NovelToon NovelToon
Pendekar Hantu Kabut

Pendekar Hantu Kabut

Status: tamat
Genre:Tamat / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Perperangan / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.6
Nama Author: Adidan Ari

Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.

Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.

Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.

Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.

Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.

Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Hao Yu

Masih di tempat yang sama, di pelataran belakang kediaman pemimpin keluarga Xiao. Lin Tian sedang duduk bersila di atas sebuah batu datar untuk meningkatkan tenaga dalam dengan cara teknik olah nafas dan menyerap hawa murni dari alam sekitar, inilah yang biasa disebut sebagai meditasi.

Sudah setengah jam lamanya Lin Tian duduk tak bergerak seperti itu. Setelah Xiao Lian dipanggil oleh ibunya dengan alasan untuk menyiapkan acara pertemuan nanti malam, dia bingung hendak kemana dan melakukan apa. Jika sedang dalam situasi seperti ini, Lin Tian biasanya akan membaca buku 'kesayangan' yang selalu ia bawa kemanapun pemuda ini pergi. Akan tetapi karena dirinya tidak ingin bertambah pusing dan stres, akhirnya Lin Tian lebih memilih untuk melakukan meditasi.

Tiba-tiba daun telinga Lin Tian bergerak-gerak saat dirinya mendengar sebuah suara mendekat dari kejauhan. Disaat bermeditasi seperti sekarang ini seharusnya secara otomatis Lin Tian akan mematikan seluruh indranya agar dia bisa berkonsentrasi, akan tetapi lain ceritanya untuk seorang pendekar berkepandaian tinggi seperti pemuda ini. Bagi mereka yang sudah berkepandaian tinggi, kepekaannya terhadap situasi sekitar amatlah tajam sehingga mereka mampu untuk bermeditasi dalam keadaan waspada sepenuhnya seperti yang dilakukan Lin Tian sekarang.

Suara yang didengar oleh pemuda ini adalah suara langkah kaki seseorang yang ia duga sedang berjalan di atas kumpulan rumput tebal. Lin Tian bisa menduga hal ini karena indra pendengarnya menangkap sebuah suara yang berbunyi "Srekk...srekk..." sama persis dengan suara rumput yang akan berbunyi seperti itu ketika diinjak.

Lagipula di sekitar tempat meditasi Lin Tian saat ini memang ditumbuhi banyak rumput tebal yang sepertinya sengaja dirawat untuk menambah keindahan tempat tersebut.

Karena Lin Tian tidak merasakan suatu ancaman ataupun niat jahat dari orang tersebut, dia memilih untuk mengabaikannya dan kembali fokus pada meditasinya. Dia berpikir jika orang itu mungkin hanyalah tukang kebun yang ingin merapikan rumput-rumput di sana.

Suara langkah kaki itu semakin dekat yang membuatnya semakin terdengar jelas. Mau tak mau, konsentrasi Lin Tian pecah karena menurut firasatnya orang ini memang sengaja hendak menghampirinya yang dia sendiri tidak tau apa tujuannya. Akhirnya Lin Tian mengakhiri meditasinya dan membuka mata. Ketika matanya sudah benar-benar terbuka, pemuda ini terkejut melihat seorang pria yang terlihat berumur dua puluh lima tahun sudah berdiri tepat dihadapannya.

Dia terkejut karena menurut pendengarannya, seharusnya orang itu masih berjarak kira-kira sejauh sepuluh meter dari tempat ia duduk. Tetapi tepat ketika membuka mata, ternyata orang itu sudah berdiri dihadapannya sambil memandangnya penuh perhatian. Tahulah Lin Tian bahwa orang yang sedang berdiri dihadapannya ini memiliki ilmu yang cukup tinggi, hal ini dibuktikan dengan gerakan cepatnya yang secara tiba-tiba dari jarak sepuluh meter sudah berpindah di depannya dengan waktu sama cepatnya ketika Lin Tian membuka kelopak mata.

