NovelToon NovelToon
Kehidupan Penuh Luka

Kehidupan Penuh Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Selingkuh / Cerai
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Clara

Kehidupan memang penuh lika-liku. Itulah yang terjadi pada kisah kehidupan seorang gadis cantik yang merupakan putri seorang pengusaha kaya raya. Namun hidupnya tidak berjalan semulus apa yang dibayangkan.

Jika orang berpandangan bahwa orang kaya pasti bahagia? Tapi tidak berlaku untuk gadis ini. Kehidupannya jauh dari kata bahagia. Ia selalu gagal dalam hal apapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

..."𝙼𝚎𝚜𝚔𝚒𝚙𝚞𝚗 𝚍𝚒𝚙𝚊𝚔𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚊𝚔𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚖𝚎𝚖𝚙𝚎𝚛𝚓𝚞𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗𝚖𝚞"...

...𝓓𝓮𝓿𝓪𝓷 𝓒𝓱𝓪𝓷𝓭𝓻𝓪 𝓔𝓻𝓵𝔂𝓸𝓼...

"Tidak, tenang saja aku tidak seburuk itu"

"Bohong!!" Sepasang mata menyorot tajam tanda tak percaya

"Hahaha kau tidak percaya padaku rupanya" Senyum smirk yang ditunjukkan pria itu seolah menghina harga dirinya.

"Kata - katamu itu palsu"

"Bagus jika kau sudah tau" Tangan kekarnya mengambil sebatang rokok sambil menatap wanita yang masih terlihat kesal itu.

"Aku hanya menyuruhmu bersabar setelah itu kau akan mendapatkan semuanya"

"Sampai kapan lagi aku harus bersabar"

"Sampai semua permainan ini selesai" ucapnya dan menghisap rokok yang sudah terbakar di bagian ujungnya.

"2 bulan"

"Aku mau dalam jangka waktu 2 bulan ini semu harus sudah selesai"

"Aku tidak berjanji"

"Kau jahat dan hanya mementingkan dirimu sendiri"

"Lalu? Aku peduli? " Tawanya yang sumbang semakin meledek wanita itu hingga membuatnya semakin kesal.

"Terserah"

"Tapi jika dalam waktu 2 bulan permainan ini belum selesai aku akan membocorkan semuanya" ucap wanita itu dan pergi meninggalkan pria arogan yang masih duduk dengan angkuh.

"Kau tidak akan bisa mengancamku" ucapanya santai dan bersandar di kursi empuk yang saat ini sedang ia duduki.

...****************...

"Kenapa? Kau kembali? Takut jika aku kabur? " ucap Arlla dengan bersedekap dada menatap nyalang kehadiran pria yang menghancurkan hidupnya

"Aku minta maaf" ucap Devan dengan wajah bersalah.

"Aku kelewatan dan aku tau itu"

"Lalu dengan maafmu bisa mengembalikan semuanya ke keadaan semula?" ucap Arlla dengan sinis.

Devan menggeleng pelan dan perlahan mendekati wanita yang sedang marah terhadap dirinya.

"Aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri ketika melihatmu Arlla. Kau tau sendiri bagaimana aku sangat mencintai kamu" ucap Devan dengan sorot mata yang tulus.

"Tapi caramu salah" ucap Arlla dengan penuh kecewa

"Aku tau"

"Aku minta maaf"

"Aku akan menebus kesalahanku" ucap Devan dengan yakin. Pria itu menyentuh kedua bahu Arlla yang mulai bergetar menahan tangis. Ia sangat tau dia sudah kelewat batas dalam bertindak. Dia terlalu menyakiti wanita yang dicintainya itu.

"Aku minta maaf" ucap Devan dan memeluk tubuh wanita yang sedang menangis itu. "Lepas!!"

"Aku bilang lepas ya lepas!!" teriak Arlla memberontak.

Okey kali ini Devan mengalah. Pria itu melepas pelukannya dan menatap dalam wajah Arlla. "Kamu mau menebus kesalahanmu kan?" tanya Arlla dan Devan mengangguk dengan serius.

"Lepaskan aku" ucap Arlla

Devan terkekeh sumbang. "Kau tau aku tidak akan pernah bisa melakukan itu" ucap Devan dan menatap Arlla datar.

"Sampai kapanpun tidak akan ku lakukan" ucap Devan

"Okey"

"Tidak akan ada kata maaf untukmu sampai aku merasakan kebahagiaanku kembali" ucap Arlla penuh rasa kecewa

"Aku akan berusaha membahagiakanmu" ucap Devan

"Engga akan pernah bisa!!"

