Kembali Ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan s2-nya. Anindya harus dihadapkan masalah yang selama ini disembunyikan Abinya yang ternyata memiliki hutang yang sangat besar dan belum lagi jumlah bunga yang sangat tidak masuk akal.
Kavindra, Pria tampan berusia 34 tahun yang telah memberikan hutang dan disebut sebagai rentenir yang sangat dingin dan tegas yang tidak memberikan toleransi kepada orang yang membuatnya sulit. Kavindra begitu sangat penasaran dengan Anindya yang datang kepadanya meminta toleransi atas hutang Abinya.
Dengan penampilan Anindya yang tertutup dan bahkan wajahnya juga memakai cadar yang membuat jiwa rasa penasaran seorang pemain itu menggebu-gebu.
Situasi yang sulit yang dihadapi gadis lemah itu membuat Kavindra memanfaatkan situasi yang menginginkan Anindya.
Tetapi Anindya meminta syarat untuk dinikahi. Karena walau berkorban demi Abinya dia juga tidak ingin melakukan zina tanpa pernikahan.
Bagaimana hubungan pernikahan Anindya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 Tidak Bisa Melayani.
Anindya yang duduk di meja rias sembari menyisir rambut panjangnya.
Bruk.
Pintu kamar dibuka secara kasar yang membuat Anindya melihat dari cermin siapa lagi jika bukan Kavindra yang memang menjadi orang satu-satunya yang masuk tanpa mengetuk pintu.
"Aku sangat tidak suka jika kamu mulai mencampuri urusanku!" tegas Kavindra.
"Saya meminta maaf, tuan, itu bukan mencampuri urusan namanya, tetapi hanya tidak tega melihat dia seperti itu," jawab Anindya yang melihat suaminya dari cermin.
"Itu sama saja. Aku tidak menyuruhmu untuk tiba-tiba datang dan membela dia. Kau lihat sendiri betapa kejamnya aku hah! Anindya orang yang kau hadapi bukanlah orang sembarangan. Kau sudah melihat dan mendengar sendiri semua perkataanku kepadanya dan kau pikir itu hanya sebuah kata-kata saja. Aku sudah terbiasa melakukan hal seperti itu dan tidak memandang bulu!" tegas Kavindra.
"Aku tidak peduli mau dia wanita atau pria dan siapapun itu jika melanggar aturan yang sudah aku tentukan. Maka akan selesai di tanganku dan begitu juga dengan kau!" lanjutnya yang memberikan ancaman yang cukup mengerikan.
"Kau terdiam?"
"Ekspresi mu bener-bener sangat membuatku kesal Anindya. Kau terlihat tidak takut sama sekali dan seolah ingin menantangku. Apa kau pikir aku tidak bisa melakukan semua itu kepadamu hah! kau pikir aku tidak bisa kasar kepadamu. Jangan kau pikir jika aku akan lemah terhadapmu!" tegas Kavindra.
Anindya menarik nafasnya dan membuang perlahan ke depan, lalu kemudian dia berdiri dan menghadap suaminya itu
"Bagaimana mungkin tuan bisa melakukan semua itu kepada saya. Bukankah tuan mengatakan yang mendapatkan hal seperti itu adalah orang-orang yang melanggar peraturan dan itu artinya jika saya tidak melanggar peraturan, maka tidak akan mendapatkan hukuman seperti itu,"
"Saya juga adalah orang yang taat dengan peraturan dan saya tidak akan melanggar peraturan agar tidak mendapatkan hukuman seperti itu. Bukankah tuan hanya akan menghukum seseorang yang bersalah dan tidak mungkin menghukum orang yang tidak bersalah," jawab Anindya yang membuat Kavindra terdiam.
Kavindra lama-lama bisa gila yang selalu saja tidak punya jawaban jika Anindya sudah berbicara dan lagi-lagi apa yang dikatakan Anindya memang benar.
Kavindra yang tiba-tiba memegang dagu Anindya sehingga wajahnya sedikit mendongak ke atas dan mendekat padanya.
"Aku sudah beberapa hari tidak bertemu denganmu dan ternyata kau semakin pintar berbicara. Aku sangat membenci diriku saat tidak memiliki jawaban saat mulutmu ini mengeluarkan banyak kata," ucapnya. Anindya tidak merespon apa-apa.
"Sepertinya kamu harus membagi kata-kata itu untukku," ucap Kavindra yang tiba-tiba saja melumat bibir sang istri. Anindya bisa merasakan kemarahan pada ciuman itu.
Dia tidak memberontak sama sekali. Sampai kapan kemarahan Kavindra dan baru beberapa detik saja cuman itu sudah berubah menjadi sangat lembut yang seolah tidak ingin menyakitinya. Tetapi mungkin terkesan sedikit menggebu-gebu yang mungkin hasrat Kavindra tidak akan terkontrol jika sudah bersentuhan dengan istrinya.
Apalagi mereka sudah lama tidak bertemu dan bahkan Kavindra menuntun Anindya ke atas ranjang dengan ciuman yang tidak lepas sama sekali dan tanpa disadari Anindya yang sudah berbaring di atas ranjang dengan kedua kakinya yang masih menggantung di bawah tanah yang menyentuh lantai.
