Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.
Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.
Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
019 - Kehadiran Wanita Asing
Jelita tak peduli meski pria di hadapannya melemparkan tatapan sinis dan sikap dingin yang tidak bersahabat ketika Jelita dengan segenap keberaniannya menghampiri meja di mana Saka sedang menunggu.
Jelita yakin, pria itu pasti menganggapnya wanita gila yang tidak tahu malu dan terlalu percaya diri karena sudah menyambangi Saka seperti ini. Namun Jelita pikir, pria itu tidak akan mengenalinya dengan penampilan Jelita saat ini. Sehingga Jelita tak boleh menyia-nyiakan kesempatan.
Jelita melihat pria itu menjawab panggilan teleponnya.
Seorang pelayan datang menghampiri mereka dengan membawa piring berisi makanan.
"Terima kasih," kata Jelita.
Makanan yang datang berupa hidangan pembuka yakni sup krim jamur dalam piring besar dengan cekungan kecil.
Jelita mengambil sendok dan segera menyeruput kuah sup untuk mencoba bagaimana rasa hidangan berwarna gelap itu.
"Wahh, sup ini benar-benar enak," puji Jelita dengan mata berbinar.
Sementara itu, Saka langsung meletakkan kembali gawai cerdasnya begitu panggilan telepon dari Sera berakhir.
Sera tidak jadi datang menemui Saka karena mendadak Sera harus mengikuti perkuliahan malam.
Saka jelas merasa kecewa, di saat ia begitu merindukan kekasihnya dan ingin bertemu namun kekasihnya lagi-lagi tidak bisa menemuinya.
Saka paham dengan resiko mengencani seorang gadis muda yang masih mengejar mimpi dan cita-cita.
Oleh sebab itulah, Saka mengajak Sera untuk bertemu dengan tujuan mengakhiri hubungan mereka secara resmi. Dengan begitu, Sera bisa fokus untuk mengejar mimpi dan cita-citanya menjadi seorang dokter sementara Saka bisa menunggu kematiannya dengan tenang.
Hanya saja saat ini Saka merasa berang melihat kelakuan seorang wanita asing aneh dan tidak tahu diri yang justru menikmati hidangan pembuka di saat Saka sedang merasa sedih dan kecewa.
"Ini pertama kalinya saya memakan sup ini. Bagaimana bisa rasanya seenak ini?”
Wanita asing itu berkomentar dengan wajah yang berseri-seri menunjukkan betapa ia bahagia hanya gara-gara sepiring sup.
"Ehem, Nona," Saka berdeham.
Sebenarnya Saka tidak mau mengganggu waktu makan wanita itu, namun kehadiran wanita itu justru membuat Saka terganggu.
"Saya sungguh tidak tahu siapa Anda, dan saya merasa terganggu dengan kehadiran Anda," kata Saka.
Wanita itu mengurai senyumnya dengan sorot mata berbinar penuh rasa percaya diri.
"Tuan, apakah ini memang modus yang biasa Anda gunakan ketika melakukan kencan buta?" tanya wanita itu.
"Apa? Modus?!" Saka terperangah.
"Ya, Anda menggunakan modus bahwa Anda berpura-pura tidak mengenal saya," kata wanita itu.
"Padahal Anda yang mengajak saya ke tempat mewah seperti ini untuk makan malam bersama agar membuat saya terpesona dengan pesona Anda yang memikat, bukankah begitu?"
Wanita itu kembali tersenyum cerah dengan rona kebahagiaan di wajahnya yang terpancar jelas.
"Jika Anda sungguh ingin memikat saya, setidaknya kita perlu kencan makan malam sebanyak sepuluh kali," lanjut wanita itu penuh percaya diri.
Saka benar-benar tak percaya dengan wanita yang penuh dengan kepercayaan diri seperti ini. Bukannya terpana dan terpesona, ia justru merasa wanita asing itu begitu konyol.
"Haha," Saka tertawa sinis.
"Mengapa Anda tertawa?" tanya wanita itu.
"Saya tertawa karena saya merasa bahwa Anda pantas untuk ditertawakan," jawab Saka dengan nada dingin.
"Bagaimana Anda bisa begitu percaya diri bahwa saya bersedia untuk berkencan dengan Anda? Jangankan sepuluh kali, sekali pun saya rasa saya tidak tertarik mengencani wanita seperti Anda," kata Saka.
