NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32. Mengalami Perubahan Hormon

Setelah beberapa saat lalu mengobrol-ngobrol di ruang tamu, Tyas dan semuanya kini berkumpul di meja makan untuk makan siang. Sebenarnya jam Belum menunjukkan untuk makan siang, masih sekitar pukul 09.30 pagi. Sementara biasanya Kaesang dan Tyas makan siang setelah jam dua belas. Tapi Bunda Tyas yang sebelumnya sudah memasak dan mengetahui Tyas sedang hamil dengan penuh kasih sayang memaksa Tyas untuk makan, meskipun Tyas sudah menolak dengan alasan masih kenyang.

Kaesang ikut makan, meski hanya sedikit karena perutnya pun masih penuh. Setelah menghabiskan makanan, Bunda Tyas dengan cekatan membersihkan sisa makanan di wastafel. Ia menolak bantuan Tyas, dengan lembut menyuruhnya untuk duduk saja di meja makan.

"Yang, usia kehamilan aku kan masih 2 bulan ya, masih kecil. Dedeknya aja paling belum terbentuk kan? Kok aku udah dilarang-larang sih sama Bunda? Aku kan masih bisa bantuin Bunda, aku nggak enak loh cuma duduk diem di sini sementara Bunda cuci piring.

Biasanya aja aku yang selalu cuci piring, terus Bunda aku suruh duduk aja di sini. Aku nggak tega lihatnya. Eh, sekarang Bunda malah nyuruh aku duduk!" Tyas cemberut, bibirnya manyun, lucu sekali.

Kaesang menemani Tyas di sampingnya, menikmati ocehan Tyas yang menurutnya menggemaskan. Sampai akhirnya, ia tak kuasa menahan tawa.

Tyas mengerutkan dahi, kesal melihat Kaesang tertawa. "Kok kamu ketawa sih? Ngejek aku, kamu?!" tanyanya, agak tinggi nadanya. Kaesang buru-buru menghentikan tawanya.

"Siapa juga sih yang ngejek kamu? Emang aku ketawa cuma buat ngejek kamu? Nggak kan?" jawab Kaesang, suaranya tegas walau raut wajahnya santai, bahkan sedikit tersenyum. Namun, Tyas yang sedang hamil itu sedang sensitif. Matanya tiba-tiba berkaca-kaca, lalu perlahan menetes. Ia menangis.

"Huhuhu, kamu marah, huhuhu...."

Kaesang langsung panik melihat Tyas yang tiba-tiba menangis. Bahkan, Bunda Tyas, yang sedang mencuci piring di wastafel tidak jauh dari sana, ikut terkejut. Suara Tyas bergema, memenuhi ruangan. Dengan cepat, beliau mematikan keran, langkahnya tergesa menuju Tyas, wajahnya dipenuhi kekhawatiran.

"Dear, kok kamu nangis sih? Aku nggak marah loh," ucap Kaesang lembut. Namun, suaranya yang sedikit meninggi justru membuat Tyas semakin keras menangis.

"Tuh kan kamu marah. Bundaaaa!!!" Tyas malah menangis lebih keras, memanggil Bundanya yang sudah berdiri di belakangnya dengan wajah cemas.

"Kamu kenapa, Nak, kok nangis?" tanya bunda Tyas perhatian.

Tyas menoleh, terlihat sesenggukan. Ia lalu berdiri dan memeluk Bundanya dengan erat.

Bunda Tyas merasakan getaran lembut di tubuh Tyas. Dengan lembut, Bunda mengusap punggungnya.

"Tadi Kaesang marahin aku bunda," adu Tyas, suaranya masih bergetar.

Bunda Tyas menoleh ke Kaesang, yang langsung berdiri.

"Aku nggak marahin Tyas loh Bunda. Aku cuma ngomong biasa aja tadi, Bunda juga denger kan?" sanggah Kaesang.

Bunda Tyas menatap Kaesang lama, mengangguk pelan. Ia melepaskan pelukan Tyas, menghapus air mata di pipinya dengan lembut, lalu tersenyum. Dengan sayang, Bunda Tyas menuntun Tyas duduk kembali, lalu duduk di sampingnya.

