“DASAR WANITA PEMBAWA SIAL KAU, DHIEN! Karena mu, putraku meninggal! Malang betul hidupnya menikahi wanita penyakitan macam Mamak kau tu, yang hanya bisa menyusahkan saja!”
Sejatinya seorang nenek pasti menyayangi cucunya, tetapi tidak dengan neneknya Dhien, dia begitu membenci darah daging anaknya sendiri.
Bahkan hendak menjodohkan wanita malang itu dengan Pria pemabuk, Penjudi, dan Pemburu selangkangan.
"Bila suatu hari nanti sukses telah tergenggam, orang pertama yang akan ku tendang adalah kalian! Sampai Tersungkur, Terjungkal dan bahkan Terguling-guling pun tak kan pernah ku merasa kasihan!" Janji Dhien pada mereka si pemberi luka.
Mampukah seseorang yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama itu meraih sukses nya?
Berhasilkah dia membalas rasa sakit hatinya?
Sequel dari ~ AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
B ~ Bab 04
Dhien ~ Wanita tangguh dengan hati teguh.
......................
Nek Blet seketika pingsan, dia tidak bisa menerima kabar duka ini.
Emak Inong melangkah gamang, seperti orang linglung kehilangan arah, air matanya sudah membasahi pipi.
Peti mati berwarna kayu itu digotong memasuki ruang tamu, tangisan Ayie terdengar histeris.
Kentongan dibunyikan, berita duka seketika tersiar di wilayah yang masih sepi bangunan rumah, dikarenakan masih awal pembukaan lahan.
“Emak!” Zulham yang belum mengerti, berlari ke arah ibunya.
Emak Inong menggendong Zulham, lalu masuk ke ruang tamu yang sudah ada beberapa orang, telinganya seolah berdenging, sama sekali tidak bisa mendengarkan percakapan sekitarnya, jiwanya seakan ikut tercabut bersama kepergian kekasih hatinya.
“Abang! Kau pergi berpamitan dengan badan segar bugar, lalu mengapa pulang hanya tinggal raga tanpa nyawa?!” Emak Inong tergugu memeluk peti mati suaminya, yang tidak diperbolehkan untuk dibuka lantaran kondisi almarhum Syamsul yang begitu memprihatinkan.
“Jangan sentuh anakku! Pergi kau pembawa sial!” Nek Blet yang sudah sadar menarik bahu menantunya, sampai Emak Inong terjengkang.
Zulham bertambah menangis kencang, kala melihat ibunya terlentang akibat dorongan sang nenek, dia membantu ibunya untuk bangun.
“Buk, dia suamiku! Tolong jangan halangi diri ini mengucapkan kalimat perpisahan!” pintanya memelas.
“Tak akan! Tahu begini, ku tentang mati-matian sewaktu dulu kalian hendak menikah! Dasar pembunuh kau Inong!” Nek Blet menuding wajah sembab wanita yang tengah hamil besar.
“Cukup! Tak elok bertengkar di depan orang yang sudah tiada!” Bapaknya Syamsul, menengahi.
“Duduk dengan saya saja!” Seorang ibu-ibu pelayat menarik tangan Emak Inong.
Setelah di sholati, jenazah Syamsul hendak dimakamkan.
Meskipun harus menjaga jarak, Emak Inong ikut mengantarkan ke peristirahatan terakhir, dia berjalan tanpa alas kaki sambil menggandeng tangan Zulham.
Tidak berselang lama, prosesi pemakaman singkat itu pun selesai, para pelayat kembali pulang ke rumah masing-masing, begitu juga dengan Nek Blet dan lainnya, baru setelahnya Emak Inong mendekati kuburan yang tanahnya masih basah.
"Assalamualaikum Bang! Semoga_” Emak Inong tidak dapat melanjutkan kata-katanya, dia menangis histeris seraya mengusap patok seadanya.
“Emak … Tak boyeh angis!” Zulham memeluk sisi samping sang ibu, berdua mereka sama-sama menangis.
‘Saya pulang dulu ya Bang! Ya Rabb, hamba mohon, tolong berikan tempat terindah bagi suami hamba, lapangkan lah kuburnya, sejatinya ia pria yang Sholeh dan penuh tanggung jawab.’
Emak Inong kembali berjalan pulang bersama dengan Zulham, mereka saling bergandengan tangan, begitu sampai di pagar bambu setinggi pinggang orang dewasa pekarangan rumah mertuanya, ia dikejutkan dengan teriakan menggelegar.
“Berhenti kau! Jangan pernah lagi menginjakkan kaki di rumah ini! Kau dan anak dalam kandunganmu tu betul-betul pembawa sial! Karena kalian, aku jadi kehilangan seorang Putra!” Nek Blet berkacak pinggang di teras rumah.
BUGH.
Ayie menjatuhkan satu kantong plastik besar yang berisi pakaian Emak Inong. “Pulang sana ke rumah mu! Kau bukan lagi seorang menantu, hanya Janda pembawa sial!”
Idris suami dari Ayie berusaha mengambil paksa Zulham.
“Emak!” Zulham meronta-ronta kala tangannya ditarik paksa sang paman.
Emak Inong berusaha tetap mempertahankan sang putra, tetapi dia kalah tenaga.
“Buk, tolong jangan pisahkan saya dengan Zulham!” Emak Inong berlutut di batas pekarangan, dia memohon, meminta kembali sang anak.
