Gray adalah seorang anak yang telah kehilangan segalanya karena Organisasi jahat yang bernama Shadow Syndicate dia bahkan dijadikan Subjek Eksperimen yang mengerikan, namun dalam perjalanannya untuk menghentikan Organisasi tersebut, ia menemukan teman yang mengalami nasib sama sepertinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
007 - Neraka (3)
Kecepatan dan kelincahan yang diasah selama berminggu-minggu pelatihan brutal bersama Jordan membantunya bermanuver di antara monster-monster itu. Setiap langkahnya diiringi oleh desisan dan raungan makhluk-makhluk mengerikan itu, napas Gray memburu, dadanya sesak. Ia berlari mengikuti samar-samar suara yang memanggilnya tadi, harapan tipis menyala di tengah keputusasaan. Namun, ketika ia mencapai sumber suara, tak ada apa pun selain kegelapan pekat dan bau busuk yang semakin menyengat.
Kehampaan yang mendalam mencengkeramnya. Harapan yang baru saja menyala seketika padam, digantikan oleh gelombang keputusasaan yang begitu kuat hingga hampir menghancurkannya. Semua pelatihan, semua usaha untuk bertahan hidup, terasa sia-sia. Ia hanyalah seorang anak laki-laki kecil, sendirian, terkepung monster-monster mengerikan di tempat yang menyeramkan ini.
Tangis tertahan hampir lolos dari bibirnya. Lengannya yang terluka terasa semakin sakit, racun yang meresap membuatnya gemetar. Kekuatan gelap yang mengalir dalam dirinya, yang selama ini menjadi andalannya, terasa begitu lemah dan tak berdaya di hadapan jumlah monster yang mengerikan ini. Bayangan-bayangan mengerikan itu bergerak mendekat, mengepungnya dari segala penjuru.
Gray terduduk, punggungnya menempel pada dinding dingin dan lembab. Sepotong kayu yang sejak awal menjadi senjata improvisasinya, kini terasa begitu tidak berarti. Ia memejamkan mata, merasakan kegelapan yang menyelubungi dirinya, bukan hanya kegelapan fisik, tetapi juga kegelapan jiwa yang begitu dalam. Apakah ini akhir dari segalanya? Apakah ia akan mati di tempat yang mengerikan ini, sendirian dan tanpa harapan? Pikiran-pikiran itu berputar di kepalanya, membuatnya semakin putus asa. Namun, di balik keputusasaan itu, sebuah percikan kecil tetap menyala. Sebuah keinginan untuk bertahan hidup, sebuah tekad yang membandel untuk tidak menyerah. Ia masih bernapas. Ia masih hidup. Dan selama itu, selama ia masih bernapas, masih ada secercah harapan. Meskipun kecil, meskipun samar, harapan itu masih ada.
Ejekan Jordan, pelatih kejam yang telah menelantarkannya di tempat neraka ini, tiba-tiba bergema di benaknya.
"Kau harus mengandalkan diri sendiri,"
Bisiknya dalam hati, kata-kata itu menjadi percikan api yang menyulut kembali semangat juangnya. Keputusasaan yang hampir menenggelamkannya seketika surut. Ia bukan hanya anak kecil yang lemah. Ia memiliki kekuatan, kekuatan gelap yang mengalir dalam darahnya, kekuatan yang telah menyelamatkannya berkali-kali.
Dengan mata terpejam, Gray menarik napas dalam-dalam, merasakan aliran energi gelap yang berdenyut di dalam tubuhnya. Kali ini, bukan rasa takut yang mendominasi, melainkan amarah. Amarah kepada monster-monster yang mengancamnya, amarah kepada Jordan yang telah membuangnya ke sini, dan amarah kepada nasib yang kejam yang telah menimpanya. Ia membuka matanya, tatapannya tajam dan penuh tekad.
Kekuatan gelap itu meledak keluar, bukan sebagai serangan acak, tetapi sebagai gelombang energi yang terkontrol. Sebilah energi gelap terbentuk di tangannya, lebih besar dan lebih kuat daripada sebelumnya. Gerakannya cepat dan tepat, sebuah tarian kematian di antara monster-monster yang mengepungnya. Setiap tebasan energi gelapnya mengenai sasaran, menebas daging dan tulang, meninggalkan jejak kehancuran di sekitarnya. Raungan dan desisan monster semakin berkurang, tergantikan oleh suara-suara lemah dan kesakitan. Bau amis darah semakin menyengat, bercampur dengan bau busuk ruangan itu menjadi koktail kematian yang menyesakkan dada.