"Kaesang gak marahin kamu Sayang. Bunda juga denger kok tadi. Dia cuma ngomong biasa aja," ujar Bunda Tyas lembut, sambil tersenyum.

Tyas masih sesenggukan, air matanya memang sudah kering, tapi matanya masih sembap. "Dia marah Bunda. Kok Bunda malah belain Kaesang sih?!" Ia kesal karena merasa Bundanya memihak Kaesang.

Bunda Tyas menggeleng, lucu sendiri melihat Tyas. Ia menoleh ke Kaesang, menantunya itu menghela napas panjang, kepalanya tertunduk lelah. Bunda Tyas kembali menatap Tyas, meraih dan menggenggam erat tangan putrinya.

"Tyas, Sayang, dengerin Bunda oke?" pinta Bunda Tyas lembut. Tyas menoleh, mengangguk pelan. "Kaesang itu nggak marah sama kamu. Dia cuma ngomong biasa aja. Tadi kamu juga denger kan kalau dia ketawa-ketawa? Dia nggak marah Sayang. Kaesang itu suami kamu, dia cinta sama kamu seperti kamu cinta sama dia. Nggak mungkin lah Kaesang itu sampai marah sama kamu, kamu percaya kan sama dia?

Udah, jangan nangis lagi. Kamu lagi hamil loh sekarang, ada tiga bayi di perut kamu. Mereka pasti bisa ngerasain kalau mama mereka lagi sedih dan nangis. Kamu nggak mau kan kalau mereka sedih dan kepikiran? Lagi pula kalau kamu sering-sering nangis kayak gini itu bisa berpengaruh sama kehamilan kamu loh.

Kamu mau kan kalau kelahiran kamu nanti lancar? Jangan sedih sedih oke, jangan nangis. Jangan marah. Bunda tahu kalau selama masa kehamilan ini para ibu hamil sering merasa sensitif, tapi kamu punya banyak orang yang sayang sama kamu. Terutama suami kamu. Kamu nggak sendirian. Jadi..." Bunda Tyas tidak melanjutkan ucapannya, tapi ia menoleh ke Kaesang.

Tyas ikut menoleh, mendapati Kaesang menatapnya dengan wajah sedih. Melihat kesedihan di wajah suaminya, Tyas langsung memeluk Kaesang, air matanya kembali mengalir.

"Maafin aku ya karena udah marah," bisik Tyas.

Kaesang mengusap lembut rambut Tyas, mengangguk penuh pengertian. "Nggak papa sayangku. Aku ngerti kok," jawabnya.

Hangatnya pelukan mereka terasa tak berujung, hingga Tyas perlahan melepaskannya. Melihat air mata Tyas, Kaesang cepat menghapusnya dengan lembut menggunakan ibu jarinya.

"Istri aku makin cantik kalau senyum. Bukan nangis. Senyum dong," pinta Kaesang, lembut. Perlahan, senyum Tyas merekah, menular ke wajah Kaesang.

"Nah kalau gitu kan cantik ya," puji Kaesang.

Tyas yang merasa malu segera menepuk dada Kaesang, lalu menyembunyikan wajahnya di dada Kaesang.

"Jangan puji aku terus Yang. Aku malu, dilihatin Bunda loh," ujar Tyas, pipinya merona. Ia masih enggan memperlihatkan wajahnya. Lucu sekali! Andai Kaesang atau Bunda Tyas melihatnya, pasti akan tersenyum geli melihat rona merah di pipi Tyas.

"Malu kenapa sih? Santai aja, Bunda juga nggak akan ngejek kamu kok. Bunda justru seneng lihat kamu bahagia kayak gini," jawab Bunda Tyas, menggelengkan kepala melihat kelucuan Tyas.

Namun, Tyas tetap menyembunyikan wajahnya di dada Kaesang.

"Aku malu Bunda. Kaesang selalu muji aku di depan banyak orang," aku Tyas.

Alis Bunda Tyas menyatu, heran. "Tapi sekarang kita cuma bertiga kan? Kenapa kamu malu? Nggak ada orang lain selain kita Sayang," kata bundanya.