Akan tetapi hanya sepersekian detik saja Lin Tian menampilkan ekspresi terkejutnya, setelah itu pemuda ini kembali berekspresi datar seperti sedia kala.

"Apa aku mengejutkanmu?" Orang itu bertanya sambil tersenyum.

"Sedikit." Balas Lin Tian singkat.

Mimik wajah orang itu tiba-tiba berubah mendengar jawaban Lin Tian, dari yang sebelumnya tersenyum ramah berubah menjadi tersenyum pahit. Orang ini dingin sekali, pirkirnya.

"Siapa kau? Ada masalah apa kau denganku sampai mengagetkanku seperti itu?"

"Haha...maaf maaf, apa kau tidak ingat denganku?" Orang itu balas bertanya.

Mendengar pertanyaan ini, Lin Tian memperhatikan orang itu dengan lebih teliti lagi. Dia memakai jubah yang berwarna biru dengan dihias sulaman gambar seekor burung elang perak di pundak kanan sampai kedadanya. Di punggungnya tergantung sebuah golok yang gagangnya berwarna merah. Wajahnya cukup tampan dengan alis tebal dan tajam, hidung mancung serta bola matanya yang berwarna cukup unik, berwarna merah. Badannya tinggi tegap membayangkan kekuatan yang besar. Akan tetapi orang itu hanya memiliki satu tangan, yaitu tangan kanan.

"Oh...apa kau pengawal yang hampir mati di hutan itu bersama Nona dan Nyonya?" Akhirnya Lin Tian sadar akan orang dihadapannya ini dan langsung melontarkan sebuah pertanyaan yang tanpa disaring terlebih dahulu itu.

Senyum orang itu makin pahit dan tidak enak dipandang setelah mendengar perkataan "hampir mati" dari mulut Lin Tian.

Lin Tian mengeluarkan kata-kata sekasar itu bukan bermaksud untuk menghina atau meremehkan orang tersebut. Akan tetapi dirinya sudah sangat lama tidak bertemu dengan orang lain yang membuat gaya bicara dan tata kramanya berkurang jauh dibanding yang dulu. Dia masih bisa berkata sopan kepada Xiao Li dan keluarganya adalah karena pemuda ini pengawal pribadi dari seorang Nona muda, sehingga dirinya sudah hafal dengan cara bicara dan tata krama yang harus ditujukan kepada orang-orang berkedudukan tinggi seperti mereka.

Akan tetapi Lin Tian masih belum terbiasa untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang biasa. Sehingga dia hanya mengatakan apa yang diirasa dan dipikirkannya.

"Ya kau benar, aku adalah seorang pengawal yang waktu itu kau tolong. Aku kemari untuk mengucapkan terimakasih kepadamu dan sekalian untuk membahas sesuatu yang menurutku cukup penting.'

Setelah berkata demikian, pria itu langsung duduk di sebelah Lin Tian dan melanjutkan perkataannya. "Kau bernama Lin Tian kan? Perkenalkan namaku Hao Yu, di sini aku diberi kepercayaan oleh pemimpin untuk menjadi pengawal Nona muda Xiao Lian."

"Oh...lalu, sesuatu penting apa yang ingin kau bicarakan denganku." Balas Lin Tian tanpa menoleh kearah Hao Yu.

"Sebenarnya aku tak tau kau sudah mengetahui berita ini atau belum, akan tetapi saat ini aku akan membahas soal permasalahan antar keluarga Xiao dan keluarga Hu." Ucapnya serius.

"Maksudmu soal keganjilan saat pertemuan yang diadakan keluarg Hu?" Jawab Lin Tian yang sudah bisa menebak maksud perkataan Hao Yu.

"Apa....? Kau sudah tau?"

"Tentu saja, aku sudah mengetahuinya sejak pertama kali datang ketempat ini. Waktu itu ketika aku sedang melakukan sarapan bersama Tuan Xiao Li., beliau menceritakan semuanya padaku."