“Anggap saja si Zulham pengganti anakku yang kau bunuh!” ucap Nek Blet, lalu masuk ke dalam rumah dan membanting pintu.
Emak Inong tidak mengindahkan larangan tadi, dia berjalan dan menggedor-gedor pintu rumah ibu mertuanya. Suara tangis Zulham masih terdengar memekakkan gendang telinga.
Hari sudah semakin beranjak sore, tetapi Emak Inong tetap keukeuh berdiri sambil mengetuk pintu rumah. “Buk, kembalikan Zulham!”
Sekuat apapun dia berteriak sampai suaranya serak, tetap saja pintu terkunci itu tidak dibukakan.
Tetangga Nek Blet tidak sampai hati melihat sosok Emak Inong yang begitu memprihatinkan, perut besar, baju kumal, wajah sembab. Dia datang memberikan bantuan dengan mengantarkan Emak Inong pulang ke rumahnya di desa Jamur Luobok.
***
Di sinilah sosok wanita hamil tua itu, hidup sebatang kara di rumah peninggalan sang suami yang masih belum layak huni, lantai tanah, dinding papan, serta jendela karung beras bulog.
“Assalamualaikum ….”
"Walaikumsalam!” jawab Emak Inong sambil membuka pintu.
“Boleh kami masuk?” tanya dua sosok wanita yang sama-sama tengah mengandung.
“Mari masuk ... Nyak Zainab, Mak Syam!”
Tetangga Emak Inong datang dengan membawa barang terbungkus kardus mie instan.
“Maaf sebelumnya, bukan maksud kami hendak menyinggung perasaan Emak Inong, hanya saja ingin saling tolong-menolong sesama tetangga,” ucap Nyak Zainab.
“Ini ada pakaian serta perlengkapan bayi, untuk si Adek. Mohon diterima ya, Emak Inong!” sambung Mak Syam.
“Masya Allah. Terima kasih banyak, jujur saya belum punya baju bayi barang sebiji pun!” Emak Inong nyaris bersimpuh hendak mengucapkan beribu terima kasih.
“Tak boleh macam ni!” Nyak Zainab menggenggam tangan tetangganya.
Hari pun terlewati dengan begitu berat bagi Emak Inong, dipisahkan dari sang putra, ditinggal untuk selamanya oleh suami tercinta, kini dia berjuang bertaruh nyawa demi melahirkan anak kedua.
Dengan dibantu oleh dukun bayi, Emak Inong berhasil melahirkan seorang bayi perempuan nan cantik.
“Nak … Emak namai engkau ‘Dhien’, sesuai keinginan Ayah mu bila memiliki seorang anak perempuan!” ucap lirih Emak Inong seraya mengecup pipi kemerahan bayinya.
‘Sayang ... bila nanti anak kita perempuan, Abang ingin menamai nya ‘Dhien’, yang artinya Wanita tangguh berhati teguh.’
Sedari bayi, Dhien sudah diajak berjuang bersama ibunya, di gendong belakang kala sang ibu mencangkul tanah keras, diletakkan dalam kardus besar tanpa tutup sewaktu Emak Inong menjadi buruh cuci dan bersih-bersih di rumah Nyak Zainab.
KILAS BALIK SELESAI.
.
.
“Betulkan kalau Dhien tu wanita penurut? Cocok bila dijadikan pembantu gratisan?” tanya Ramlah calon ibu mertua Dhien.
Nek Blet dan Ayie saling pandang, lalu Nek Blet yang menjawab. “Tentulah, mana mungkin dia melawan! Sebab, ibunya sering sakit-sakitan, pasti nya tak mau menambah beban pikiran Inong!”
Ramlah manggut-manggut, lalu tersenyum culas. “Baguslah, tak payah ku upah orang lagi kalau macam ni ceritanya.”
Berakhir kesepakatan itu diterima oleh kedua belah pihak. Ramlah memberikan dua ekor Kambing jantan, sedangkan Nek Blet menjual sang cucu tidak di anggapnya, Dhien.
***
“Macam mana pulak bisa macam ni, baru sepuluh langkah sudah lupa lagi! Ini pasti gara-gara Mamak yang ngasih air tajin, bukannya susu!”
Dhien yang sedang mencabut rumput halaman rumahnya, mengernyitkan dahi kala mendengar suara cempreng, lalu dia berdiri.
“HEI KELENG!!”
Anak laki-laki berumur 8 tahun itu melongok kan kepalanya, dikarenakan rumah Dhien berada di bawah bukit tidak begitu menanjak. “Sedang apa Kakak disitu? Berak kah?”
Dhien berkacak pinggang, menatap nyalang. “Kalau tak mau parang ni melayang, sini kau, Ayek!!”
.
.
"Cukup segini 'kan, Dhien? Bila tak, biar ku petik lebih banyak lagi! Semoga saja langsung beda alam nya nanti!"
.
.
Bersambung.
Siapa yang sudah tak sabar ketemu salah satu anggota Trio Cebol?😆
Sebelum masuk ke inti, kita sedikit senang-senang dulu, biar nggak spaneng menghadapi keluarga titisan Fir'aun 🤣
Bila berkenan, tolong klik permintaan updatenya ya Kak🙏🥰
semangaat Dhien doaku meyertaimu
tar kembali lagi skalian bawa tiker sm kupi , klo dh End yak. 🤩😘🤗