Tapi Tyas menggeleng. "Tapi aku malu sama Bunda," katanya.

"Kenapa malu sama Bunda?" tanya Bunda Tyas.

Perlahan Tyas menjauhkan wajahnya dari dada Kaesang, lalu menoleh pada bundanya. Bibirnya mengerucut, raut wajahnya cemberut, namun tetap terlihat menggemaskan di mata Kaesang.

"Bunda kan dulu suka ngejek aku, suka ngetawain aku sama ayah," ujar Tyas, suaranya sengaja dikeraskan seakan marah. Namun, kemarahan Tyas justru tampak lucu bagi bundanya, bahkan bagi Kaesang. Mereka saling berpandangan, lalu menggeleng pelan, tersenyum tipis.

"Masa sih? Bunda nggak inget tuh kalau pernah ngejek kamu," bantah Bunda Tyas, terkekeh. Ia mengusap lembut kepala Tyas. "Bunda cuma bercanda, Sayang. Lagian, kamu juga lucu kalau lagi cemberut gitu."

Tyas masih cemberut, tapi senyum tipis mulai terlihat di bibirnya. Kaesang, yang memperhatikan interaksi mertua dan istrinya, ikut tersenyum.

"Iya nih, Bun. Istriku ini kalau lagi cemberut, lucu banget," timpal Kaesang, tangannya terangkat, menepuk lembut bahu Tyas.

Tyas memukul pelan lengan Kaesang, pipinya memerah. "Ih, kamu juga!" protesnya, namun suaranya terdengar manja.

Bunda Tyas tertawa melihat tingkah mereka berdua. "Udah-udah, jangan marah lagi. Nanti dedek-dedek di perut kamu ikut sedih," katanya, sambil menyentuh perut Tyas dengan lembut.

Hening. Tyas memperhatikan tangan bundanya yang mengelus perutnya, rasanya hangat dan nyaman. Senyumnya perlahan terukir. Lalu bundanya bicara lagi.

"Sayang, Bunda mau cerita sedikit ya?" tanya Bunda Tyas pelan, matanya menatap Tyas penuh kasih sayang. Tyas mengangguk kecil.

Bunda Tyas melanjutkan, "Dulu, waktu Bunda masih muda, Bunda juga sering banget marah-marah dan mudah nangis kayak kamu sekarang. Apalagi pas hamil kamu, suasana hati berubah-ubah banget. Kadang seneng, kadang sedih, kadang marah tanpa sebab."

Ia tersenyum mengingat masa lalunya. "Ayahmu, dulu sering banget ngalah dan nenangin Bunda. Dia selalu sabar menghadapi perubahan emosi Bunda yang nggak menentu. Bahkan, Ayahmu rela ngelakuin hal-hal kecil buat bikin Bunda bahagia, kayak masakin makanan kesukaan Bunda, atau sekedar ngelus perut Bunda kalau Bunda ngerasa cemas."

Tyas mendengarkan dengan seksama, matanya mulai berkaca-kaca. Ia terharu mendengar cerita Bundanya. "Jadi, Bunda juga pernah kayak aku?" tanya Tyas lirih.

"Iya, Sayang. Setiap wanita hamil akan mengalami perubahan hormon yang memengaruhi suasana hati. Itu hal yang wajar kok. Yang penting, kamu harus selalu ingat kalau kamu nggak sendirian. Kamu punya Kaesang, kamu punya Bunda, dan kamu punya keluarga yang selalu menyayangi kamu."

Bunda Tyas menggenggam tangan Tyas erat. "Kamu harus bersabar, Sayang. Masa kehamilan ini cuma sementara. Setelah melahirkan, semuanya akan kembali normal. Yang penting sekarang, jaga kesehatan kamu dan jaga kesehatan ketiga bayi di perutmu."

Kaesang, yang sedari tadi memperhatikan, ikut angkat bicara. "Iya, Dear. Aku selalu ada buat kamu. Apapun yang kamu butuhin, aku akan selalu berusaha memenuhinya. Jangan ragu buat cerita ke aku, ya?"

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!