Seorang gadis cantik lulusan pesantren menikah dengan pemuda tampan yang sederhana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orang Suusah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Lupa Istri
Kedua orang tuanya pun sangat senang mendengar jawaban putranya itu, mereka langsung menghubungi sahabat lamanya itu. Mereka langsung menentukan tanggal pernikahan, tanpa berdiskusi dulu dengan kedua anak mereka. Mereka di jodohkan sejak dalam kandungan, maka tidak heran jika ayahnya sangat kekeh meminta Aran untuk menerima perjodohan ini.
Bahkan Vano datang di saat hari pernikahanya, pria itu sangat sibuk karena pekerjaanya di salah satu rumah sakit besar di kota itu. Setelah sampai, ia langsung di minta untuk mengganti pakaianya dengan baju pengantinya.
Janji suci itu terucap tanpa ada cinta di antara keduanya, di saat orang lain hari pernikahan mereka adalah hari yang paling bahagia.
Maka itu berbeda dengan Vano dan Yasmin, hari ini adalah hari yang paling menyakitkan untuk keduanya. Di mana janji ikatan pernikahan itu terucap tanpa ada cinta di antara mereka.
Di dalam kamar pengantin, air mata Yasmin jatuh begitu kalimat suci itu selesai terucap dari bibir Vano. Dalam sekejap ia sudah menjadi istri dari seorang pria yang sama sekali belum pernah ia lihat.
Gadis kecil itu hanya bisa pasrah dengan keinginan orang tuanya, selama ini Yasmin selalu berusaha untuk tidak melukai perasaankedua orang tuanya.
Sehingga ia hanya bisa mengiyakan saja keinginan mereka, walaupun hatinya sangat sedih.
***
" Apa ada yang ingin kamu sampaikan kepada saya." tanya Vano yang meminta pendapat Yasmin.
"Tidak." jawab Yasmin singkat.
" Baiklah, saya mau berangkat kerumah sakit dulu. " kata Vano yang beranjak dari duduknya menuju kamar.
yasmin hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi dengan pernikahanya ini, ia hanya berharap hal baik yang akan terjadi di pernikahan mereka kedepanya.
Terlihat Vano keluar dengan pakaian yang sudah rapi sambil membawa ransel hitamnya. Ia keluar tanpa berpamitan kepada istrinya, setelah selesai bicara Yasmin langsung mengurung dirinya di dalam kamar. Gadis itu menangis dalam diam, sambil meratapi nasipnya setelah ikatan mereka ini akan berakhir di kemudian hari.
Sesampainya di rumah sakit, Vano langsung sibuk dengan pekerjaanya. hari ini ia ada beberapa jadwal operasi besar, karena dua hari Vano cuti untuk pernikahanya.
Siang menjelang jam satu siang, Vano baru
bisa istirahat. Pria itu duduk diruangan sambil mulai menikmati makan siangnya yang ia pesan
secara online. Begitu ia ingin memasukan makanan kedalam mulutnya, Vano baru teringat
dengan istrinya.
"Astagah. " kata Vano berdiri kaget teringat dengan gadis kecil itu.
Ia langsung mengambil ponselnya ingin menghubungi Yasmin, namun pria itu baru ingat jika ia tidak memiliki nomor kontak sang istri.
"Gimana ya." gumam Vano yang sedikit bingung.
Tanpa berdikir panjang, Vano langsung menyambar kunci motor nya dan langsung tancap gas menuju apartemen nya.
Sesampainya di apartemenya, pria itu langsung masuk kedalam tanpa mengucapkan salam. Ia melihat keadaan di dalam rumah, masih sama dengan yang ia tinggalkan sebelumnya.
Vano menuju kamar sang istri yang masih tertutup rapat, dengan pelan ia mulai mengetoknya.
TOК...TOK...suara ketukan pintu kamar
Yasmin.
Terlihat gadis itu keluar dengan menggunakan mukenanya tidak lupa dengan cadar hitamnya.
" Maaf saya lupa. " kata Vano yang terlihat sangat bersalah. Yasmin hanya menunduk saja.
" Kamu sudah makan." tanya Vano.
Yasmin menggeleng karena memang belum makan apa-apa dari semalam, bahkan gadis itu tidak berani mengambil sebotol air yang ada di rumah ini. Sejak kecil Yasmin selalu di ajarkan oleh orang tuanya, untuk tidak mengambil sesuatu tanpa seizin dari yang punya.
" Saya minta maaf. " kata Vano lagi.
Keduanya pun diam, Vano terus saja menatap istrinya yang menunduk itu.