Menjadi aktris baru, nyatanya membuat kehidupan Launa Elliza Arkana jungkir balik. Menjadi pemeran utama dalam project series kesukaannya, ternyata membuat Launa justru bertemu pria gila yang hendak melec*hkannya.
Untung saja Launa diselamatkan oleh Barra Malik Utama, sutradara yang merupakan pria yang diam-diam terobsesi padanya, karena dirinya mirip mantan pacar sang sutradara.
Alih-alih diselamatkan dan aman seutuhnya, Launa justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Barra, hingga ia terperosok ke dalam jurang penyesalan.
Bukan karena Barra menyebalkan, tapi karena ia masih terikat cinta dengan sahabat lamanya yaitu Danu.
“Lebih baik kau lupakan kejadian semalam, anggap tidak pernah terjadi dan berhenti mengejarku, karena aku bukan dia!” ~Launa Elliza
“Jangan coba-coba lari dariku jika ingin hidupmu baik-baik saja.” ~ Barra Malik Utama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erma Sulistia Ningsih Damopolii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 27 Hampir Saja
Satu minggu sejak ngapel dadakan itu, Launa benar-benar diuji. Pasalnya, rencana pembatalan perjodohan itu betul-betul terealisasi. Untungnya tante Andira tidak protes walau pada awalnya heran juga. Hingga begitu Danu menjelaskan barulah tante Andira mengerti. Pria itu pura-pura keberatan akan perjodohan yang sebenarnya ia impi-impikan sejak dulu.
Launa merasa tercekam bukan karena perjodohan itu batal, walau pun itu membuat hatinya sakit, akan tetapi seorang Launa bukan tipe orang yang suka menjilat ludah sendiri. Jika ia sudah berkata A, maka seterusnya akan seperti itu. Satu hal yang membuat Launa merasa seakan dicekam, ayah dan bundanya malah dengan senang hati menjalin hubungan baik dengan Bara.
Bahkan, dalam hal ini Launa tidak bisa berbuat apa-apa. Ancaman bahwa Bara akan menunjukkan rekaman cctv di mobilnya terus terngiang dalam benak wanita itu. Alhasil, ia pun ikut terjebak dalam belenggu Bara yang ia sendiri tak tahu sampai kapan ujungnya.
Selain karena takut orang tuanya tahu, Launa juga punya ketakutan sendiri. Dia yang awalnya yakin bisa menghidupi anaknya sendiri mendadak sangsi pasca memerankan series barunya yang bercerita tentang perjuangan wanita single parent yang membesarkan anak sendiri. Ditambah lagi dalam series itu ada adegan di mana anaknya selalu dicibir karena tidak punya ayah.
Launa yang tidak pernah terbawa suasana atas cerita film yang ia perankan mendadak baper dalam hal ini.
Bicara soal kehamilannya, hingga saat ini Launa tidak punya keberanian untuk membuktikannya langsung. Mual muntah yang ia alami seminggu terakhir ini cukup membuat Launa curiga sekaligus pasrah. Andai memang hamil, pasti akan ketahuan seiring berjalannya bulan, tidak perlu dibuktikan segala. Walau pun sebenarnya dia berharap tidak hamil sama sekali.
Meski seniat itu Bara memaksa, bahkan menawarkan untuk ditemani ke rumah sakit Launa tetap dengan keras hati menolak ajakan pria itu.
“Sudah selesai syuting?” Tanya si pengirim pesan yang Launa ketahui siapa pemilik nomor itu.
Alih-alih untuk membalas, Launa mengaktifkan mode pesawatnya lalu kembali memasukkan benda pipih itu ke dalam tasnya.
Malam sudah menuju larut, Launa menyetir sendirian menuju rumah dalam keadaan lesuh dan tak bersemangat sama sekali. Hanya saat proses syuting berjalan Launa tampak ceria, hingga begitu dirinya pulang mendadak Launa kembali bersedih hati.
Malam ini, Launa berencana membelah jalan raya dan melewati hiruk pikuk padatnya lalu lintas namun terpaksa Launa urungkan, melihat kondisi jalan raya yang macet luar biasa.
