Niatnya kabur dari rumah dan memilih berpetualang sendiri, membuat Josceline harus berurusan dengan pria menyebalkan bernama Damian.
Celine sama sekali tak tahu jika dia telah berurusan dengan seorang Mafia kejam. Bagaimana kisah mereka nantinya? Simak kisahnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Kau Itu Sangat Menyebalkan!
Melbourne, Australia
Giani dan Ben sedang duduk di ruang tamu. Mereka berdua sedang mengawasi cucu-cucunya. Saat mereka sedang asyik, tiba-tiba seorang pria masuk dan menyapa Ben.
"Tuan, ada laporan dari nona Celine."
"Ada apa dengan Celine?" tanya Giani tak sabar. Giani langsung menyerahkan cucu-cucunya pada pengasuhnya.
"Sayang, dengarkan dulu dia bicara." Ben mengusap punggung istrinya yang tak sabar untuk mendengar kabar tentang Celine, putri mereka satu-satunya.
"Nona Celine sekarang ada di San Diego. Diketahui dia saat ini bersama dengan putra tuan Roberto."
"Putra Roberto? Maksudmu Celine sedang bersama Damian Roberto?" tanya Ben.
"Iya, Tuan. Sebastian masih memantaunya."
"Baiklah, terima kasih untuk laporannya. Katakan pada Sebastian untuk menambah orang. Minta pada Jack untuk meperketat pengawasan pada Celine."
"Baik, Tuan." Setelah anak buah Ben pergi undur diri, giani menoleh menatap suaminya dan meminta penjelasan.
"Siapa itu Roberto? Apa keluarga mereka berbahaya?" tanya Giani cemas.
"Diego Roberto adalah rekan bisnisku, Sayang. Keluarga mereka baik, hanya saja si Damian ini sedikit lain. Dia adalah seorang mafia sama sepertiku," tutur Ben. Dia merasa ini karmanya, tapi dia akan pastikan putrinya tidak akan mengalami kejadian buruk seperti Giani. Akan tetapi garis takdir orang siapa yang tahu.
Giani langsung diam, jujur saja dia khawatir pada putrinya. Dia takut putrinya akan menerima karma buruk dari kelakuan Ben dulu terhadapnya.
"Kau harus hubungi putrimu dan minta dia kembali, Sayang. Aku tidak rela jiak putriku harus menanggung karma dari perbuatanmu dulu.
"Itu tidak akan terjadi, Sayang. Aku janji akan terus mengawasinya."
***
Sementara itu di perusahaan Damian, Celine duduk di sofa ruangan Damian dengan malas. Damian meninggalkannya seorang diri dengan kondisi ruangan terkunci dari luar. Celine benara-benar kesal pada Damian. Keterlaluan sekali pria itu.
Celine akhirnya memilih merebahkan tubuhnya. Namun, saat akan memejamkan matanya, ponsel Celine bergetar. Celine tersenyum saat melihat nama Daddynya terpampang di layar.
"Halo, Dad."
"Hai sweetheart, Where are you?"
Celine mengarahkan kameranya memutar memperlihatkan ruangan Damian.
"Aku sedang dikurung di sini oleh pria penyebalkan itu, Dad."
"Apa kau perlu bantuan?" tanya BEn memastikan.
"Tidak perlu, Dad. Aku bisa mengatasinya," ujar Celine.
"Selalu berhati-hati, Sweetheart, Damian bukan orang sembarangan. Apa kau masih menyimpan senjatamu?" tanya Ben memastikan.
"Ya, aku masih menyimpannya Dad. Daddy tenang saja."
Setelah berbincang cukup lama mengenai banyak hal. Celine akhirnya mematikan ponselnya. Dia kembali merebahkan tubuhnya di sofa empuk itu. Tak lama mata Celine perlahan terpejam.
Entah sudah berapa lama Celine tertidur, dia bahkan tak menyadari jika sejak tadi Damian duduk dan menatap wajah cantiknya dengan intens.
"Beautiful." damian berujar lirih sembari mengusap pipi Celine. Celine membuka matanya. Netranya beradu dengan mata Damian, pria itu tersenyum dan lagi-lagi tangannya mengusap wajah Celine.
"Kau lelah?"
"Tidak, aku hanya mengantuk."
Tidur lah di ruang pribadiku. Aku sedikit lama di sini karena aku masih harus menyelesaikan masalah yang tiba-tiba terjadi.
"Bolehkah aku pergi ke cafe seberang perusahaan ini?"
"Tidak. Jika kau mau kopi atau camilan, aku akan menghubungi Chester untuk membelikanmu."
"Ini bukan perkara itu, Dam. Aku jenuh aku butuh pemandangan yang bisa menyegarkan mata," kata Celine.
"Kau cukup memandangiku, Baby. Wajahku sangat menyegarkan," ujar Damian penuh rasa percaya Diri.
"Kau itu sangat menyebalkan!" Celne melipat kedua tangannya di depan dada. Danmian teerkekeh. Dia akhirnya berjalan mendekati Celine, Damian membelai rambut Celine dengan lembut.
"Apa yang akan kau lakukan di luar?"
"Aku ingin duduk di sana lalu memesan segelas machiato dan menikmati sepotong kue."
"Kiss me first, baru aku akan memberimu ijin."
Celine langsung melotot, matanya melebar. Gadis itu berdiri dan berkacak pinggang. Damian hanya memandanginya dengan santai.
"Kau benar-benar membuatku habis kesabaran, Dam. Kau kira aku seperti wanita yang sering mendatangimu dan mengemis cintamu?"
"Aku bahkan tidak membiarkan siapapun mendekatiku, Baby. Kau adalah gadis pertama yang mendapat keistimewaan itu."
"Hahaha ... Kau benar-benar pintar membuat lelucon. Kau pasti sudah melakukan banyak hal dengan kekasihmu yang selingkuh itu, kau pikir aku gadis ingusan yang bodoh?"
"Chester!!" Damian tiba-tiba berteriak memanggil asistennya, Celine sempat tersentak mendengar suara Damian.
"Ya, Tuan." Chester langsung masuk ke ruangan Damian.
"Sekarang kau tanya asistenku. Apa pernah aku menyentuh Zenya?" kata Damian menantang Celine.
"Kau pikir aku peduli kau pernah menyentuhnya atau tidak? Aku bukan sedang mencemburuimu, Tuan Damian. Aku hanya butuh kebebasanku."
Chester hanya diam tak bersuara. Dia baru kali ini melihat atasannya bersikap seperti ini. Chester berpikir mungkin bosnya itu sudah jatuh hati pada tawanannya sendiri. Namun, dia belum menyadarinya.
...****************...