"Baguslah kalau begitu. Lin Tian, aku mohon padamu untuk segera pergi dari sini. Jangan salah paham, aku tidak mengusirmu akan tetapi aku khawatir padamu. Lin Tian, kau hanya orang luar di sini, kau seharusnya tidak terlibat atau bahkan sampai menanggung resiko akibat permasalahan ini. Aku khawatir akan keselamatanmu juga keluargamu." Kata Hao Yu dengan raut wajah khawatir.

Lin Tian mendengarkan dengan seksama semua perkataan yang diucapkan oleh Hao Yu. Akan tetapi pemuda ini tiba-tiba tertawa bergelak tatkala mendengar ucapan terakhir Hao Yu.

"Hahahah....!! Keluarga? Keluarga yang mana? Aku sudah tak punya apa-apa lagi dan hidup seorang diri di dunia ini. Khawatir dengan keluargaku? Tak usah kau khawatir, karena mereka semua sudah pergi kealam sana meninggalkanku sendirian. Hahaha!!!"

Hao Yu membolatkan kedua matanya terkejut mendengar penuturan Lin Tian. Tak punya keluarga? apa mereka semua sudah mati? Demikianlah pikir Hao Yu bertanya-tanya.

Lin Tian memang sedang tertawa, akan tetapi Hao Yu sadar jika tawanya itu hanya untuk menyembunyikan kesedihan dan kesepian di hatinya. Terlihat jelas dari senyum lebar dan suara tawa Lin Tian, senyum itu bukanlah senyum kebahagiaan melainkan sebuah senyum paksaan dibalik kekecewaan. Dan suara itu bukanlah suara tawa kesenangan melainkan suara tawa yang bertujuan untuk menghibur diri sendiri agar bisa melupakan sejenak semua kepahitan hidup yang dialami di masa lalu.

Hao Yu paham betul dengan semua itu karena dirinya sudah pernah mengalaminya. Dahulu, dia pernah ditinggal pergi oleh seorang kekasih yang sudah menjalin hubungan dengannya selama lima tahun. Pada waktu itu, Hao Yu sudah akan menikah dengan gadis tersebut, akan tetapi tepat satu hari sebelum acara pernikahan diadakan, gadis itu pergi entah kemana dengan membawa semua harta bendanya.

Gadis itu hanya meninggalkan sepucuk surat yang isinya menyatakan bahwa dia telah pergi bersama kekasih baru yang telah menghamilinya. Dalam surat itu juga menjelaskan bahwa selama ini gadis itu tidak mencinta Hao Yu melainkan mencinta harta bendanya.

Hancur sudah hati Hao Yu, tak pernah disangka ternyata seorang yang telah dicintanya selama bertahun-tahun adalah seorang perempuan murahan yang tak kenal budi. Karena depresi dan frustasi, sikap Hao Yu menjadi rusak dan dia menjadi seorang pemabuk berat. Orang tuanya bahkan sampai sakit-sakitan melihat sikap Hao Yu kala itu. Penyakit itu bahkan sampai membuat mereka meninggal setelah tiga bulan Hao Yu ditinggal kekasihnya.

Makin rusaklah sikap Hao Yu. Di dorong oleh kekecewaan dan penyesalan, akhirnya Hao Yu memutuskan untuk bunuh diri dengan cara melompat dari atas sebuah jurang. Namun sebelum dirinya terbang kedalam jurang tersebut, saat itulah Xiao Li datang menolong dan menyadarkannya. Sejak saat itulah Hao Yu menjadi seorang pengawal Nona muda keluarga Xiao, Xiao Lian.

"Kau bilang dirimu itu pengawal Nona Xiao Lian kan?" Lin Tian bertanya setelah menghentikan tawanya.

"Benar." Jawab Hao Yu singkat yang masih merasa prihatin dengan nasib Lin Tian.

