Zoe Harper, seorang agen rahasia elit dari Norwegia, menerima misi rahasia dari mentornya, Johan Jensen, untuk mencuri "Scriptum Mortis", sebuah buku rahasia yang berisi informasi tentang operasi kartel terbesar di Meksiko. Buku tersebut berada di tangan Axel von Bergen, seorang pengusaha kaya dan berpengaruh.
Namun, misi ini diwarnai dengan kehadiran Axelrod River (Maverick), pemimpin kartel berbahaya yang menguasai jalanan Meksiko. Axelrod River dikenal sebagai pria yang kejam, cerdas dan memiliki jaringan yang luas. Mentor Zoe memperingatkan bahwa Axelrod River adalah musuh yang tidak terduga dan harus diwaspadai.
Dengan kecerdasan, keberanian dan kemampuan analisis yang tajam, Zoe harus menghadapi Axelrod River dan mengungkap kebenaran tentang buku tersebut. Sementara itu, dia juga harus menghadapi konflik internal tentang motifnya sendiri dan moralitas misinya.
Apakah Zoe berhasil menyelesaikan misinya dan mengungkap kebenaran tentang "Scriptum Mortis"?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyamaran
Pria itu tampak terkejut mendengar usulan Zoe. Dia terdiam beberapa saat, lalu tertawa begitu keras. "Kau menghawatirkanku? Seharusnya 'paman' yang segera pergi dari sini."
Zoe menyadari kekuatan pria itu dan memutuskan untuk mengabaikannya, berbalik untuk pergi. Namun, saat itu juga, beberapa pria bersenapan muncul dari pintu teras. Mereka berdiri mematung, tidak menyerang, hanya memandang Zoe dalam diam. Kebingungan menghimpit Zoe, membuatnya ikut membeku.
Mereka terpaku dalam keheningan, mata tak berkedip memandang pria di belakang Zoe. Matanya, seperti lubang hitam tak berdasar, memancarkan aura mengerikan yang menghimpit. Zoe menoleh, mencari tahu alasan keheningan itu. Namun, wajah pria misterius itu tidak menunjukkan emosi apa pun saat dia melihatnya - tidak ada ketakutan, tidak ada ancaman. Hanya tatapan kosong, datar, dan misterius yang memperkuat kebingungan Zoe.
"Kenapa paman menatapku? Aku tidak bisa membantu."
Pria itu mengangkat tangan, seolah menunjukkan ketiadaan senjata. Namun, Zoe tidak mencari bantuan. Dia hanya ingin memahami siapa pria misterius di belakangnya itu dan apa yang tersembunyi di balik tatapannya yang enigmatik.
Zoe menghela nafas dalam-dalam, lalu menarik kerah pria itu dan melompat ke bawah. Pria itu terkejut, namun refleksnya cepat. Ia mengikuti gerakan Zoe dan menikmati sensasi melayang di udara sebelum akhirnya jatuh di atap mobil.
Bruk!
Saat pendaratan, Zoe langsung bangun dan menarik kerah pria itu lagi. Dengan cepat, dia memasukkannya ke dalam mobil dan melaju kencang, meninggalkan keheningan yang mencekam. Anehnya, tidak ada yang mengejar mereka, hanya kesunyian yang membalut kejadian misterius itu.
Zoe terus berpikir kenapa para pria bersenjata itu tidak mengejarnya. Apa karena dia yang melompat dan tidak dapat di kejar, atau karena pria bertubuh besar di sampingnya?
"Kenapa paman membawaku bersamamu?"
Pria itu tiba-tiba bertanya. Namun, alih-alih menjawab, Zoe menghentikan mobilnya dan mendekatkan wajahnya ke arah pria itu. Dia hanya berniat mencari tahu, mungkin saja pria itu sedang menyamar sama sepertinya. Karena wajahnya yang tampak luar biasa seperti sebuah lukisan.
"Maaf, paman. Tapi... Aku tidak tertarik pada pria. Aku hanya berkencan dengan seorang wanita." Pria itu memalingkan wajahnya, menolak bertemunya mata ke mata yang saling menatap dalam.
"Aku hanya penasaran, apa kulit ini asli?" Zoe tanpa sadar menyentuh wajah pria itu. Saat jarinya yang di buat keras menyerupai seorang pria menyentuh kulit porselen pria itu, dia merasa seperti sedang menyentuh sebuah adonan kue. Begitu lembut dan halus.
Namun, pria itu dengan cepat menangkap tangan Zoe dan mencengkramnya. Begitu kuat sampai kulit palsu yang di buat di bagian tangan mulai mengelupas. Zoe mengernyit kesakitan, namun berusaha untuk tetap terlihat tenang.
"... Anak muda, staminamu bukan main. Bisa kau lepaskan tanganku? Tulangnya bisa rontok."
Pria itu melepaskan tangan Zoe dan memalingkan wajahnya. Dia menatap keluar jendela, seolah melepaskan kekesalan. Melihat itu, Zoe kembali melaju dan keluar dari gang gelap.