Tak ingin sampai rumah larut malam, Launa menghidari macet dengan memilih jalur alternatif.
Alih-alih menghindari macet agar tidak larut sampai rumah, nyatanya Launa tetap akan sampai larut malam ketika hal tak terduga menghampiri. Tanggal sial memang tidak ada di kalender, itulah yang membuat Launa kian uring-uringan.
Di jalan tol yang cukup sepi itu, mobil Launa mendadak mogok. Launa yang penasaran memilih keluar dan memeriksa bagasi depan mobilnya dan berlagak seolah paham otomotif.
Namun begitu bagasi terbuka, Launa menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan kening yang mengkerut tatkala dirinya memperhatikan satu persatu mesin di dalam sana. Tak ada satu pun yang Launa mengerti, wanita itu melirik kanan kiri, sepi, tak ada satupun kendaraan yang lewat.
Melihat gelapnya malam, hati Launa merinding juga. Hanya ia seorang di tempat ini, bengkel juga masih jauh. Jangankan bengkel, rumah pun tidak ada. Launa sampai bingung dibuatnya, hingga di tengah putus asanya tiba-tiba mata Launa menyipit akibat silau dari lampu mobil yang dengan sengaja menyoroti wajahnya.
“Siapa sih?” Gerutu Launa tak sanggup membuka mata karena silaunya.
Tak lama, pertanyaan Launa terjawab kala lampu mobil tersebut mati bersamaan dengan turunnya seorang pria yang amat sangat Launa kenali. Pria yang sebulan lalu membuat tubuhnya bergetar ketakutan bahkan hampir membuat darahnya tumpah ruah, pria yang hampir merenggut kesuciannya.
Walaupun Bara berhasil menyelamatkannya, Launa tetap ketakutan kala pria itu semakin mendekat, pria itu, tidak lain dan tidak bukan adalah Garry.
Dengan tersenyum smirk Garry mendekatinya, hingga begitu jarak pria itu tinggal dua langkah, Launa berencana lari namun dengan sigap Garry mencekal kuat pergelangan tangan Launa.
“Mau kemana kau?” Tanya Garry dengan nada menyeramkan. Matanya menatap Launa penuh damba seakan ingin menerkam Launa saat itu juga.
“Lepaskan!”
“Oh tidak semudah itu, kamu bahkan belum aku nikmati malam itu. Jangan harap aku akan melepasmu lagi malam ini.” Ujar Garry dengan senyum menyeringai, sungguh amat menakutkan di mata Launa. Belum hilang traumanya, kini pria itu tiba-tiba muncul lagi di hadapannya.
Sungguh Launa tidak ingin berakhir jatuh lagi ke lubang yang sama, terlebih oleh pria brengsek seperti Garry. Terlalu kuat cekalan tangan Garry, hingga membuat Launa tidak punya pilihan lain selain menggigit kuat punggung tangan pria itu hingga ia memekik kesakitan.
Launa pun berhasil melarikan diri, namun Garry mengejarnya dan berhasil menangkapnya dengan mudah.
Karena emosi yang membarah, Garry menampar keras pipi Launa tanpa melepas cekalan tangannya. Pemberontakkan Launa ternyata semakin mengundang emosi dalam diri Garry. Dengan amarah yang tersulut, Garry kembali menampar pipi Launa kiri dan kanan lalu menjambak kuat rambut wanita itu hingga ia menengadakan kepala Launa.
Melihat wajah Garry menghadap wajahnya, membuat Launa menjadikan ini kesempatan untuk kembali melepaskan diri. Tanpa pikir panjang, Launa meludah tepat di mata Garry hingga matanya perih namun tidak berhasil, cekalan tangan pria itu semakin kuat hingga pergelangan Launa memerah.
“Toloooonnggg!” Teriak Launa namun Garry membekap mulutnya.
“Dasar jal*ng sialan! Berani-beraninya kamu melawanku!” Bentak Garry hendak merobek kerah kemeja Launa namun aksinya tertahan kala tengkuknya ditarik paksa dari belakang hingga membuatnya terjungkal ke belakang.
sorry tak skip..