ZUA CLAIRE, seorang gadis biasa yang terlahir dari keluarga sederhana.
Suatu hari mamanya meninggal dan dia harus menerima bahwa hidupnya sebatang kara. Siapa yang menyangka kalau gadis itu tiba-tiba menjadi istri seorang pewaris dari keluarga Barasta.
Zua tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam semalam. Tapi menjadi istri Ganra Barasta? Bukannya senang, Zua malah ketakutan. Apalagi pria itu jelas-jelas tidak menyukainya dan menganggapnya sebagai musuh. Belum lagi harus menghadapi anak kedua dari keluarga Barasta yang terkenal kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 34 Aku tidak suka berbagi
Zua menerima ponselnya dengan senyuman manis yang ia tujukan ke bu Mirna. Wanita tua itu langsung pergi begitu menyerahkan ponsel tersebut kepada sang pemilik. Sementara Ganra bangkit dari kasur, ekspresinya berubah. Ia penasaran dengan siapa si laki-laki bernama Andre.
Ganra mendekati Zua yang kini sibuk dengan hapenya menelpon seseorang. Pasti menelpon balik si laki-laki bernama Andre itu.
"Siapa Andre?" pria itu bertanya dari belakang. Suaranya terdengar datar, tapi sorot matanya menggelap.
Zua yang tengah menunggu telponnya diangkat, merasa kaget. Ia maju sedikit menjauh dari Ganra tetapi pria itu terus mendekat terus. Zua tidak tahu kenapa Ganra tiba-tiba terlihat begitu tidak senang.
"Senior kampusku. Mungkin ada sesuatu yang penting jadi dia menelpon."
Ganra menyipitkan matanya.
"Seberapa dekat kau dengan dia?"
Zua mendengus, merasa tidak perlu menjawab pertanyaan itu. Saat panggilannya di angkat oleh Andre, ia buru-buru bicara sebelum Ganra semakin berulah. Laki-laki itu kan memang sering jadi aneh-aneh.
"Halo, kak Andre?"
Ganra hanya diam, ia terus berdiri di dekat Zua, mengamati gadis itu bicara dengan si orang di telpon. Saat ia melihat Zua tertawa, hatinya merasa panas. Ganra pun berbisik di telinga Zua.
"Kalau kau tersenyum seperti itu saat bicara dengan pria lain, aku bisa menghukummu, Claire."
bisiknya pelan, namun nada suaranya mengandung bahaya.
Zua mengabaikannya dan fokus pada percakapannya. Biarkan saja si laki-laki aneh itu.
"Kak Andre kenapa nelpon?"
Dari seberang telepon, suara Andre terdengar sedikit cemas.
"Zua, aku dengar dari teman-temanmu, mama kamu baru saja meninggal? Maaf, karena baru tahu. Aku sangat sibuk dengan pertukaran pelajar, jadi jarang buka hape. Kalau aku tahu mamamu meninggal, aku pasti langsung terbang ke Indonesia.
Andre terdengar merasa bersalah. Ia cukup dekat dengan Zua lewat kegiatan-kegiatan kampus yang mereka ikuti bersama. Mereka sama-sama tergabung dalam club teater, dari club-lah mereka menjadi lebih dekat. Apalagi Andre adalah sosok laki-laki yang lembut, Zua merasa cocok dan menghormatinya sebagai senior.
"Nggak apa-apa kok kak. Aku tahu kak Andre sibuk banget."
"Lalu sekarang kamu tinggal di mana? Kata teman-temanmu kamu belum ada kabar dan belum masuk-masuk kampus. Kapan kamu ke kampus lagi?"
"Mm, aku sekarang lagi cuti. Mungkin minggu depan atau setelah minggu depan ak ..."
Tiba-tiba, ponsel di tangan Zua dirampas begitu saja oleh Ganra.
"Hei!" serunya terkejut.
Ganra menempelkan ponsel itu ke telinganya dan berbicara dengan nada tajam,
"Dengar, siapa pun kau, jangan menelpon Claire lagi. Dia sedang sibuk."
Di seberang sana Andre terdengar bingung. Ia tahu Claire adalah nama tengah Zua.
"Siapa ini?"
"Tunangan Claire, kami akan segera menikah." jawab Ganra dengan dingin.
Setelah itu, tanpa memberi kesempatan bagi Andre untuk membalas, Ganra langsung menekan tombol 'end call' dan melempar ponsel itu ke kasur.
Zua menatapnya dengan kesal.
"Apa yang kau lakukan? Itu tidak sopan! Kak Andre adalah senior aku tahu!"
Ganra menyeringai sinis.
"Aku hanya menyingkirkan gangguan yang tidak perlu."
"Andre bukan gangguan!" Zua menepis dada Ganra dengan kesal.
"Dia temanku! Dan aku bisa berbicara dengan siapa pun yang aku mau!"
