
"Tidak apa-apa, kebetulan kami sudah selesai dan ingin pergi," jawab Zaki.
Zakira mengangguk samar pada pemuda itu. Seketika, ia terkesiap melihat sepasang mata milik Zakira.
Matanya masih menatap kepergian sepasang muda-mudi itu hingga menghilang bersama motor sportnya.
"Cantik sekali. Namun sayang, sudah milik orang lain," gumamnya.
*****
"Zak, Bos minta untuk menyiapkan ini!" Soni meletakkan map di meja Zakira.
Dengan senyum, sembari mengangguk Zakira menerima dan segera mengerjakannya.
"Aku butuh kopi!" ucap Zakira, ia segera beranjak ke pantri untuk membuat kopi susu kesukaannya.
Fathan tiba dikantornya bersama seseorang. Sejenak, ia menghentikan obrolannya, saat melihat ke arah meja kerja Zakira yang kosong.
"Kemana, dia?" tanya Fathan pada asistennya.
"Dia ke pantri, Tuan," jawab Soni.
Fathan mengangguk dan melanjutkan langkahnya.
"Jadi, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Abizar, teman lama sekaligus rekan bisnisnya.
"Meneruskan bisnis dan berkarir," jawab Fathan santai.
"Lalu?" tanya Abizar lagi.
"Lalu apa?" Fathan mengernyitkan dahinya.
"Kau tidak berencana untuk mencari seseorang yang spesial?" goda Abizar.
Fathan hanya menarik napas dalam. Saat Abizar, akan melanjutkan pertanyaannya. Terdengar seseorang mengetuk pintu dan masuk setelah mendapat instruksi.
"Maaf, Pak! Meeting lima menit lagi dan klien kita sudah datang sejak tadi," ucap Zakira.
"Kamu!" ucap Abizar seketika berdiri.
Mata Zakira membulat sempurna.
"Kalian sudah saling mengenal?" tanya Fathan.
"Ya, tapi tidak secara langsung," jawab Abizar.
Pemuda itupun, lalu menceritakan awal pertemuannya dengan Zakira.
Fathan memasang wajah masam, saat Abizar bercerita tentang pertemuannya dengan Zakira. Sedangkan gadis itu terlihat tersenyum canggung.
"Dia adalah sekretarisku. Zakira, Pak Abizar ini adalah klien yang akan meeting bersama kita siang ini," jelas Fathan. Ia sengaja menelan kata Pak, untuk membuat jarak antara Abizar dan Zakira. Ia tidak mau, kalau sampai Abizar terlalu dekat dengan Zakira.
Abizar tersenyum, kemudian mengulurkan tangannya. Zakira tersenyum, sembari meletakkan tangannya ke dada. Abizar menaikkan kedua alisnya heran, kemudian tersenyum.
Sebelum semua itu terjadi, Fathan mengambil langkah aman terlebih dahulu. Ia tidak ingin, apa yang jadi miliknya, di rebut oleh Abizar. Fathan dan Abizar, memang berteman. Namun, dalam beberapa hal, keduanya saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu.
Fathan kembali menjelaskan pada Abizar tentang perusahaannya. Tidak lama kemudian, Nabila datang bersama Sukma. Membuat mood Fathan berubah drastis.
"Sayang!" panggil Nabila lantang.
Wajah Fathan mengeras, melihat kedatangan Nabila dan Omanya. Nabila bergerak mendekat dan duduk di samping Fathan dan bergelayut manja. Abizar menaikkan kedua alisnya heran, melihat sikap agresif Nabila.
"Ngapain kamu masih di sini?" ucap Sukma tidak suka, saat melihat Zakira masih berdiri di sana
Zakira tersadar dan melihat ke arah Sukma.
"Sudah sana, lanjutkan tugas kamu. Kamu di sini untuk bekerja, kan?" ucap Sukma lagi.
Zakira masih tersenyum dan segera memutar langkahnya.
"Tunggu, Nona Zakira!" ucap Abizar.
Zakira menahan menghentikan langkahnya dan menoleh. Abizar beranjak dan mendekati Zakira.
"Kamu mau kemana, Zar?" tanya Fathan.
"Aku akan berkeliling. Tidak ada salahnya, kan kalau aku ingin tahu seluk-beluk perusahaan ini?" ungkap Abizar panjang.
Fathan tampak terdiam. "Aku akan memanggilkan Soni, untuk menemanimu."
"Tidak perlu!" tolak Abizar.
Fathan menatap bingung, ke arah Abizar.
Abizar tersenyum, melirik ke arah gadis yang berdiri di depan pintu.
"Aku akan meminta, sekretarismu untuk menemaniku," putus Abizar.
"Apa?" Mata Fathan terbelalak mendengar ucapan Abizar.
Jangan lupa tinggalin jejak, ya tap love dan boom bintangnya.... Terimakasih