ANTAGONIS? NO PROBLEM!

Perbincangan keduanya berhenti saat seorang pria yang dipekerjakan sebagai bodyguard mendatangi dengan sedikit tergesa-gesa.

"Maaf mengganggu nyonya, nona... Di depan sudah ada chef Alain Ducasse. Apa langsung suruh masuk saja?" tanyanya sopan dengan sedikit membungkuk.

"Suruh masuk aja paman, aku tidak sabar belajar masak dengan chefnya." tutur Rhea dengan mata berbinar-binar dan wajah penuh semangat.

Bodyguard itu mengangguk paham dan berpamitan keluar rumah untuk menghampiri tamu spesial itu.

Dengan demikian, Rhea bersama Diana mempelajari cara memasak dan berbagai resep dari tamu spesial itu hingga jam menunjukkan pukul tujuh malam.

Setelah tamunya pulang, Rhea melihat room chatnya Zevan terakhir dilihat sekitar jam sembilan pagi. Lalu membuatnya mengirim beberapa pesan, tapi sayang hanya centang satu abu-abu.

"Mungkin aja Zevan nya lagi sibuk ngurusin kerjaan di kantor sayang. Kan dia bakal gantiin posisi calon ayah mertuamu, belum lagi posisi di dunia bawah."

Mendengar penuturan ibunya, Rhea mengangguk lemah dan mencoba menghilangkan rasa gelisah bahkan tetap berusaha berpikiran positif.

"Baik mama sama papa, udah kenal Zevan dari lama sejak bayi lagi. Kecilnya sampe beranjak remaja juga nggak pernah kenal perempuan loh kecuali calon ibu mertuamu, mama dan kamu. Dia sewaktu lihat kamu baru lahir langsung minta nikahin kalian berdua."

"Sejak permintaan itulah, mama sama papa dengan orang tuanya Zevan sepakat bikin pertunangan dulu. Untungnya mendiang kakek nenek mendukung juga. Jadi, kamu harus percaya sama Zevan. Mama yakin dia nggak bakal nyakitin hati kamu sayang."

Rhea dibuat bingung dengan penjelasan ibunya yang berkata jujur terkait Zevan, di mana dalam cerita asli novelnya tokoh protagonis pria itu hanya ingin Luana yang tidak lain adalah protagonis wanita.

Bahkan, menyakiti hati Rhea asli dan di awal cerita sudah memutuskan pertunangan. Itupun kalau alur novelnya berjalan sesuai yang ditulis oleh penulis.

"Iya ma, aku paham... Aku juga berusaha untuk tetap percaya sama Zevan. Oh iya, kita jadi pergi ke rumah sakit kan?" tanyanya usai keluar dari room chat Adel.

"Iya sayang, kamu ganti baju dulu sana. Mama nanti nyusul ganti baju kalau papa udah pulang. Bilangnya papa lagi perjalanan ke rumah."

Rhea mengangguk meng-iyakan dan menaiki lift ke tempat kamarnya berada. Kemudian segera mandi, berganti pakaian dan berdandan tipis-tipis.

Kembali ke Diana yang bergegas keluar rumah untuk menyambut kepulangan suaminya yang keluar mobil dengan wajah lelahnya.

Saat berjalan mendekat menuju ke suaminya, pria itu telah memasang wajah cemberut dan merentangkan tangannya terbuka lebar seolah ingin dipeluk.

Wanita awet muda itu tidak bisa untuk tidak terkekeh gemas dan langsung menyambut pelukan hangatnya yang mendapat ciuman bertubi-tubi di wajah.

"Papa, sini biar aku bantu bawain tas sama jasnya." ucapnya langsung mengambil alih dengan cepat.

"Makasih ma. Rhea di rumah kan?" tanya Devan yang diangguki oleh istrinya. "Rhea lagi siap-siap di kamar soalnya mama sama Rhea mau ke rumah sakit."

Alis Devan agak menukik. "Memangnya siapa yang sakit?" Mendengar pertanyaan itu, Diana menjawab.

"Kita mau jenguk Rosita. Aku bilang ke Rhea, suruh nunggu papa pulang biar bisa pergi bareng kesana. Ayo kita siap-siap juga, sebelum kemaleman."

Devan mengangguk paham dan berjalan memasuki rumah dengan merengkuh pinggang istrinya hingga menuju ke kamar mereka yang ada di lantai dua.