Dikhianati tunangan dan kakak kandung, bagaimana rasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
Hari pun berganti. Pagi ini kedua orang tua Doni berpamitan untuk pulang ke Kota karena memang mereka asli dari Kota. Sementara Doni dan Dina akan berangkat nanti bersamaan dengan Ayu ketika Ayu balik ke Kota.
Enak bener ya manusia gak tau malu itu mau nebeng? Gak merasa bersalah gitu?
Ayu diberi cuti seminggu untuk acara pernikahannya. Namun, karena kini keadaan telah berubah dan bukannya dirinya yang menikah melainkan malah kakaknya si Dina. Ayu berencana akan balik ke Kota besok siang. Ayu sedikit santai karena dirinya membawa mobil sendiri. Mobil tersebut dia beli menggunakan tabungannya selama dia bekerja di PT MERINDU.
Ayu pun kini berkumpul dengan kedua orang tuanya. Mereka ngobrol sambil menikmati secangkir teh dan beberapa kue brownies buatan Sri.
"Nak, kamu yakin akan balik ke Kota besok?" Ucap Sri menanyakan perihal Ayu yang akan kembali ke Kota.
"Iya, Bu. Ayu tidak bisa lama-lama libur, masalahnya kan sekarang yang menikah bukan Ayu, nanti kalau ketahuan bukan Ayu yang menikah, bisa-bisa Ayu dapat SP1 karena dikira membohongi tempat Ayu bekerja." Jawab Ayu.
Bagaimana tidak? Jelas Ayu tak akan mengambil kesempatan karena memang bukan Ayu yang menikah.
"Yang penting kamu hati-hati ya, Nak. Apalagi besok kakakmu sama suaminya mau ikut sama kamu." Ucap Rudi.
"Iya, Pak." Ucap Ayu singkat.
"Lihatlah, kakakmu jam segini masih saja di dalam kamar bersama suaminya. Apa ya gak bosen gitu loh di dalam kamar terus?" Ucap Sri yang heran dengan anak sulung dan mantunya.
"Namanya juga pengantin baru, Bu. Biarkan saja. Mungkin mereka kelelahan. Kaya Ibu gak pernah muda aja sih. Hihi."
"Hm, dasar kamu ini malah ngledek Ibu. Kamu ini terlalu mengalah, Nak. Dina sudah menikah, mulai sekarang kamu jangan lagi memanjakan kakakmu lagi, Nak. Biarkan dia mandiri dan mengurus keluarga barunya sendiri. Jangan ngasih hati terus. Lagian kakakmu itu seharusnya bisa berubah dan belajar dari pengalaman sebelumnya tapi, nyatanya sama sekali gak ada perubahan. Eh sekarang malah buat ulah baru. Ingat, Nak. Kamu juga berhak bahagia." Ucap Rudi memberi pesan pada Ayu.
"Iya, Pak. Do'akan Ayu selalu ya, Pak, Bu." Ucap Ayu meminta doa restu kepada bapak ibunya.
"Selalu, Nak." Jawab Sri.
Sementara di dalam kamar. Sepasang pengantin baru terlihat begitu pulas. Mereka semalam lembur dan entah selesai jam berapa.
Tiba-tiba terdengar suara Handphone bergetar. Doni yang merasa tidurnya terganggu pun meraba di atas meja kecil samping tempat tidur dimana HPnya berada. Terlihat panggilan tak terjawab dari seseorang. Doni yang menyadarinya pun langsung membuka matanya dengan lebar dan bangkit dari tempat tidur.
Dengan cepat Doni mengirim pesan pada seseorang tersebut agar tak menghubunginya dahulu dalam waktu dekat ini. Setelah itu Doni menghapus jejak panggilan maupun pesan dari seseorang yang telah menghubunginya tadi.
Gegas Doni meletakkan HPnya kembali dan membangunkan istrinya.
"Din, Dina, bangun, aku laper nih." Ucap Doni menepuk bahu wanita yang sudah sah menjadi istrinya tersebut.
Tapi, Dina tak bereaksi apa-apa.
"Astaga, ini orang ngebo apa mati sih? Dibangunin susah banget." Heran Doni.
"Dina, Din. Dina. Bangun." Sekali lagi Doni mencoba membangunkan Dina. Kali ini Doni bukan menepuk bahu melainkan dengan menggoyangkan tubuh Dina.
Akhirnya Dina sedikit ada pergerakan.
"Emhh ,apa sih, Don? Masih ngantuk nih, jangan ganggu deh." Jawab Dina acuh karena masih mengantuk.
"Aku laper Dina. Ayo bangun terus buatin aku makanan." Ucap Doni sedikit kesal.
"Ih, apa sih, Don? Aku masih ngantuk, udah deh jangan ganggu. Lagian aku aja gak pernah masak, mending kamu turun aja sana minta sama Ayu, aku masih ngantuk banget mau lanjut merem." Ucap Dina tak peduli dengan Doni.
Doni mendengar jawaban dari Dina seketika merasa begitu kesal.
