"Jamunya Mas," Suara merdu mendayu berjalan lenggak lenggok menawarkan Jamu yang Ia gendong setiap pagi. "Halo Sayang, biasa ya! Buat Mas. Jamu Kuat!" "Eits, Mr, Abang juga dong! Udah ga sabar nih! Jamunya satu ya!" "Marni Sayang, jadi Istri Aa aja ya Neng! Ga usah jualan jamu lagi!" Marni hanya membalas dengan senyuman setiap ratuan dan gombalan para pelanggannya yang setiap hari tak pernah absen menunggu kedatangan dirinya. "Ini, jamunya Mas, Abang, Aa, diminum cepet! Selagi hangat!" Tak lupa senyuman manis Marni yang menggoda membuat setiap pelanggannya yang mayoritas kaum berjakun dibuat meriang atas bawah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Wajah Marni yang biasanya cerah ceria kini menekuk bagai dompet akhir bukan belum gajian.
"Loh, Ndok, kenapa, merengut begitu. Lah ini kok wes basah semua pakaianmu?"
Bude Sri dibuat kebingungan melihat pakaian Marni basah mana kotor sana sini.
Berangkat masih rapi, bersih dan wangi, malah pulang-pulang belepotan seperti kecebur kubangan.
"Ada yang bawa mibilnya sambil mules kali Bude. Marni tak mandi dulu. Bude jadi kan mau diantar ke pasar?"
"Jadi Ndok. Tapi Kamu rapopo? Ga ketabrakkan? Ga ada yang luka?" Saking khawatirnya Bude Sri sampai membalik tubuh Marni agar bisa melihat dengan teliti aoakah Marni baik-baik saja selain belepotan dan basah.
"Aku rapopo Bude. Kalo gitu Marni mandi dulu ya Bude. Sama ini bajunya mau sekalian direndem dulu biar wangi, ini bau got begini."
"Yowes, Bude juga mau dzuhuran dulu. Kamu sekalian dzuhuran ya Ndok. Jadi tenang takutnya lama di pasar."
Marni mengangguk seiring langkah kakinya menuju kamar mengambil handuk terus ke kamar mandi membersihkan diri yang menjadi korban cipratan Mobil Oknum pengemudi mules.
"Yowes seneng sama susah itu kayak uang logaman. Bolak-balik. Lah paginya dapat pelanggan yang royal eh siang dapat jatah kecipratan air kubangan. Nasib, Nasib!"
Sambil membersihkan diri namin namanya mulut tetap saja mendumal meski katanya ikhlas.
"Sudah makan Ndok? Makan dulu, Bude tadi masak sayur lodeh sama ikan teri. Makan ya. Barengan. Bude juga belum makan."
Setelah makan dan siap, Marni dan Bude Sri akhirnya memutuskan naik Becak menuju ke pasar.
"Loh Ndok itu ada apa, rame-rame?"
Saat turun becak dan membayar Marni dan Bude Sri disuguhi pemandangan yang tak biasa.
"Waduh, itu kayak orang-orang yang waktu itu. Mau apa lagi ya Mereka?" Marni membatin dalam hati.
"Loh Bude, Marni, Lu oada ada disini?"
"Leha, iki ono opo toh? Lah itu Babeh Ali ada juga? Lah, Juragan Basir juga ada. Ini ada apa sebenernya. Itu mobil bagus-bagus, punya siapa toh?"
"Bude Sri, Marni! Sini!" Juminten yang juga penjual di pasar datang dan segera membawa Marni dan Bude Sri menuju tepian agar tak panas.
"Iki ono opo toh Jum? Semua sudah rata dengan tanah. Terus itu Babeh Ali dan Juragan Basir juga ada. Lah terus, iki mobil buanyak banget mana mewah begitu, punya siapa?"
"Wes toh Bude. Kita tunggu disini saja. Itu Babeh Ali dan Juragan Basir sebagai perwakilan sedang diskusi dengan pemilik pasar ini."
"Loh bagaimana? Pemilik Pasar? Lah Aku gak ngerti. Ini sebenernya ada apa?"
"Jadi begini Bude, Babeh bilang, pemilik lahan pasar yang sekarang bakal kasih uang kompensasi sama yang lahannya kena gusur. Tapi sekarang Babeh sama Juragan Basir lagi nego untuk urusan harga dan pembayarannya." Mpok Leha menjelasakan apa yang Ia ketahui.
"Nah itu kayaknya udah selesai." Mpok Leha menunjuk pada Babeh Ali dan Juragan Basir yang sedang bersalaman dengan salah seorang Pria yang berpakaian serba hitam dengan kacamata hitam.
Mobil-Mobil mewah hitam dan tertutup perlahan meninggalkan area pasar.