"Bersyukurlah karena kau masih bisa mengorbankan tanganmu untuk menyelamatkan nyawa Nonamu. Sedangkan aku, Nona mudaku bahkan pernah hampir menusuk lehernya sendiri akibat kelemahanku." Lin Tian berucap tenang sambil melirik kearah Hao Yu.

"Kau....juga seorang pengawal spertiku?" Tanya Hao Yu heran mendengar kenyataan ini.

"Iya. Akan tetapi keluarga tempatku mengabdi sudah musnah, hanya menyisakan aku dan Nona mudaku yang saat ini tidak kuketahui keberadaannya."

"Cukuplah tentang masa lalu. Sekarang aku juga ingin mengatakan sesuatu yang selama ini mengganjal di pikiranku." Kata Lin Tian memotong Hao Yu yang sudah membuka mulut hendak menyampaikan sesuatu.

"Aku sedikit heran dengan semua ini. Waktu itu Nyonya dan Nona kembali dari pertemuan keluarga Hu saat siang hari, akan tetapi keesokan harinya berita tentang penggabungan dua keluarga itu sudah menyebar sedangkan Tuan Xiao Li sendiri mengatakan jika masalah ini adalah masalah rahasia." Lanjut Lin Tian.

"Maksudmu?" Hao Yu bertanya, dia heran dengan dirinya sendiri mengapa baru sadar sekarang tentang keanehan ini.

Lin Tian diam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Hanya ada dua kemungkinan. Yang pertama, ada orang dari keluarga Hu yang ditugaskan untuk menyebarkan berita ini. Dan yang kedua..." Lin Tian berhenti sejenak untuk mengambil nafas.

Wajah Hao Yu memucat karena sudah bisa menduga apa yang akan dikatakan Lin Tian selanjutnya.

"...Ada pengkhianat di keluarga Xiao ini, dan orang itu kemungkinan besar adalah salah satu diantara semua orang yang berhasil selamat dari pertemuan keluarga Hu. Tak menutup kemungkinan jika orang itu adalah Nyonya ataupun Nonamu sendiri."

|•BERSAMBUNG•|

1
ABDUL MALIK
Luar biasa
Ambara Sugun
kenapa tidak dijarah kekayaannya
Arsi Oke
Lumayan
Khoirul Anam
Luar biasa
Rino Wengi
kenapa penjahat nggak dibunuh? nambah musuh doang
ahmad sudrajat
Luar biasa
Ambara Sugun
ternyata pedang dewi salju kalah dgn clurit hahaaa
Ambara Sugun
thor lupa ya lin tian punya cincin ruang
pecahan_misteri
p
Wan Trado
burung pengantar surat biasanya sudah terlatih dan hanya akan melalui rute atau tempat yg sudah dilatih sebelumnya, tidak mungkin burung pos tau rute yg belum pernah dia jalani
Wan Trado
yah tongkat si budiman dibawa bawa
Wan Trado
putra putri kaisar berjalan jauh tanpa pengawalan
Wan Trado
sempat berpikir dalam kebimbangan ya, ini pertempuran bukan pembicaraan, gunakan reflek dan instingmu hadeehh..
Wan Trado
tidak tau berterimakasih kau yaa😠
Wan Trado
seorang guru biasanya akan melepas muridnya apabila ilmu yg diturunkan sudah sempurna
Wan Trado
sombongnya, merasa sudah hebat sekali ya.. mau diangkat jadi murid sepertinya enggan pula..
Wan Trado
kenapa harus senior ya bahasanya
Wan Trado
terlalu berpikiran bijak dalam menyelesaikan masalah padahal usianya masih remaja dan besar digunung, jadi agak aneh
Wan Trado
sepertinya terlalu lancang, baru pertama kali bertemu sudah menanyakan hal tentang keluarga
Wan Trado
dijaman saat itu belum dikenal hitungan waktu dalam menit dan jam, tapi biasanya ukuran waktunya sepeminuman teh, sepenanak nasi dsbnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!