Menjadi aktris baru, nyatanya membuat kehidupan Launa Elliza Arkana jungkir balik. Menjadi pemeran utama dalam project series kesukaannya, ternyata membuat Launa justru bertemu pria gila yang hendak melec*hkannya.
Untung saja Launa diselamatkan oleh Barra Malik Utama, sutradara yang merupakan pria yang diam-diam terobsesi padanya, karena dirinya mirip mantan pacar sang sutradara.
Alih-alih diselamatkan dan aman seutuhnya, Launa justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Barra, hingga ia terperosok ke dalam jurang penyesalan.
Bukan karena Barra menyebalkan, tapi karena ia masih terikat cinta dengan sahabat lamanya yaitu Danu.
“Lebih baik kau lupakan kejadian semalam, anggap tidak pernah terjadi dan berhenti mengejarku, karena aku bukan dia!” ~Launa Elliza
“Jangan coba-coba lari dariku jika ingin hidupmu baik-baik saja.” ~ Barra Malik Utama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erma Sulistia Ningsih Damopolii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 35 Resepsi
Hingga malam tiba, Launa tidak sempat menyampaikan orasinya di hadapan Bara. Bagaimana tidak? Begitu tamu undangan di pagi hari pulang, Launa kembali didandani oleh penata rias terkenal.
Tak ayal, penampilan Launa kali ini semakin pangling hingga Geona dan Dira, istri dari sepupu Launa jadi semakin terkesima.
“Cantik banget aduh bumil!!” Teriak Dira mengagumi wajah ayu Launa yang sudah dihias sedemikian rupa hingga memperlihatkan bagaimana kecantikannya semakin terpancar.
“Bisa diam nggak? Jaga bicaramu Dira astaga!!” Sentak Geona sembari mencubit pelan lengan Dira, untung saja di sini hanya ada mereka bertiga. MUA yang tadi sedang ada di luar. Sehingga tidak ada yang mendengar celetukan Dira.
“Ups kelepasan! Sorry Na, btw mamas Danu di mana ya?”
Setelah hari itu, hari di mana Launa membuka perlahan soal kehamilannya pada Dira dan Geona, dua wanita itu malah menanyakan Danu dan semakin mengagumi pria itu sebagai laki-laki yang tak bertuan.
Berbeda halnya saat memandang Bara, menurut mereka pria itu tak ubahnya bak perebut yang seenaknya merusak kebahagiaan Launa bersama Danu. Akan tetapi, karena Bara tampan tidak apa pikir Geona. Masih ada pemakluman sedikit, walau sangat disayangkan Bara tak selembut Danu.
“Kenapa Danu sih? Bara dong harusnya.” Protes Geona berusaha menyadarkan Dira agar wanita itu bisa move on.
“Bara kan bukan harapan kita kita Ge, lagian orangnya dingin begitu. Untung tampan saja.”
“Tapi tampan kan?”
“Heuh?”
Suara cempreng itu tiba-tiba terdengar oleh mereka, ketiganya sama-sama menoleh dan menepuk jidat secara bersamaan.
“Heh masih bocah, apaan sih muji-muji Bara segala.”
“Om Bara kan memang tampan ma, iya kan tan?” Tanya Ayuna, putri pertama Geona yang kini mendongak ke arah Launa yang hanya melempar senyum ke arah anak itu.
Berbeda halnya dengan sang mama dan juga tantenya yang menyukai Danu, bocah 10 tahun itu justru mengagumi Bara. Baginya, Bara adalah pria berkharisma dan beda dari yang lain.
“Jawab tan, kenapa cuma senyum-senyum?”
“Iya sayang iya.”
“Tuh, tante Launa aja sampai bilang iya. Yuna juga kalau udah gede, mau dapat suami kayak om Bara, udah ganteng kaya lagi.” Celetuk Yuna mulai terlihat jiwa mata duitannya.
“Masih kecil sayang, impiannya udah kayak orang gede aja.”
“Kan nanti ma, nggak apa-apa dong mimpinya dirajut dari sekarang.” Jawab Ayuna yang hanya mendapat gelengan kepala dari ketiga wanita dewasa itu.
