NovelToon NovelToon
MBOK JAMU SEKSI

MBOK JAMU SEKSI

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Tiara Pradana Putri

"Jamunya Mas," Suara merdu mendayu berjalan lenggak lenggok menawarkan Jamu yang Ia gendong setiap pagi. "Halo Sayang, biasa ya! Buat Mas. Jamu Kuat!" "Eits, Mr, Abang juga dong! Udah ga sabar nih! Jamunya satu ya!" "Marni Sayang, jadi Istri Aa aja ya Neng! Ga usah jualan jamu lagi!" Marni hanya membalas dengan senyuman setiap ratuan dan gombalan para pelanggannya yang setiap hari tak pernah absen menunggu kedatangan dirinya. "Ini, jamunya Mas, Abang, Aa, diminum cepet! Selagi hangat!" Tak lupa senyuman manis Marni yang menggoda membuat setiap pelanggannya yang mayoritas kaum berjakun dibuat meriang atas bawah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Maksud Menutupi

"Oh iya Ndok, di pasar ada kabar apa?"

Marni seketika berhenti, sendok ditangannya mengambang diudara tak lagi melanjutkan suapan yang mulai hilang selera.

Marni sendiri bingung harus memulai cerita darimana.

Semua terlalu cepat dan masih abu-abu.

"Ndok, Loh Kamu kok ngelamun? Makanmu juga ga dihabiskan." Bude Sri melihat perubahan rona wajah Marni.

Sekilas, Marni melihat wajah tua dihadapannya yang tulus berhati baik padahal bukan siapa-siapa namun kebaikan dan ketulusan Bude Sri membuat Marni tak tega menyampaikan hal-hal yang mungkin saja menambah beban pikiran wanita paruh baya dihadapannya yang sudah Marni anggap selayaknya orang tuanya sendiri.

"Iya Bude. Ini Marni lanjutkan." Marni kembali menyuap nasi yang kini sudah terasa hambar. Bukan karena rasa masakannya yang berubah namun suasana hati Marni yang membuatnya tak lagi sama.

"Ndok, hari ini pembeli sayur semakin banyak. Mereka tahu warung sayur Bude katanya dari mulut ke mulut. Bude bersyukur sekali Gusti Allah tak lepas Kita, meski ujian datang tapi pertolongan Gusti Allah selalu bersama Kita ya Ndok."

Bisa Marni lihat ada gurat kebahagiaan di wajah Bude Sri saat menceritakan hal itu kepada Marni.

Rasanya tak tega Marni jika harus menceritakan hal yang terjadi di pasar.

Sudah banyak penderitaan yang Bude Sri alami sepanjang hidupnya. Meski Marni semakin mengenal sosok Bude Sri yang tak pernah terlontar dari bibirnya kata-kata mengeluh, namun Marni tahu disetiap sujud disepertiga malam yang diam-diam Marni lihat Bude Sri menumpah curahkan segala apa yang Ia rasakan.

"Ndok, tadi gimana sudah pesen ke Si Iwan? Soalnya tadi yang belanja pada nanyain ikan basah. Kalo Ayam sudah ada yang pasok. Itu loh Ndok, Si Juminten dia pas Bude Bell, sesuk langsung bawain. Bude bersyukur sekali, teman-teman seperjuangan di pasar masih guyub." Bude Sri menceritakan kesehariannya dirumah sambil berdagang sayur.

"Alhamdulillah Bude. Rezeki Bude masih Gusti Allah beri jalannya."

"Loh, makanmu tak habis Ndok?"

"Iya Bude kenyang. Biar ini Marni yang bereskan ya. Bude Istirahat dulu. Capek seharian jualan. Iya kan?"

"Iya sih Ndok. Ya sudah, Bude mau masuk kamar dulu ya."

"Iya Bude."

Marni menatap langkah perlahan Bude Sri, "Maaf Bude, bukannya Marni mau menyembunyikan, tapi Marni gak mau lihat Bude sedih." Marni membawa langkahnya membersihkan sisa makanan di meja makan dan mencuci piring di dapur.

Rasanya jarum jam cepat sekali berputar. Dua puluh empat jam sehari seakan berlaku begitu saja namun memang kesibukanlah yang membuatnya diri merasa tak terasa melewati waktu hingga berganti hari.

Marni sudah siap dengan jamu gendongnya sementara Bude Sri sudah sibuk menata dagangan sayurannya yang kini semakin komplit saja dengan penambahan unsur protein seperti ikan, ayam, telur bahkan ada daging walau dalam jumlah sedikit-sedikit.

"Bilang makasi sama Iwan, besok kalau ada tongkol sama bawal bokeh dibawakan. Masing-masing dibungkusin setengah kiloan saja. Bawa sekitar 3 bungkus yo." Bude Sri memberikan uang pembayaran ikan basah yang diantar oleh anak buah Iwan Si Bandar Ikan.

"Siap Bude! Tak bilangin ke Mas Iwan. Sesuk tak bawain lagi kesini. Mau teri nasi basah Bude? Lagi ngetrend pada nyari teri basah. Katanya buat makanan bagi, MPASI kalau ga salah."