"Bisa. Aku yakin bisa" ucap Devan

"Berusahalah mencintaiku Arlla" ucap Devan penuh permohonan

"Gak akan bisa"

"Kenapa?"

"Gerald?" Devan tertawa pelan. "Kau sangat mencintai Gerald?"

"Dia tunanganku jika kau lupa" Arlla menyadarkan posisi Gerald di hati dan hidupnya.

"Dan sekarang? Apa yang kau lakukan? Menculik tunangan orang?" Arlla menertawakan sikap Devan yang konyol.

"Hanya karena kamu mencintaiku dan tidak ingin melihat aku menikah dengan Gerald?"

"Kau egois Devan"

"KAU EGOIS DEVAN!!" teriak Arlla yang sudah tersulut emosi.

"Aku hanya menyelamatkan hidupmu"

"Menyelamatkan hidupku?"

"Justru karena kehadiranmu hidupku semakin hancur" ucap Arlla yang tak habis pikir dengan pola pikir Devan.

"Aku tau apa yang kau tidak tau" lirih Devan dengan menatap dalam pujaan hatinya.

"Ya memang aku membuat hidupmu hancur"

"Iya aku yang merenggut kehormatanmu dan memilikimu seutuhnya"

"Memiliki diriku seutuhnya?"

"Nyatanya tidak Devan. Justru kau akan kehilangan diriku selamanya karena sampai kapanpun hatiku hanya untuk Gerald" ucap wanita itu membuat hati Devan mencelos.

"Ucapkan selamat tinggal pada kota ini" ucap Devan misterius dan langsung pergi meninggalkan Arlla begitu saja.

"Apa maksudmu?" tanya Arlla menuntut jawaban

"Apa maksudmu Devan?" teriak Arlla dan berlari mengejar Devan yang sudah lebih dulu mengunci dirinya di dalam kamar.

"Shittt!!" umpat Arlla kesal pada tindakan pria itu yang semena-mena terhadap dirinya.

"Apa maksudnya ucapkan selamat tinggal pada kota ini?" Arlla bersandar pada daun pintu yang tertutup dari luar.

"Apa dia akan membawaku pergi jauh?"

"Aku harus pergi dari sini sekarang juga" Kaki jenjangnya mulai melangkah menyusuri kamarnya yang sedikit luar itu. Ia menyibak gorden yang tertutup sejak ia datang di sini.

"Jendela.... "

Senyumnya terbit kala melihat jendela yang mungkin bisa saja ia gunakan untuk kabur dari rumah ini.

"Bodoh sekali Devan itu" Arlla memicingkan senyumnya dan membuka jendela yang berukuran cukup lebar sehingga muat untuk tubuhnya yang langsing.

"Astaga tinggi banget" Arlla memunculkan kepalanya keluar dan melihat ketinggian yang cukup membuatnya takut. Ia takut terhadap ketinggian mana mungkin ia loncat dari ketinggian yang bisa diperkirakan hampir 10 meter.

"Lompat ga ya? "

"Kalau ga lompat aku ga akan bisa lihat kota ini lagi"

"Aku gatau pria itu akan membawaku kemana"

"Tapi satu-satunya cara agar aku bisa kabur ya harus loncat" Arlla menggigit bibirnya ragu.

Berulang kali wanita itu melihat keluar jendela memastikan apakah dia harus loncat atau tidak. Astaga dia harus melawan phobianya agar bisa bebas dari kekangan Devan.

"Kalau aku loncat nanti jatuh dong" gumam Arlla dan melihat keluar untuk yang kesekian kalinya.

"Kalau jatuh nanti sakit dong" Lagi dan lagi kepalanya menyembul keluar jendela dengan penuh keraguan.

"Kalau setinggi itu resikonya... "

"Patah tulang"

"Gamau gamau gamau nanti kalau aku nikah jelek dong"

"Tapi kalau ga kabur nanti dibawa Devan entah kemana"

"Tapi kalau loncat bisa mati aku"

"Haduhhh gimana ini"

"Aku harus bisa"

Arlla memutar badannya menghadap ke belakang agar ia tidak terlalu takut melihat ketinggian itu. Perlahan ia keluar dari jendela dan mulai melepas pegangannya pada jendela setelah 5 menit diam karena ragu.

"Aaaaaaaa..... "

"Kok ga sakit? Alamak apa gue udah mati?" pekik Arlla

Arlla perlahan membuka matanya karena tidak merasakan sakit sedikitpun. Matanya mendelik seketika kala melihat wajah seseorang yang tiang ingin ia temui. Devan Chandra Erlyos. Wajah yang membuatnya sangat kesal.

