Season dua dari novel "AKU KAH ANTAGONISNYA"
tentang perjalanan cinta Beatrice dan Sankara setelah menikah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chykara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03 kebersamaan
Sebuah penginapan di pinggir pantai menjadi pilihan Sankara untuk memanjakan sang istri, pantai itu sangat indah, dan bersih. Laut biru dengan langit biru jernih terlihat menyapu di ujung cakrawala.
Pasir putih yang berbutir halus di sepanjang pantai berombak besar terasa sangat lembut di kaki Beatrice yang berjalan di sana tanpa alas kaki.
Sankara berjalan di sisi sang Istri dengan langkah kecil, sesekali kaki mereka di cium oleh air saat ombak pecah di bibir pantai.
Tangan kedua nya menyatu seakan tidak terpisahkan. Mia satu satu nya pelayan yang di bawa oleh Beatrice dari rumah orang tua nya berjalan sekitar 20 meter di belakang mereka bersama dua ksatria.
Mia berjalan sambil menenteng sebuah keranjang piknik dan tas kecil berisi sepatu tuan dan Nyonya nya.
Saat mereka berjalan tiba tiba saja kaki kanan Beatrice terperosok ke dalam sebuah lubang, untung saja dengan cepat Sankara menahan tubuh nya hingga dia tidak sampai terjerembab mencium pantai.
"Kenapa sayang?" tanya Sankara melihat wajah Beatrice yang meringis.
"Sakit..." Bukan nya menjawab Beatrice malah semakin meringis dan terlihat hampir menangis.
Dengan cepat Sankara mengangkat tubuh sang istri dan berjalan cepat menuju deretan pohon rindang di pinggir pantai dan mendudukkan sang Istri di sana.
Mia dan kedua ksatria yang tadi nya berjalan dengan santai berlari dengan cepat mendekati mereka berdua.
"Ada apa yang mulia?" tanya salah satu ksatria.
"Seperti nya kaki nyonya keseleo, kita batalkan dulu piknik nya, kita kembali ke penginapan." putus Sankara.
"Baik yang mulia" jawab mereka.
Karena rasa sakit nya yang tajam akhir nya air mata lolos juga dari marah abu abu muda sang gadis, walaupun dia sudah berusahan menahan tangis nya
"Apa sakit sekali?" tanya Sankara
Beatrice yang sedang berada di dalam bopongan sang suami hanya mengangguk.
Beatrice mengalungkan tangan nya di leher Sankara dan menyembunyikan tangis nya di cerukan leher sang suami.
Sankara mempercepat langkah menuju hotel. Dia sedikit menyalahkan diri nya sendiri karena tidak melihat jalan di sana, dia terlalu fokus pada kecantikan sang istri dan melupakan hal lain nya.
"Harus nya aku membawa dokter mansion dalam perjalanan ini, kita tidak tau apa yang mungkin terjadi selama perjalan" ucap Sankara lirih.
"Tanya kan pada pengelola Penginapan apa ada dokter di penginapan mereka? Kalau tidak tanya kan di mana dokter terdekat" perintah Sankara pada salah satu ksatria nya.
"Baik yang mulia" ucap nya dengan cepat.
Sesampai nya di kamar yang mereka sewa Sankara meletakkan Beatrice dengan hati hati di atas ranjang.
"Maaf sayang, aku tidak memperhatikan jalan yang akan kita tempuh hingga kamu jadi celaka Seperti ini ucap Sankara dengan nada bersalah.
"Tidak suami ku, ini semua kecelakaan, ini bukan salah siapa siapa, bukan salah kamu ataupun salah ku" ucap Beatrice.
Walaupun rasa sakit nya tidak berkurang tapi Beatrice berhasil menenangkan diri nya mencoba menyesuaikan diri dengan rasa sakit yang tajam tersebut.
Sankara berjalan menuju kaki Beatrice dan menyingkapkan sedikit rok nya nya lembab bekas kena air laut. Alangkah terkejut nya Sankara saat melihat kaki Beatrice, hanya dalam hitungan menit kaki Beatrice sudah sangat bengkak dan berwarna kebiruan.
"Tok tok tok... Yang mulia dokter sudah datang" samar samar suara Mia terdengar memberi tau tentang kedatangan dokter.
"Masuk..." perintah Sankara dengan lantang.
Mia mendorong pintu kamar dan mempersilahkan seorang pria setengah baya masuk ke dalam kamar paling mewah di penginapan tersebut.
"Dokter ayo cepat masuk, tolong periksa kaki istri saya, Kenapa kelihatan nya sangat parah" ucap Sankara.
"Baik yang mulia" jawab nya sambil berjalan menuju ranjang.
