Boleh dibaca selama puasa ya...
Orang bilang, berhubungan dengan pria atau wanita selain pasangan kita bisa membangkitkan lagi gairah seksual.
Dua tahun terasa hambar bagi hubungan Allasca dan Pingkan. Hingga, ide gila Pingkan membawa mereka ke sebuah villa dan melakukan pertukaran pasangan.
Open marriage, Allasca tak habis pikir dengan usulan ekstrem yang dicetuskan Istrinya. Meski menolak, Allasca dibuat tak berkutik setelah tahu jika partner pasangan terbukanya tidak lain dan tidak bukan adalah Viera; adik angkatnya.
ALLASCA RICK RAIN, pewaris tahta pertama Tuan Sky Rain. Menjadi CEO di usia muda bahkan terbilang sukses sedari masih belasan tahun usianya.
Perfect CEO, gelar yang disematkan padanya selama hampir satu dekade. Sayangnya, tak ada manusia yang sempurna, bukan?
Sebab di balik kesempurnaan yang dilihat orang-orang selama ini, ada cukup banyak permasalahan pelik yang tidak orang tahu.
Selain mengidap automysophobia, Allasca juga memiliki permasalahan less desire.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
APC 023
"Muzzammil?"
Viera tersentak mendengar nama calon suami yang Daddy Sky cetuskan. Ternyata, tidak main-main perjodohan yang Daddy Sky siapkan untuknya setelah Hudson gagal.
"Dadd, Mom, Muzammil sangat religius."
"Apa yang salah?" Tak seperti Lala yang cukup tenang, Sky berkerut kening untuk protesnya Viera. Bukankah semua orang memimpikan memiliki jodoh yang alim?
"Neng nggak pantes jadi calon istrinya, Muzzammil itu, bukan kastanya Neng, ibarat dia langit, Neng Viera kerak bumi."
"Kau putri Sky Rain yang sudah memiliki cukup banyak prestasi. Perbedaan kasta yang mana yang kau bicarakan?" sanggah Sky.
"Kalau beda kasta kami hanya di kekayaan, Neng punya Daddy, tapi kalau beda kastanya di keimanan, Neng rasa sudah terlalu jauh."
"Dulu Fachry kurang religius apa? Dia bahkan mau menikahi Alice." Sky lantas menatap serius istrinya. "Bukan begitu, Sayang?"
"Yah, Daddy kamu benar," angguk Lala.
Viera menunduk. "Neng sudah tidak layak untuk laki-laki baik seperti Muzzammil."
Suara lirih dan mimik muka Viera membuat Sky mengernyit seketika. Seperti, seseorang yang sudah tidak memandang dirinya suci hingga bicara layak dan tidak layak di sini.
"Kamu sudah melakukan macam-macam dengan, Hudson?" cecar Sky kemudian, di sana Lala ikut mengincar kejujuran Viera.
"T-tidak."
Viera menggeleng. Mata yang tadi redup, kini membola penuh. Sesuatu janggal yang membuat Sky semakin mencurigai putrinya.
"Lalu?"
"Ini pribadi Neng. Tapi yang jelas. Sampai kapan pun, Neng nggak bisa terima Muzammil, dia terlalu sempurna ... Neng baru aja patah hati, Dad ... menata traumanya hati tidak harus secepat itu," jelas Viera.
"Iya, kalau berhasil move on. Kalau tidak, kasihan dia yang berjuang menyembuhkan luka sementara Neng masih betah sama masa-masa terlukanya Neng," tambahnya.
"Realistis ... mau sampai kapan kamu betah mengenang luka-luka bodoh mu itu? Umur mu sudah 27 tahun, Viera," kata Sky.
Daddy Sky benar, tapi, bukan berarti Viera setuju dengan perjodohan ini. "Dadd..."
"Sudah cukup protesnya. Muzzammil pria yang baik dan cocok untuk mu. Kau akan bahagia bersamanya seperti Alice yang dibahagiakan Ustadz Fachry," putus Sky.
Viera mendengus lirih saat membiarkan kedua orang tua angkatnya keluar dari kamar melalui lift silinder.
Mungkin bagi sebagian orang, hidup Viera sempurna, tapi lihatlah bagaimana Daddy Sky dan Mommy Lala selalu memaksakan kehendak padanya sedari dulu.
"Ehm..."
Viera baru akan berbalik badan. Matanya dikejutkan dengan kehadiran Allasca.
Entah sejak kapan tepatnya laki-laki itu berdiri di sisi guci antik kamarnya, yang jelas, sudah bisa dipastikan jika Allasca mendengar pembicaraan Viera dan kedua orang tuanya.
"Muzzammil sudah punya kekasih." Allasca mendekat dengan langkah pelan.
"Aku tahu." Acuh tak acuh, Viera berbalik badan dan di saat yang sama, Allasca memeluknya dari belakang. "A!!"
"Cara menolak Sky Rain hanya dengan membuat skandal." Allasca menggendong tubuh mungil wanita itu. Di mana beliak mata Viera seolah-olah menjadi hiburan baginya.
"Jangan macam-macam, A!!" Dipukulinya pundak Allasca kerap. "Lepasin!!"
Viera yakin, Allasca selalu mendapatkan yang dia inginkan, termasuk saat laki-laki itu bicara skandal, itu berarti akan ada hal yang salah.
Dijatuhkannya Viera ke atas ranjang. Entah apa yang Allasca pikirkan saat ini, yang jelas, Viera tak mau memberikan kesempatan pada laki-laki arogan ini. Sekuat tenaga, Viera meronta-ronta, bahkan mengerahkan kaki- kaki mungilnya untuk menolak sentuhan.