"Ceroboh" ucap Devan dengan dingin.

"Maksudnya? " Arlla merutuki dirinya sendiri yang bertanya seperti itu. Untuk apa coba dirinya bertanya hal tidak berguna itu. Harusnya dia memanfaatkan peluang untuk kabur.

"Kamu gak liat? " Devan melirik ke arah bawah membuat Arlla mengikuti arah pandang pria itu. "Emang ada apaan"

"Tuh batu gede gak liat? "

"Main loncat-loncat aja ga liat resiko. Kalau kamu gak aku tangkap bisa mati sekarang"

"Yaudah sih mati doang kok"

"Lagian ngapain sih main kabur-kaburan gitu? Ga guna!!" ucap Devan

"Gue mau bebas dari sini"

"Ga akan bisa"

Devan membawa tubuh Arlla kembali memasuki rumahnya dan membawanya ke arah meja makan.

"Yahhh masuk kandang macan lagi" ucap Arlla kesal

"Makan dulu biar ga sakit" ucap Devan lembut

"Gausah sok perhatian" ketus Arlla dan langsung mengambil nasi putih dan beberapa lauk yang sudah di masak oleh Devan.

Devan duduk di hadapan Arlla dan memperhatikan wanita itu makan. Arlla memakan makanannya dengan lahap tanpa memperdulikan Devan yang menatapnya dengan dalam. Dari semalam ia tidak menyentuh makanan apapun. Bahkan makanan yang dibawakan Devan ke dalam kamar ia biarkan hingga basi.

"Pelan-pelan" ucap Devan dan mengusap sudut bibir Arlla yang kotor akibat makanan yang tidak masuk ke dalam mulutnya.

"Ga ada yang rebut makanan kamu juga"

"Kamu bisa ngabisin ini semua" ucap Devan lalu ia berdiri dan berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum.

Pria itu kembali dengan satu teko air putih dan menuangkannya ke dalam gelas kosong. "Minum biar gak keselek" ucap Devan penuh perhatian.

Arlla mengusap mulutnya dan mengakhiri aktivitas makannya. Wanita itu memandangi Devan yang membereskan sisa makanannya dan membawanya ke dapur untuk di cuci. Bahkan pria itu juga yang mencuci piring kotor miliknya.

"Kamu gak makan? " tanya Arlla menatap Devan yang sedang mencuci piring. Pria itu hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum menatap pujaan hatinya.

"Aku udah kenyang liat kamu makan" ucap Devan seketika membuat Arlla mual.

"Alay"

Wanita itu berjalan menyusuri rumah yang selama ini mengurung dirinya dan merenggut kebebasannya. Setiap pergerakan wanita itu tidak luput dari pandangan Devan meskipun tangannya sibuk membereskan bekas makanan Arlla.

Ia takut jika wanita itu akan nekad keluar dari rumah ini lagi seperti yang dilakukannya beberapa menit lalu. Devan tau jika Arlla akan terus mencari cara agar bisa membobol untuk kabur.

"Kamu balik aja ke kamar" ucap Devan berada di sisi Arlla secara tiba-tiba. Sedangkan Arlla yang sedang melamun memikirkan cara selanjutnya untuk kabur menjadi terkejut dengan kehadiran Devan secara tiba-tiba.

"Gamau aku bosen" ucap Arlla

Kalau aku balik ke kamar nanti semakin sempit kesempatan aku buat kabur batin Arlla

"Terus? Mau ngapain?" tanya Devan

Arlla mengetuk dagunya dengan jari telunjuknya yang putih sembari berpikir. "Mau nonton TV aja" ucap Arlla dan langsung duduk di sofa ruang keluarga.

Devan tersenyum tipis. Ia tau jika Arlla bersikap baik seperti ini karena ingin memanfaatkan situasi agar bisa lolos namun Devan tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

"Biar aku temenin" ucap Devan dan ikut bergabung di sisi Arlla.

"Ahh gausah aku bisa sendiri kok kalau kamu ada kesibukan lain boleh banget kamu kerjain itu dulu"

"Aku kan cuma nonton TV ga mungkin dong bisa kabur" ucap Arlla membujuk Devan agar meninggalkan dirinya sendiri.

"Aku gak sibuk kok tenang aja" ucap Devan santai sembari menyalakan TV yang ada di hadapannya.

Gimana caranya aku bisa kabur kalau dia disini terus batin Arlla menggerutu

1
Akhmad Soimun
Coba aah Ramaikan, kayaknya bagus..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!