"Oh, benarkah?" tanya wanita itu terlihat terkejut.
"Anda tidak tertarik untuk berkencan dengan wanita seperti saya, apa karena Anda lebih tertarik berkencan dengan pria?" wanita itu menambahkan.
"Apa?!" Saka lagi-lagi terperangah.
"Sungguh sangat disayangkan, padahal Anda pria yang sangat menarik perhatian saya. Anda memiliki wajah tampan di atas rata-rata pria yang saya kenal, Anda juga punya tubuh atletis yang terjaga, lalu kepribadian Anda juga sungguh menarik. Anda pasti pria yang sangat dipuja dan diinginkan baik wanita maupun pria," beber wanita itu panjang lebar.
"Haha! Pujian Anda terlalu berlebihan dan sejujurnya tukang jilat seperti Anda adalah tipe orang yang paling saya benci," kata Saka.
Senyum manis kembali tersungging di wajah cantik wanita itu.
"Mohon maaf sebelumnya, saya tidak bermaksud memuji Anda, saya hanya mengatakan apa yang saya pikirkan tentang Anda," kata wanita itu diplomatis.
"Dan saya rasa Anda terlalu menghakimi bahwa saya adalah tukang jilat yang Anda benci padahal Anda belum pernah merasakan jilatan saya.”
"A-apa?!"
Saka lagi-lagi terperangah mendengar ucapan wanita itu. Otak pria itu langsung membayangkan hal yang kurang senonoh.
"Bisa-bisanya kau bicara tak senonoh seperti itu!"
"Tak senonoh yang mana?" tanya wanita itu.
"Itu, kau bilang jilat-jilat!" jawab Saka.
Wanita itu kembali mengulas senyum yang kini membuat Saka merasa terintimidasi tatapan matanya.
"Tuan, jilatan seperti apa yang membuat Anda berpikir bahwa saya bicara hal yang tidak senonoh?"
"Lihat, saya menjilat bibir saya sendiri seperti ini, apakah saya berbuat hal tak senonoh?"
Wanita itu menjilat bibirnya membuat otak Saka langsung membayangkan lidah wanita itu menjilat bibirnya.
"Haha," wanita itu tertawa melihat ekspresi serius Saka.
"Tuan, saya hanya bercanda, mengapa Anda begitu tegang?"
Saka merasa wanita itu begitu pandai mempermainkan emosinya.
"Tapi, Tuan, saya tidak keberatan jika Anda ingin berbuat tak senonoh terhadap saya," kata wanita itu.
"Haha!" Saka tertawa dengan tawa dibuat-buat.
"Anda sungguh benar-benar wanita murahan," tukas Saka.
"Haha," wanita itu balas tertawa. "Lagi-lagi Anda menghakimi saya wanita murahan, padahal Anda belum pernah membeli saya.”
"Jadi maksudmu, kau ingin aku membelimu, agar aku tahu apakah hargamu memang murahan?" tanya Saka.
"Dalam bisnis, harga murah dan mahal itu tergantung siapa yang menjadi pasarnya," jawab wanita itu.
"Jadi berapa hargamu?" tanya Saka.
Wanita itu tersenyum karena Saka termakan provokasinya.
"Tuan, bukankah sudah saya katakan, saya mungkin akan tertarik dengan Anda, jika Anda bersedia kencan makan malam dengan saya setidaknya sepuluh kali," jawab wanita itu.
"Haha!" Saka lagi-lagi tertawa.
Cekrik!!
Saka terkejut karena tiba-tiba wanita itu mengambil swafoto mereka.
"Hei, apa yang kau lakukan?!" Saka terkejut.
"Wah, Anda memang terlihat lebih tampan jika dilihat secara langsung," kata wanita itu.
"Nona, hapus foto itu!" perintah Saka.
Wanita itu menggeleng.
"Saya rasa tidak mungkin menghapus foto yang menjadi bukti pertemuan pertama dan terakhir kita.”
Saka menghela napas berat, ia bisa saja merampas gawai cerdas wanita itu dan menghapus foto tersebut. Namun cara seperti itu justru akan menimbulkan masalah.
"Baiklah, begini saja, mari kita berkencan makan malam sepuluh kali, lalu hapus foto itu," kata Saka.
"Deal," jawab wanita itu dengan senang.
...----------------...