"Apa-apaan baru semalam jadi istri sudah ketahuan jeleknya, bukannya suaminya dilayani malah nyuruh orang lain. Kalau cuma melayani di ranjang mah, Tya tak kalah ganas dari Dina. Hah, kenapa jadi apes begini sih? Bukannya dapet yang lebih malah zonk. Setelah ini aku harus mendekati dan membujuk Ayu kembali." Gumam Doni.
Doni pun gegas turun kebawah untuk mencari makanan, siapa tahu ada makanan yang bisa dia makan. Doni menuju meja makan. Dia membuka tudung saji yang berada di meja makan. Terlihat beberapa lauk yang tersaji diatas meja dan hal itu berhasil membuat Doni bertambah lapar. Gegas Doni menuju dapur untuk mengambil piring. Saat dia akan kembali ke meja makan, Sri yang ingin ke dapur pun menegurnya.
"Doni, kamu sudah bangun? Mau ngapain?" Tanya Sri pura-pura tak tahu dengan apa yang dilakukan oleh Doni.
"Em, ini, Bu. Doni mau ambil piring, mau makan, Bu. Laper. Hehe." Ucap Doni.
"Terus dimana istrimu?" Tanya Sri.
"Dina masih tidur, Bu. Tadi ku bangunkan gak mau bangun, padahal aku laper banget." Ucap Doni jujur.
"Hm, kamu sebagai suaminya harusnya menegurnya. Kamu harus bisa membimbingnya. Bagaimana bisa suaminya lapar istri masih enak-enakan tidur di kamar. Ini sudah siang loh. Ya sudah, kamu makan dulu sana. Setelah itu kamu bangunkan Dina." Ucap Sri menasehati Doni.
"I-iya, Bu." Jawab Doni tergagu karena tidak enak hati.
Lalu Sri pergi meninggalkan Doni, tadinya Doni mau mengambil cemilan lagi namun dia urung karena merasa nyalinya sudah menciut.
Doni pun gegas melahap makanannya karena cacing yang berada di dalam perutnya sudah pada berdemo.
Sri yang tadi urung pun balik lagi berkumpul dengan suami dan anak keduanya.
"Bu, mana kuenya, katanya mau ambil lagi?" Tanya Ayu yang heran dengan Ibunya karena hanya membawa piring kosong.
"Ibu gak jadi ambil. Tadi ada Doni terus Ibu balik lagi. Dia lagi makan sekarang." Jawab Sri.
"Baru bangun dia?" Tanya Rudi.
"Iya, Pak. Kelihatan banget masalahnya rambutnya masih acak-acakan begitu. Mana anakmu masih tidur katanya." Ucap Sri menjelaskan.
"Hm, kapan anak itu akan berubah. Udah jadi istri orang aja masih seperti itu. Padahal ini udah yang kedua kalinya dia menikah."
Rudi sampai heran dengan anak sulungnya tersebut.
Ayu dan Sri pun hanya diam. Yang jelas mereka tak mau ambil pusing dengan masalah sepasang pengantin baru Dina dan Doni.
Singkat waktu hari sudah sore. Sri dan Ayu saat ini disibukkan dengan memasak di dapur untuk acara makan malam nantinya. Ayu yang merasa sudah lama sekali tak memasak bareng bersama ibunya kini mengulas senyum. Rasanya begitu rindu untuk masak berdua seperti saat ini.
"Bu, ternyata sudah lama ya aku gak pulang, masak berdua begini yang selalu Ayu rindukan di sana, Bu. Di Kota, Ayu masak kalau mau aja, kalau enggak ya jajan." Ucap Ayu mengungkapkan perihal rasa rindunya.
"Iya, Nak. Ibu juga begitu. Kadang Ibu cuma berdua sama bapak, rasanya sepi. Rindu disaat-saat seperti ini. Makanya Ibu sedikit sedih karena besok kamu sudah balik. Kalau Dina kadang ya pulang kadang enggak, selalu aja banyak alasan, lagian Ibu gak tahu kakakmu itu kerja apa dan dimana. Cuma yang ibu herankan, bagaimana bisa kakakmu bisa kenal dengan Doni?" Ucap Asih.
Ayu menggeleng. Ayu sendiri tak tahu menahu tentang masalah itu.
"Iya, Bu. Maaf ya kalau besok Bapak sama Ibu,Ayu tinggal lagi. Mau gimana lagi, Bu. Ayu kerja hanya ikut orang, Bu." Ucap Ayu hanya menjawab perihal dirinya saja. Dia tak mau menyinggung masalah kakaknya maupun mantan calon suaminya.
"Asal kamu jaga diri dan selalu hati-hati ya, Nak. Jangan lupa shalat 5 waktunya." Ucap Sri memberi pesan pada Ayu.
"Iya, Bu. Pasti." Jawab Ayu mengangguk tersenyum.
Lalu mereka melanjutkan acara memasaknya. Mereka memasak capcay, udang asam manis sama sayur daun ijo.
Setelah semua selesai. Sri dan Ayu menatanya di meja makan. Lalu Ayu pamit keatas untuk mandi.