"Kumpul Semua!"
Semua pedagang di pasar yang kini sedang menunggu hasil keputusan seketika merapat kearah Babeh Ali dan Juragan Basir.
Bude Sri menggenggam tangan Marni kemudian mengikuti yang lain menuju tempat Babeh Ali dan Juragan Basir berada.
"Marni, Bude, duduk sini aja." Mpok Leha menepuk sisi kursi disebelahnya.
Tatapan Juragan Basir dan Babeh Ali tertuju pada keberadaan Marni.
Marni sadar, Keduanya menatap Marni dengan tatapan berbeda.
Jika Juragan Basir sengan genit sedangkan setiap Babeh Ali menatap Marni entah apa yang ada dipikiran pria baya yang masih kekar itu.
"Silahkan Abang yang menyampaikan." Juragan Basir meminta Babeh Ali angkat suara.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh."
Semua yang ada disana serentak membalas salam Babeh Ali.
"Seperri yang Lu semua liat, Gua sama Basir baru aje sepakat dengan pihak pemilik lahan yang sekarang. Tadi orang kepercayaannye bilang kalau pemilik bakal ngasih uang kompensasi sama pemilik lapak yang kena gusuran. Adapun besarannye Mereka akan lihat sesuai dengan seberapa luas lapak yang Lu pada punya. Gua harap semua bisa berjalan dengan baek. Ga kisruh dan Mereka menepati janji. Tadi Orang Kepercayaan yang ngewakilin bilang, Lusa, Mereka akan bawa notaris untuk urusan serah terima. Dan uang kompensasi yang Bakal dibayar akan ditransfer lewat bank. Diem dulu! Heran Gua belum selesai ngomong!" Babeh Ali meninggikan suaranya saat ada yang akan protes padahal belum selesai Ia menyampaikan berita.
"Lu ga usah khawatir, masing-masing bakal dibukain rekening di Bank. Siapin aje KTP. Punya kan? Nanti pihak Mereka akan bantu. Jadi ga bawa duit cash. Bahaya."
"Sama satu lagi Gua tekenin, jangan sampe ribut, berantem. Yang penting selama hak Kite di berikan Kuta gak akan buat masalah. Selebihnye kalau ada yang mau ditambahin Lu yang sampein dan Sir!"
"Buat yang ngontrak lapak sama Gua, Besok kalau emang jadi dibayarin kompensasi Gua akan kasih sisa duit kontraknya. Gua harap gak usah lagi neror kerumah Bini Gua. Bikin pusing aje!"
Semenjak huru hara penggusuran lapak di pasar para pedagang yang menyewa lapak Juragan Basir merasa rugi karena Mereka sudah bayar sewa tapi lahan kena gusur juga.
Ya jalan satu-satunya Mereka mendatangi rumah ketiga Istri juragan Basir.
Dari ketiga Istri Juragan Basir, Santi lah yang paling emosi dan terlibat ribut dan berakhir jambak-jambakan dengan beberapa penyewa lapak.
Alhasil, Istri Kedua Juragan Basir yang bernama Santi kini ada di rumah sakit.
"Ah lebay aja bininye yang kedua emang biang kerok! Padahal dia duluan yang nyolot sama main tangan eh diseruduk Emak-Emak pasar keok, dibawa ke rumah Sakit malah pengen dialem. Padahal cuma kecet dikit doang! Udah kayak kenape aje mintanye dirawat. Lebay banget dah! Beda sama Umi Halimah, enak orangnye sabar dan mau dengerin keluhan Kite!" salah satu pedangan yang menyewa lapak milik juragan Basir kini memberi tahu Marni dan Bude Sri.
"Gua rasa urusan ni hari udah beres. Besok yang mau mulai ngurus bisa langsung dateng aje ke sini. Mereka bilang bakal ada mobil yang ngurus dan buka pengaduan kok." tambah Babeh Ali.
Setelah ada kejelasan satu per satu pedagang bubar.
"Bude, masih mau belanja?" Marni melihat sejak tadi Bude Sri diam saja tak berkomentar apapun.
"Bude," Marni mengusap perlahan bahu Bude Sri dan sukses menyadarkan Bude Sri.
"Eh, iya Ndok, sudah? Tuk pulang. Bude lelah."
"Ayo Bude." Marni menggenggam tangan Bude Sri dan membawanya menuju becak yang ada mangkal di depan.
"Mar, Bude, Bareng Kite aje ye! Beh anterin sekalian Bude Sri sama Marni ye. Kan sekalian pulang."
Marni menatap Bude Sri yang tatapannya entah sedang memikirkan apa sehingga raganya disini tapi terlihat pikirannya sedang menerawang.
"Ayo!"
Ka othor ngikutin berita update 😁