Oleh para ksatria sebelum nya dia sudah Di beri tau kalau akan mengobati istri archduke muda Estrillda membuat dokter itu sedikit gugup.
"Maaf nyonya saya akan memeriksa kaki anda" ucap dokter tersebut sebelum menyentuh kaki Beatrice.
"Silakan dok" ucap Beatrice lembut.
Sankara membantu dokter itu menyingkapkan kan sedikit rok sang istri, dokter itu duduk di atas kursi dekat ranjang yang di ambilkan oleh Mia.
Dengan lembut dia menekan kaki Beatrice untuk melihat apa yang terjadi.
Tapi sentuhan lembut itu sudah membuat suara teriak tertahan keluar dari mulut Beatrice dengan cepat Sankara memeluk sang Istri.
"Apa kau tidak bisa sedikit lebih lembut? Istri ku sangat kesakitan" bentak Sankara dengan penuh amarah.
"Maaf yang mulia saya harus menekan nya, juta harus mencari tau apa ini hanya keseleo atau patah tulang, kalau patah tulang nyonya harus di operasi atau pelurusan secara manual dan rasa nya akan sangat sakit. Tapi jika keseleo kaki nyonya hanya harus di balut dan dan di kompres dengan air dingin untuk mengulangi efek bengkak nya" ucap dokter tersebut menjelaskan dengan sabar.
Walaupun baru saja di bentak oleh Sankara tapi tidak ada kemarahan dalam suara, suara nya tetap lembut dan memenangkan.
"Dan bagaimana cara nya untuk mengecek hal itu patah atau keseleo?" tanya Sankara. Nada amarah dalam suara nya mulai mengecil.
"Saya harus sedikit meraba sumber sakit nya tuan, memang akan sangat sakit bagi nyonya, tapi hanya beberapa detik saja" ucap dokter tersebut.
Sankara sedikit berfikir, dia Benar benar tidak sanggup melihat sang istri kesakitan, setiap jeritan Beatrice serasa merobek robek jantung nya.
"Lakukan saja dokter" ucap Beatrice lirih.
"Bebe tapi ini akan sakit sekali" ucap Sankara
"Tidak apa apa suami ku,aku akan mencoba menahan nya, lakukan saja dan biarkan aku berteriak" ucap Beatrice.
Sankara terdiam sebentar dan saat melihat keyakinan di mata Beatrice dia pun akhir nya setuju.
"Ayo peluk aku,Jika sakit nya tidak tertahankan kamu bisa menggigit bahu ku, tidak apa apa" ucap Sankara.
Beatrice menghela nafas lalu memeluk sang suami dengan erat menyembunyikan wajah nya di ceruk leher Sankara
"Lakukan dok" ucap Beatrice, Sankara bisa merasakan kesakitan dan ketakutan Beatrice dari tubuh nya yang gemetar.
Dokter mulai menekan kaki Beatrice dan sedikit memutar nya membuat pekikan menggelegar dari mulut Beatrice di sertai dengan air mata.
Dokter tidak bohong, memang hanya beberapa detik tapi rasa sakit yang di rasakan Beatrice sungguh sungguh sangat sakit.
Tangis nya pecah walaupun dokter sudah tidak lagi memegang kaki nya.
Sankara memeluk nya dengan lembut dan mengusap punggung nya berharap bisa mengurangi rasa sakit nya.
Perlahan tangis nya mulai reda, Sankara lalu merebahkan kembali Beatrice ke ranjang.
"Bagaimana dok?" tanya Sankara.
"Kita cukup bersyukur yang mulia, kaki nyonya hanya keseleo,kita hanya perlu membalut nya, dan mengompres dengan air dingin untuk mengulangi bengkak," ucap dokter tersebut.
Wajah Sankara terlihat sangat lega, dokter mengeluarkan sebuah kain elastik dalam posisi tergulung dari dalam tas nya.
"Apa kau pelayan nyonya?" tanya dokter pada Mia
"Iya tuan dokter" jawab Mia.
"Kompres kaki nyonya 4 sampai lima kalian sehari sampai bengkak nya berkurang, saya juga akan mengajar kan pada mu bagaimana cara memasang kain ini pada kaki nyonya." ucap dokter.
"Ajar kan pada saya saja dokter, Biar saya yang memasang kan kain itu" ucap Sankara.
"Tidak apa apa suami ku, biar Mia saja" ucap Beatrice
"Tidak mau, Biar aku saja Bebe," rajuk Sankara.
"Bagaimana kalau anda juga ikut belajar tuan besar, nanti siapa yang bisa dia yang membalut kaki nyonya."ucap dokter mencoba mencari jalan tengah.
***