Dua orang asing yang terpaksa menikah kontrak hanya demi tujuan yang sama, pergi ke London!!!
Noah yang seorang CEO kaya, membutuhkan seorang istri agar sang kakek memberikan izin untuk pergi ke London? Why..? Sementara Hari membutuhkan uang untuk bisa pergi ke makam sang ibunda yang berada di London. Namun sifat keduanya benar-benar seperti Tom and Jerry yang selalu bertengkar dan saling mengejek.
Di saat hubungan keduanya semakin dekat. Kedatangan kekasih Noah di masa lalu membuat pernikahan mereka semakin renggang.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PMM! : BAB 19
MALAM PERTAMA????
Beberapa kaki masih berjalan mengendap-endap seperti pencuri berkelompok, terdengar juga Kekehan kecil serta geli keluar dari mulut mereka karena rasa tak sabar. “Meoww!!” Edward Cullen yang seolah tahu sang majikannya akan di pantau ikut emosi.
“Ssttt!!!” Norman menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya sendiri sambil menatap ke arah kucing abu-abu berbulu lebat yang masih menatap tajam ke arah Harrison tersebut.
“Eza, bawa Edward menjauh.” Pinta kakek Liam yang berada di garis depan.
“Siap!” anak remaja berumur 13 Tahun itu segera membawa kucing Noah menjauh, setidaknya agar tidak menggangu.
Berada di depan pintu sang cucu. Liam mulai tertawa kecil, begitupun yang lainnya. Mereka semua mulai mendekatkan telinganya ke arah pintu kamar Noah, mencoba tetap tenang dan hening sampai sebuah suara tak asing terdengar samar-samar.
Liam dan Suzan tersenyum lebar, Norman tersenyum bodoh dan Amora tersenyum miring dengan rona merah di pipi, sementara Eza dan Naura berada paling belakang hingga mereka tidak begitu mendengar dengan jelas.
“Kami juga penasaran!” ceplos Naura.
“Hey, kalian kenapa di sini?” tanya Norman.
“Kenapa? Kami tahu kegiatan di dalam sana.” Ketus Eza langsung mendapatkan jitakan dari Norman di kepalanya. Sementara yang lainnya masih ingin mendengar suara desahan seorang wanita dan suara erangan dari seorang pria.
“Cucuku sudah besar!” haru kakek Liam bercampur kebahagiaan.
.
.
.
“Ahhh~ yahhh, sshhh~ Mmpphh~” Suara desahan mengalun lembut di dalam kamar Noah, sangat jelas bahwa sepasang manusia berbeda gender tengah melakukan pergulatan di atas ranjang hingga menimbulkan suara-suara seksi tadi.
“Faster, ahhh,, sshhh... Emmhhh” Suara tak asing tadi masih mengalun.
“Hahahaha!!!! Dia sangat bodoh!!” tawa pelan Hari kegirangan.
Tunggu!
Kedua pengantin baru tadi tidak melakukan pergulatan di atas ranjang? Terlihat Hari sibuk melihat sebuah Comedy di layar televisi sambil memakan beberapa camilan ringan yang sudah tersedia di sana, sementara si Noah duduk di sofa single dengan sebuah laptop kerja berada di pangkuannya serta kacamata yang ia pakai untuk bekerja.
Mendengar tawa Hari, pria itu hanya menggeleng kepala dengan malasnya, di tambah suara desahan dari sebuah kaset atau VCD yang mereka putar untuk mengelabuhi keluarga Harrison itu.
Tidak mungkin mereka benar-benar melakukan hubungan intim seperti itu, yaaa meski mereka sudah di bilang SAH dan boleh melakukannya kapanpun dan dimana pun namun dalam kontrak Hari tidak di perbolehkan sentuhan fisik apalagi hal yang lebih seperti membuat anak.
Sementara dari arah luar pintu. “Ayo, kita tinggalkan mereka berdua hihihi!” ucap kakek Liam di setujui mereka semua yang kini kembali ke kandang masing-masing.
Lima jam kemudian! Hari baru saja menyeka air matanya dengan tisu setelah melihat banyak film ber-genre, kini matanya mulai lelah apalagi sehabis menangis menoleh drama sedih.
“Ssshhh, aahh~" Suara desahan seorang wanita masih saja tak henti-henti, sampai Hari berpikir sudah berapa banyak wanita yang ada di rekaman orgasme?
“Hei Tuan!” Noah menoleh saat merasa namanya di panggil.
“Bisa kau matikan suara itu? Telingaku mulai risih.” Sambil menggosok telinga kanannya.
“Kenapa tidak kau matikan sendiri?”
“Aku lelah karena terlalu banyak melihat film!” tanpa dosa Hari tersenyum manis penuh arti, membuat Noah ingin sekali meninju wajah si cantik itu.
Dengan dengusan kesal, Noah menutup laptopnya serta melepaskan kacamatanya, berjalan menuju ke arah meja panjang mematikan rekaman VCD sambil menatap ke arah Hari dengan wajah malas penuh emosi yang tertahan.