“Roman-romannya, ada yang bakal cepat dapat cucu nih.”
“Nggak apa-apa dong, itu artinya bagus karena masih sempat kesampaian.”
“Bakal jadi nene muda dong.”
“Nggak gitu juga kali Ra.” Timpal Geona yang mendadak geli dianggap nene oleh Dira.
“Ya kan katamu bagus_”
“Heh malah ngobrol, udah ditungguin tu di bawah. Malah diajak ngerumpi pengantinnya.” Celetuk Mika yang tiba-tiba muncul di antara mereka.
Sesuai kesepakatan, mereka bertiga akan mengiringi langkah Launa sampai ke pelaminan.
****
Usai mendapat panggilan dari Mika, mereka pun turun ke bawah untuk mengantarkan Launa sampai ke pelukan Bara.
Begitu mereka turun, Bara semakin takjub dan tersanjung melihatnya. Pria itu terdiam kala mempelai wanita melangkah ke arahnya dengan didampingi tiga ibu peri yang berjalan mengiringinya.
Kecantikan Launa beratus kali lipat di mata Bara. Baru kali ini Bara didekap keterkejutan yang seluarbiasa ini. Bara Utama, untuk kedua kalinya matanya mengembun saat menatap seorang wanita.
“Wajahnya semakin mirip.”
Kekaguman Bara berbeda, entah hal itu karena di dalam diri Launa ada kehidupan lain atau karena Bara memang menginginkan Launa tanpa tapi.
Gaun putih sesucih pernikahan mereka, Bara percayakan pada sahabat karib istrinya, Geona. Walaupun tengah perang batin, pada akhirnya mereka tetap mau berperan banyak dalam pernikahan Launa.
Tidak ada kekurangan dari dalam diri wanita ini, Bara tak henti-hentinya terpesona pada wanita yang kini sudah jadi miliknya.
“Tenang Bar.” Tutur Darius mengingatkan, tampaknya kegugupan Bara terlalu kentara dan membuat pria itu mendapat perhatian khusus dari Darius.
Jantung Bara kian berdebar tatkala Launa sudah duduk di sampingnya. Kini Bara merasa pasokan udara di tempat ini seakan tidak cukup untuknya.
Sedangkan Jovita, menatap tak suka ke arah Launa karena kesalahpahaman yang ia genggam. Menurut Jovita, Launa adalah wanita yang sudah menjalin hubungan gelap dengan tunangannya Garry. Dan karena Launa juga, tunangannya sampai dijebloskan ke dalam penjara. Nampaknya, setelah ini Jovita akan jadi ipar adalah maut.
Begitu di pertengahan acara, Jovita tiba-tiba hendak beranjak dari tempat di mana ia menjadi pendamping kakaknya namun langkahnya segera Bara tahan. Dengan setengah berbisik Bara bertanya “mau ke mana?”
“Pulang.”
Jovita merasa menyesal ikut ke tempat ini, tempat orang yang jadi penyebab renggangnya hubungan dia dan Garry.
“Nggak! Kamu harus tetap di sini.” Bara tampak tak suka dengan sikap adiknya ini.
“Tapi aku malas kak_”
“Tidak ada pakai pulang segala, kamu satu-satunya keluarga kakak, kalau kamu pulang nanti siapa yang akan mendampingiku di sini.” Ucap Bara masih dengan suara bisikan karena tak ingin sampai Launa dengar.
Sayangnya, meski sudah berusaha menutupi, nyatanya Launa masih bisa dengar meskipun perdebatan kecil mereka dilakukan melalui bisikan.
Mendengar kalimat terakhir kakaknya, ada secebis rasa kasihan dalam hati Jovita. Andai memang dirinya tahu rencana pernikahan sang kakak, pasti Jovita akan jadi orang pertama yang menentangnya.
Sayang rencana pernikahan itu Bara rahasiakan juga darinya. Seakan sengaja, sang kakak malah mengundangnya sejam setelah akad. Benar-benar diluar prediksi.
sorry tak skip..