Ganra mendekat, membuat Zua mundur hingga punggungnya menempel ke dinding.
"Oh ya?" tanyanya dengan suara rendah.
"Aku tidak melarangmu berteman dan bicara dengan siapapun Claire, tetapi laki-laki tadi menelpon tidak di waktu yang tepat. Salahkan dirinya sendiri."
Zua melotot. Tuh kan, dasar laki-laki aneh. Tidak jelas.
"Dasar laki-laki aneh." katanya kemudian menatap Ganra dengan berani. Ketika pria itu makin menekannya ke dinding, jantung Zua berdebar keras.
Ganra mencondongkan tubuhnya lebih dekat, membuat Zua semakin terpojok.
"Dengar baik-baik, Claire," bisiknya di depan wajah Zua.
"Aku tidak suka berbagi. Jadi, kalau ada pria lain yang mencoba mendekatimu, aku tidak akan tinggal diam."
Zua mendongak, menatap matanya yang tajam.
"Kau tidak bisa mengatur hidupku."
"Sebentar lagi statusmu berubah menjadi istriku. Setiap gerak-gerikmu akan diperhatikan oleh semua orang di rumah ini. Jadi pastikan kau tidak terlalu akrab dengan laki-laki lain."
Kali ini Zua terdiam. Perkataan Ganra ada benarnya juga. Haah, itulah sebabnya kenapa dia tidak suka menikahi laki-laki yang kaya, bahkan terlalu kaya. Dunia mereka berbeda.
Saat Ganra mau bicara lagi, ketukan di pintu terdengar lagi.
Zua mendorong Ganra dan membuka pintu. Wajahnya langsung berubah ketika melihat siapa yang sedang berdiri di depan kamarnya.
Dian, ibu kandung Ganra.
Wanita itu menatapnya dengan ekspresi dingin. Bahkan terbilang sangat dingin. Setelah menatap lama Zua dengan raut wajah tidak senangnya, pandangannya berpindah ke dalam. Sebenarnya Dian tidak sudi datang ke sini. Mengetuk pintu kamar calon menantu yang tidak dia harapkan. Tetapi saat dia masuk ke kamar Ganra, sang putra tidak ada di kamarnya. Tentu dia langsung menebak putranya pasti ada di kamar Zua, karena mereka naik bersama tadi.
Dan memang benar, Ganra memang ada di dalam sana. Menatapnya dengan raut wajah malas. Dian tahu putranya tidak begitu menyukai keberadaannya, karena hubungan mereka memang tidak terlalu dekat. Sebagai ibu dan anak, hubungan mereka cenderung dingin. Karena dari dulu Dian suka mengatur, dan Ganra terus tertekan dengan aturan mamanya. Saat kuliah, dia memutuskan menjadi pemberontak yang tidak akan mengikuti tuntutan mamanya lagi. Sekarang, sepertinya mamanya akan kembali mengatur hidupnya karena Zua.
Tetapi Ganra pastikan, kehidupan pribadinya dengan Zua, tidak akan di atur oleh mamanya.
"Ganra, mama ingin bicara denganmu sebentar." kata Dian tegas.
Ganra awalnya hendak menolak, tetapi melihat ekspresi Zua yang seakan menyuruhnya mendengarkan mamanya, akhirnya dia patuh.
Zua akhirnya bisa bernafas lega karena mama dan anak itu akhirnya pergi menjauh dari kamarnya.
"Astaga, canggung sekali tadi." gumam Zua pada dirinya sendiri sambil bernafas lega.
Ketika ia mau menutup kamarnya, tatapannya bertemu dengan Dante yang kebetulan muncul. Ah benar. Kamar Dante bersebelahan dengan kamarnya juga. Langkah pria itu terhenti sebelum membuka kamarnya. Ia menatap Zua lama. Wajahnya datar, tak ada senyum.
Zua pun canggung sekali, tetapi dia mencoba untuk tetap tersenyum. Sayangnya, Dante tidak membalas senyumannya, pria itu masuk ke dalam kamarnya dengan raut wajah datar khasnya. Zua yang malu.
"Ya ampuun ... Malu sekali." ucap Zua pada dirinya sendiri lalu membanting dirinya ke kasur.
lucky mungkin biadab, tapi dia melakukan itu bukan dg sembarang orang. yakin klo pilih istri, jauh dr kriteria wanita ambisius tak terkendali layaknya bunga
bunga jual, lucky beli. simbiosis mutualisme yg salah jalan 😬
Demi uang dan ketenaran rela menjual diri.
Bunga² kok ndk ada sadarnya,dia yg salah..dia juga yg merasa tersakiti dan nyalahin orang lain.
muak kalau punya teman model ginian.
Alhamdulillah suami dah di penjara ,,
video bunga bangkai nanti bisa buat senjata kalau dia macam macam sama Ganra dan zua
ya udahlah mdnding diem dr pd lebih malu lgkan.