Sayangnya, tenaga Allasca sepuluh kali lebih kuat dari pada pemilik desah manja itu. Sampai, raba tangan di bagian paha membuat Viera meloloskan kata 'Ahh' begitu saja.
"Daddy!!" Tak ada yang bisa Viera lakukan selain histeris sambil menyibukkan diri dengan pukulan di kepala Allasca.
Allasca terkekeh, dua tangan mungil yang selalu memukulinya, dia belenggu ke atas kepala secara impulsif seraya melabuhkan kecupan di leher jenjangnya. "Ahh, Aa!!"
Lenguhan yang sontak membuat Allasca berhenti dan terdiam cukup lama dengan lipatan-lipatan tipis di keningnya.
"Sudah cukup..." Viera menangis, terisak, bahkan bergetar suaranya. "Ini tidak lucu sama sekali A ... Daddy tolong...," rintihnya.
Allasca terpaku, bukan karena Viera yang memintanya. Namun, suara tangisan dan permohonan Viera mengingatkan dirinya pada kejadian di masa lalu, ia seperti dejavu.
Allasca bangkit dan melempar bantal tepat di wajah menangis Viera. "Aku tidak serius mau memperkosa mu, aku hanya iseng, Viera."
Viera diam tak menyahut, sementara Allasca bertolak menuju lift lantas turun ke lantai bawah dengan napas yang dihela dan dibuang secara berulang-ulang kali.
"Sial!" Allasca tidak hanya menggertak karena dirinya juga terpancing dengan tubuh mungil yang entah sejak kapan menjadi familiar.
Bibir Allasca terus menerus dia olah dengan gigitan-gigitanya sendiri. Ada hasrat yang tiba-tiba membara setelah sentuhannya tadi.
"Ugh..."
Gemetar, Allasca mengusap kening sebagai bentuk pelarian gairahnya, dua tangannya mengepal-kepal secara bergantian. Allasca yakin dia hanya iseng, tapi, kenapa efek tubuhnya bisa seserius sekarang ini.
"Golf, Akhkas ajak kita main." Nick menyambut kedatangan Allasca dengan sapaan santai. Pria itu bahkan sudah membawa stik golf miliknya.
Nick sendiri, baru menyadari ada yang lain dengan raut muka boss sekaligus sahabat kecilnya tersebut. "Wajah mu kenapa merah begitu hmm? Alergi mu kambuh?"
Allasca tak bicara, calon duda itu duduk dengan gestur tubuh tidak tenang. "Hey, saya bicara dengan Anda, Tuan sanitizer!"
Pertanyaan yang membuat Allasca kemudian mendesah gelisah. "Aku mengalami sesuatu."
Allasca duduk di kursi dekat kolam renang, di mana Nick juga meletakkan stik golf miliknya di dekat guci-guci kotak dengan corak marmer hitam legam.
"Apa lagi?" Nick berdecak. "Rasanya tidak ada habis-habisnya masalah mu. Boleh tidak, suruh libur saja dulu masalahnya."
Ah, andai saja bisa, Allasca ingin membuang segala masalah dalam hidupnya. "Salah tidak, kalau aku bawa lari Viera?"
"Jangan ngada-ngada!!" Nick memekik.
Kalau Allasca lari, maka kemungkinannya Allasca tidak mendapatkan hak waris, dan Nick yang akan kewalahan karena Alhambra terlalu labil untuk memimpin perusahaan.
"Kau tahu. Tadi aku hanya bermain-main dengan tubuhnya. Dan gilanya, aku tidak asing dengan desahannya."
"Nya nya nya, siapa?"
Nick masih belum paham dengan apa dan siapa yang sedang Allasca bicarakan. Sementara laki-laki itu justru bercerita seolah-olah Nick pandai membaca garis tangan seseorang.
"Viera, siapa lagi?"
Nick bahkan tak berekspektasi Allasca bisa menyentuh Viera. "Jelas tidak asing. Kau bahkan sudah hidup selama belasan tahun bersamanya di bawah atap yang sama!"
Yah, Nick benar. "Desahan dan suara teriakan seseorang berbeda Nick! Dan entah ini perasaan ku saja atau tidak ... aku merasa aku memiliki hasrat untuk bercinta dengannya."
Sontak, Nick tertawa. "Semua laki-laki pasti begitu. Mungkin aku juga bisa tertarik untuk bercinta dengan Viera jika ada kesempatan."
Allasca berdecak. "Tapi satu tahun terakhir, aku tidak memiliki hasrat itu lagi. Kau pikir apa yang membuat Pingkan mengajak ku open marriage!?"
"Jadi kau mau bilang, selama satu tahun kau bosan dengan Pingkan dan ingin ganti istri?"
Apa benar begitu? Allasca terdiam cukup lama sambil menelaah rasa. "Aku juga tidak tahu. Tapi kalau benar. Kenapa aku harus menjadi pria sebajingan itu," lirihnya.
Nick menggaruk kepala. Dia datang ke tempat Allasca untuk liburan. Otaknya justru ditempa dengan permasalahan pribadi CEOnya.
"Sialnya aku masih terngiang-ngiang dengan desahannya tadi. Kau tahu, suaranya seperti suara yang tidak asing untuk ku."
...Ehehe, Semoga up segera... Suami lagi di rumah, maka Pasha sulit mengatur jadwal menulis, makanya harap maklum yaa......
jd penassran bayi nya pingkan anak siapa ya ? milik allasca apa milik hudson?