"Walah, boleh deh bawakan besuk sekalian yo. Jangan banyak, sekilo saja. Mau tak keteng onan."

"Beres Bude! Yowes tak muleh dulu yo."

"Yo hati-hati."

Marni yang ikut mendengarkan bisa merasakan semangat kebahagiaan yang Bude Sri kini rasakan.

"Ndok, Kamu kok senyum-senyum begitu? Ga salah mangan obat toh?"

Marni tertawa mendengar candaan Bude Sri, berjalan mendekat sambil membantu menata Tempe Tahu yang masuh hangat baru diantar salesnya.

"Marni seneng lihat Bude semangat banget! Apalagi ini, dagangan makin rame. Laris manis Bude!"

"Alhamdulillah Ndok. Gusti Allah paringi rezeki, mugi-mugi sehat, lancar usaha Bude dan Jualan Jamu Kamu yo."

"Aamiin Bude. Mau tak bantu apa lagi Bude?"

"Wes rampung Ndok. Kamu mau berangkat keliling?"

"Iya Bude. Sekalian mau anter pesenan Jamu buat yang lahiran. Ada yang pesen soalnya."

"Si Mbah mu pasti bangga Ndok. Kamu yo nurun persis bikin Jamune enak. Persis rasane koyo si Mbah. Mugi-mugi Gusti Allah paringi sehat dan banyak milik rezeki ya Ndok."

"Aamiin. Bude, Marni keliling dulu ya. Nanti juga sekakian baliknya mau ke pasar, biasa beli bahan buat Jualan. Bude mau titip sesuatu."

"Iki loh Ndok, Bude sebetulnya mau minta anter sama Kamu ya ke pasar. Mau ngelengkapi warung. Mau isi gula, kopi teh sama biar yang belanja sayur bisa sekalian belanja kebutuhan sehari-hari."

Sejebak Marni berpikir, kalau Bude Sri ikut ke pasar Marni khawatir kejadian kemarin akan terulang.

"Ndok, kok yo malah bengong. Bisa Ndok?"

"Bisa Bude. Kalau gitu begini saja, nanti setelah Marni selesai keliling Marni balik dulu. Kita kepasarnya sama-sama ya Bude."

"Iya begitu juga boleh. Yo Bude kan juga mesti jaga warung, kalau pagi sampe siang rame yang belanja sayur."

"Marni pamit Bude. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati Ndok. Laris manis yo."

"Aamiin. Makasi Bude." Setelah pamit dan mengucap salam Marni keluar rumah memulai keliling berjualan Jamu.

"Mbak Marni sudah tak tunggu kirain gak dateng."

Marni masuk melewati pagar rumah orang yang memesan jamunya.

"Tidak lupa kok Bude. Ini Jamu pesenannya." Marni menyerahkan beberapa kantong dan botol-botol yang sudah ia pisahkan dari yang lain.

"Walah ini komplit banget Mbak Marni. Ada pilisnya juga sama parem."

"Iya Bude biasanya habis lahiran yo butuh ini. Biar enakan si Mbaknya. Iki ada bonus juga, biar Asinya semakin lancar." Marni menyerahkan botol ramuan yang Ia buat resep Si Mbah pelancar ASI.

"Walah. Suwon loh Mbak Marni. Ini ambil. Jangan kapok dipesen Saya ya."

"Bude, ini kebanyakan." Marni mengembalikan selembar uang seratus ribuan kepada si pembeli.

"Rapopo Mbak. Malah ini bonusnya banyak sekali. Itung-Itung buat ganti ongkos anter."

"Tapi Saya ikhlas Bude. Ga usah. Semoga Mbaknya cocok sama Jamu Saya."

"Belum pulang Mbak Marni. Masih di Rumah Sakit. Baru besok kata Dokter baliknya."

"Semoga Ibu sama Dedek bayinya sehat. Jadi bisa segera pulang."

"Aamiin. Makasi Mbak Marni. Udah terima ya, jangan ditolak. Saya marah loh!"

"Makasi Bude. Semoga makin banyak rezekinya. Ini Cucu pertama ya Bude?"

"Iya. Boleh kepengen. Akhirnya dapat juga."

"Alhamdulillah. Rezeki tak ternilai dari Gusti Allah. Kalau begitu tak terima Bude ya. Semoga ikhlas dan makin banyak rezekinya. Kalo butuh Jamu pesen di Marni yo."

"Ikhlas banget. Makasi banyak ya Mbak Marni."

"Sama-sama Bude. Marni sekalian pamit mau keliling dulu."

Marni meninggalkan rumah si Pembeli.

"Terima kasih Gusti Allah, rezeki darimu semoga bermanfaat buat Marni. Dan, Semoga hari ini dagangan Marni laris dan kebahagiaan selalu bersama Marni." Iringan langkah ringan Marni penuh semangat menjemput rezeki yang sudah digariskan oleh Allah SWT.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!