Kavindra yang sudah berada di atas tubuhnya memberikan ciuman semakin dalam dengan tangannya yang mulai meraba-raba bagian kaki Anindya dan bahkan tangan itu sampai ke pahanya yang masuk ke dalam dress tidurnya.
Anindya hanya memejamkan mata yang mendapatkan sentuhan dari suaminya itu, setiap kali Kavindra pasti memberikan hal-hal yang baru lagi, pola terbilang hanya pemanasan tetapi mampu membuat Anindya melayang-layang sampai ke langit ketujuh.
"Tuan ini bukan saatnya!" ucap Anindya dengan seketika yang membuat Kavindra mengangkat kepala yang menatap Anindya.
"Apa katamu?" tanyanya tampak kecewa.
"Saya minta maaf! tapi saya tidak bisa melayani tuan," ucap Anindya.
"Hah! Apa-apaan ini? Apa lagi yang kau inginkan hah! Sekarang tidak bisa melayani. Aku sudah menuruti segala syarat yang kau inginkan! Aku menuruti permintaanmu dan kau mengatakan seperti ini!" Kavindra yang benar-benar sangat kecewa dan bahkan terlihat marah.
"Anindya aku benar-benar...." Kavindra tidak jadi berbicara ketika tiba-tiba saja Anindya meletakkan jarinya di bibir Kavindra.
"Jangan marah dulu. Saya tidak bisa melayani tuan. Karena sedang datang bulan," ucapnya memberikan alasan.
Kavindra mengerutkan dahi yang menyinggirkan jari Anindya di bibirnya dan langsung berlalu dari aku Anindya dengan Kavindra yang berbaring kasar di samping Anindya.
Terlihat Kavindra semakin Frustasi dengan istrinya itu yang membuat Kavindra benar-benar kesal dengan nafas naik turun yang bisa-bisanya sang istri datang bulan. Anindya menoleh ke arah Kavindra.
"Maafkan saya tua," ucapnya dengan merasa bersalah.
"Diamlah Anindya. Kepalaku semakin sakit mendengar suaramu!" tegas Kavindra dengan emosi. Anindya memilih diam dan tidak ingin membuat suaminya mengamuk lagi.
"Kau benar-benar membuatku kesal Anindya. Ada saja alasanmu, minta ini, itu dan ketika aku sudah menurutimu dan sekarang. Apa kau sengaja mempermainkan ku. Anindya aku sudah menikah hampir 1 bulan dan kau sama sekali belum melakukan apapun," ucapnya dengan terus mengeluh.
"Kenapa kau diam saja? Apa sekarang kau menganggap yang berbicara ini hanya radio rusak!" kesal Kavindra.
"Tuan tadi menyuruh saya untuk diam dan jiak berbicara akan membuat kepala tuan sakit dan maka dari itu saya tidak berbicara!" jawab Anindya
"Lihat! ada saja jawabannya!" kesal Kavindra.
"Serba salah," gumamnya.
"Mengatakan apa?" tanya Kavindra yang mendengar suara itu samar-samar.
Anindya menggelengkan kepala yang tidak mengatakan apa-apa lagi. Anindya menghela nafas dan terlihat kesal dan Anindya tidak mengatakan apapun lagi.
Anindya tetap merasa bersalah dengan suaminya itu. Pada saat seperti ini dirinya belum bisa melayani Kavindra dan bukan keinginannya. Tetapi apa yang bisa dia lakukan dan bukan keinginannya untuk kamu yang tidak di undang.
***
Tok-tok-tok-tok
"Masuk!" sahut Anindya berada di dalam kamar yang terlihat lemas terbaring miring dengan tangan yang memegang perutnya.
"Nona Anindya. Ini sudah waktunya makan malam? Nona ditunggu turun," ucap Bibi yang berdiri di depan pintu kamar.
"Bi! Saya minta tolong katakan kepada tuan Kavindra kalau saya tidak bisa makan malam. Saya sakit perut," ucap Anindya dengan suaranya yang terdengar menahan sakit.
"Baik Nona .... Lalu apa Nona membutuhkan sesuatu?" tanya Bibi.
Anindya menggeleng samar, "jika membutuhkan hal lain, saya akan memanggil Bibi atau pelayan yang lain," jawab Anindya.
"Baik, Nona! kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Bibi yang membuat Anindya menganggukkan kepala.
Bibi melangkah menuruni anak tangga dan benar saja Kavindra yang sudah berada di sana dengan banyaknya makanan yang sudah terhidang di atas meja dan seperti biasa akan ada beberapa pelayan wanita yang berdiri di sana. Dia tidak akan makan sebelum istrinya datang.
"Mana Anindya?" tanya Kavindra yang melihat pembantunya itu datang sendirian.
"Maaf tuan, Nona Anindya tidak bisa makan malam. Perut beliau sakit," ucap pelayan yang menyampaikan apa yang disampaikan Anindya.
"Dia sakit?" tanya Kavindra dengan ekspresi wajah yang tampak Khawatir.
"Sepertinya seperti itu," jawab pelayan.
Kavindra yang tidak mengatakan apa-apa tidak mengerti berdiri dari tempat duduknya dan Kavindra yang langsung pergi. Dia bahkan tidak jadi makan malam.
Bersambung