Serangan mendadak dari salah satu monster yang hampir tak terlihat berhasil mengenai sisi tubuh Gray. Rasa panas dan menusuk langsung menjalar, lebih kuat dari luka sebelumnya. Racun yang telah meresap ke dalam aliran darahnya mulai bekerja, menyebar dengan cepat. Kekuatannya melemah, gerakannya terasa berat, dan penglihatannya mulai kabur. Namun, tekadnya tak surut. Amarah dan keinginan untuk bertahan hidup membakar sisa-sisa kekuatannya. Ia tahu, jika ia berhenti, ini akan menjadi akhir.
Dengan sisa-sisa energi gelapnya, ia melancarkan serangan balik. Meskipun gerakannya lambat dan kurang akurat, tebasan energi gelapnya masih memiliki cukup kekuatan untuk melukai monster-monster itu. Setiap tebasan yang mengenai sasaran adalah kemenangan kecil di tengah pertempuran yang semakin berat. Tubuhnya bergetar hebat karena kelelahan dan racun yang terus menyebar, namun ia terus berjuang, gigi-giginya terkatup kuat, menahan rasa sakit yang luar biasa. Bau darahnya sendiri bercampur dengan bau busuk ruangan itu, membuat lingkungan di sekitarnya semakin mencekik. Napasnya tersengal-sengal, dada terasa seperti tertimpa batu besar. Tetapi ia terus melawan, membunuh satu per satu monster yang masih berani mendekat.
Dalam kaburnya penglihatan, ia melihat bayangan dua monster terakhir bergerak mendekat. Tubuhnya nyaris tak mampu lagi menahan beban racun dan kelelahan. Apakah ini akan menjadi akhir? Tidak, ia tidak akan menyerah. Ia harus menemukan cara untuk bertahan. Ia harus keluar dari tempat neraka ini. Sebuah desisan keras dari monster yang paling besar mengejutkan Gray, membuatnya terhuyung. Ia terjatuh ke tanah, tubuhnya terasa hancur. Namun, di dalam lubuk hatinya, sebuah tekad yang tak tergoyahkan masih bernyala. Ia masih bernapas. Ia masih hidup. Dan itu cukup untuk memberinya sedikit harapan.
"Bergeraklah, tubuh sialan!"
Geram Gray dalam hati, memerintahkan tubuhnya yang hampir tak berdaya untuk melawan. Dengan susah payah, ia mencoba mengangkat tubuhnya yang lemas. Racun itu masih menggerogoti tenaganya, setiap gerakan terasa seperti menghancurkan tulang belulangnya. Namun, di tengah keputusasaan, sebuah ide muncul dalam benaknya, kilat inspirasi yang menerangi kegelapan. Dengan sisa-sisa kekuatannya, ia memusatkan energi gelap di lengan kirinya. Bukan untuk menyerang, tetapi untuk mendorong. Sebuah dorongan kuat, terfokus, ia arahkan ke tanah di belakangnya.
Dalam sepersekian detik, dorongan itu mendorong tubuhnya menjauh dari tebasan mematikan monster raksasa itu. Hanya sedetik. Sekilas kesempatan yang harus dimanfaatkannya dengan sempurna. Tanpa ragu, ia mengerahkan seluruh sisa energi gelap yang dimilikinya ke tangan kanannya. Sebuah tebasan energi gelap yang jauh lebih besar dan dahsyat dari sebelumnya terbentuk, berputar dengan kekuatan yang menakutkan. Dengan seluruh sisa tenaganya, ia mengayunkan tebasan itu, mengarahkannya tepat ke jantung monster raksasa tersebut. Ledakan energi gelap menghantam tubuh monster tersebut.
Raungan mengerikan bercampur dengan suara retakan tulang yang menggema di ruangan itu. Monster raksasa itu tumbang, tubuhnya terbelah dua oleh kekuatan tebasan Gray. Debu dan potongan daging berserakan di sekitarnya. Keheningan tiba-tiba menyelimuti ruangan itu, hening yang menusuk, diselingi oleh nafas Gray yang terengah-engah. Ia berhasil. Ia berhasil mengalahkan monster terakhir. Namun, kelelahan dan racun yang menjalar dalam tubuhnya membuatnya jatuh kembali ke tanah, tak sadarkan diri.
Apakah ini akhir dari pertarungannya? Atau apakah ada tantangan lain yang menunggunya? Kegelapan kembali menyelimuti, namun kali ini, kegelapan itu terasa berbeda. Ada rasa lega, ada rasa kemenangan, meskipun tubuhnya hampir tak mampu lagi merasakannya.