Suasana canggung mulai menguasai. Zoe mencari kata-kata untuk memecahkan kesunyian. "Ngomong-ngomong, siapa namamu?"
Pria itu kembali menoleh ke arahnya. Dia tersenyum miring, menunjukkan sebuah isyarat yang tidak dapat di pahami. Dia tampak menyembunyikan sesuatu, dengan reaksi yang berubah-ubah dan tampak mencurigakan.
"Maverick."
Zoe menghela napas lega, wajahnya yang tegang kini berkurang. Rasa khawatir yang menghantui karena kemungkinan pria itu adalah Axelrod River, pelaku misterius yang ditakuti banyak orang, mulai memudar. Maverick memandangnya dengan rasa penasaran, alisnya terangkat. "Kenapa kau tampak lega mendengar namaku?"
Zoe tersenyum tipis, matanya berkilauan dengan rahasia yang tak terungkapkan. "Tidak, hanya pikiran bodoh." Katanya, berusaha menyembunyikan kebenaran.
Maverick kembali menyungging senyum miring yang mencurigakan. Dia tidak mengucapkan sepatah katapun, dan hanya menatap lurus ke depan. Setelah keluar dari gang gelap, dia tiba-tiba meminta Zoe untuk menghentikan mobil. "Berhenti di sini, aku akan turun."
Malam yang sunyi terobek oleh suara mobil yang berhenti. Sebelum turun, Maverick menoleh, mata tajamnya menembus kegelapan. Suaranya tegas, penuh curiga. "Kau belum menjawab pertanyaanku. Apa yang kau lakukan di Meksiko, Morgan Ryder?"
Zoe terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba, matanya berputar, meninggalkan pandangan ke depan. Dia memalingkan wajahnya, menatap ke samping, sebelum kembali lurus menatap jalanan yang gelap dan sunyi. Maverick tetap diam, tidak beranjak, seolah menunggu jawaban yang tak terelakan. Tak punya pilihan, Zoe akhirnya menjawab dengan suara pelan, "Aku diundang ke pesta pertunangan anak kedua Axel von Bergen. Tapi entah kenapa aku malah berakhir di bawa ke sebuah bangunan tua dan di serang."
Maverick mendengarkan cerita Zoe dengan baik, ekspresinya tak berubah. Setelah Zoe selesai berbicara, Maverick membuka pintu mobil dan turun tanpa kata. Dia lenyap ke dalam kegelapan malam, meninggalkan Zoe dalam kebingungan dan keheranan.
"Apa-apaan si Maverick itu? Dia benar-benar mengerikan."
Setelah Maverick menghilang dari pandangan, Zoe menghela napas dalam-dalam, mengusir kebingungan dan kecemasan. Dia menyalakan mesin mobil dan melanjutkan perjalanan ke kantor polisi terdekat untuk melaporkan serangan misterius yang baru saja dialaminya.
*
*
*
Setelah tiba di kantor polisi, Zoe menceritakan kronologi kejadian secara detail, dari supir taksi mencurigakan hingga bangunan tua yang dipenuhi pria bersenjata berbahaya. Petugas polisi mendengarkan dengan serius, kemudian menenangkan Zoe yang menyamar sebagai Morgan. "Baiklah, pak. Kami akan mengantarkan barang bawaanmu ke apartemen dan memastikan keamananmu. Silakan pergi dan beristirahat, kami akan mengurus masalah ini."
...***...
Sesampainya di apartemen, Zoe langsung berbaring di ranjang lebar, melepaskan kelelahan. Namun, kebutuhan akan kesegaran membuatnya bangun kembali. Saat menatap cermin, matanya tertuju pada sobekan kecil di kulit palsunya dekat telinga. Wajahnya menegang, khawatir seseorang mungkin melihatnya. "Aku terlalu ceroboh. Semoga saja Maverick tidak menyadarinya."
Dia merobek kulit palsu itu, mengungkapkan wajah aslinya yang menakjubkan. Kulitnya putih bersih, seperti mutiara. Fitur wajahnya yang anggun dan elegan membuatnya terlihat seperti putri dari negeri dongeng. Matanya berkilauan dengan kecantikan alami yang mempesona. Zoe tersenyum, merasa bebas setelah meninggalkan penyamarannya.
Selanjutnya, Zoe melepas wig, mengungkapkan rambut aslinya yang luar biasa. Rambut hitam legamnya jatuh seperti air terjun malam, panjang dan berkilauan. Setiap helai rambutnya terlihat sehat dan bercahaya, menambahkan kesempurnaan pada wajah cantiknya. Dia menyisir rambutnya dengan lembut, merasa bebas dan nyaman dengan penampilan aslinya.
Setelah mandi dan menyegarkan diri, Zoe duduk di meja kerja dan segera menghubungi Johan. Sambungan terhubung dengan cepat dan wajah Johan terlihat di layar laptop.
"Johan, aku sudah di serang," Zoe melaporkan langsung. "Sepertinya Morgan terlibat dalam konflik dengan kartel di Meksiko. Kita harus segera mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan Morgan sebelumnya. Penyamaran ini bisa gagal jika kita tidak bertindak cepat."