Tek! Suara desahan tadi berhenti. Noah berharap keluarganya sudah pergi dari pintu kamarnya.
“Terima kasih!” ucap Hari tersenyum manis.
Noah masih malas menanggapi wanita itu dan memilih tidur terlentang di atas kasur. Hari mulai berdiri, menatap ke arah pria yang masih tidur terlentang.
“Aku tidur di mana?” sangat sungkan mengatakannya, tapi itu harus, Hari juga butuh istirahat.
Noah membuka satu matanya melihat wajah Hari yang masih manyun. Dalam hati pria itu terkekeh kecil dan jail.
“Kau bisa tidur di sofa!” balas Noah melempar satu bantal hingga mendarat sempurna di sebuah sofa panjang.
“So-sofa? Kenapa, kenapa aku tidur di sofa?”
“Tentu, kau harus menurut, ingat! Lagi pula.. sofa itu juga empuk dan mahal seperti ranjang ini!” Noah mengatakannya dengan senyuman licik serta menggerakkan tubuhnya ke atas dan bawah menguji keempukan dari bahan mahal yang saat ini di buat tidur.
Hari tahu pria itu sengaja melakukannya. -'Lihat saja senyum bodohnya itu, benar-benar.' Batin Hari menggerutu dalam pikiran, sampai Ting! Sebuah ide muncul.
Noah tersenyum penuh kepuasan saat menyadari Hari menurut dan memilih tidur di sofa. Tiba-tiba Gruubb! Tubuh kecil baru saja terbaring di samping Noah, memaksa hingga lengan keduanya menempel.
“Hei, kau sedang apa? Tidur di sofa.” Tegas Noah tak terima dan Hari malah tersenyum lebar menatap pria Rubah yang masih terlihat marah.
“Kenapa aku harus tidur di sofa, di saat suamiku tidur di ranjang?!” tanpa takut Hari menjawab dengan senyuman puas, memasukkan tubuhnya di satu selimut yang sama dengan Noah.
Sejenak mereka saling menatap. Noah sungguh kesal melihat wanita aneh itu, tanpa belas kasih pria itu mencoba mendorong tubuh Hari untuk menjauh darinya dan juga kasurnya. Namun,
“KAKEK!!!” teriak Hari yang langsung di bungkam oleh Noah.
“Kau. Hffuu!!” tidak ada pilihan lain, Noah membiarkan wanita itu tidur satu ranjang dengannya. Terlihat senyum kemenangan dari bibir Hari.
“Jadilah suami yang baik ya!” Hari mulai berbaring membelakangi Noah yang masih terduduk menatap Hari.
“Selamat malam!” lagi suara lembut itu mengalun.
“Haisshh!!” pria itu akhirnya ikut tidur membelakangi Hari.
...***...
Pagi yang begitu cerah. Seperti biasa aktivitas di lakukan, kali ini di rumah hanya ada kakek Liam sementara nenek Suzan pergi kontrol.
“Kau sudah menyiapkan kostumnya?” tanya Liam kepada Yanto.
“Sudah Kakek! Fotografer nya juga sudah menyiapkan semuanya!”
“Bagus! Dan sekarang... Dimana bocah itu, kenapa masih belum bangun?” tanya heran kakek Liam melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 8.
Dari dalam kamar, terlihat dua pasang suami istri masih terlelap saling mempererat pelukan mereka bak guling. Senyuman tipis juga terukir di masing-masing bibir mereka seakan tengah bermimpi indah.
Noah menghirup sebuah aroma lavender yang sangat wangi dan menenangkan, hidung mancungnya berusaha mencari aroma tadi hingga menyentuh sebuah rambut panjang.
Sedangkan Hari merasakan sebuah benda yang sangat keras seperti kulit seseorang. Tangan kanan Hari mencoba meraba pinggang Noah sampai ke atas menuju punggung belakang yang begitu lebar dan tegap juga hangat meski itu terbalut kain.
Sangat hangat sampai Hari menelusup kan wajahnya lebih dekat ke sebuah dada bidang Noah. Tangan mereka bergerak memberikan usapan lembut di masing-masing tubuh sampai kedua matanya mulai terbuka bersamaan ketika sadar akan posisi yang begitu intim dan sangat dekat, apalagi kaki Noah mengunci kaki Hari layaknya guling.
“AAAAAAAAA!!!” Teriak keduanya langsung menjauh dan Hari mendorong Noah begitu keras sampai pria itu terjungkal ke lantai. Teriakan mereka bahkan sampai di lantai bawah. Gedebug!
“Aduh. Kenapa kau mendorongku?” geram pria itu sambil mengusap belakang kepalanya karena benturan lantai.
“Kenapa memelukku? Pria kurang ajar!”
“Kau juga kurang ajar, meraba punggung seseorang dan meremasnya.”
Seketika rona merah keluar. “Ak-aku tidak sadar.” Balas pelan Hari sedikit malu. Noah meliriknya dengan sinis lalu memilih pergi ke kamar mandi ketika sadar bahwa jam kerjanya sudah lewat.
...🛫📍🛬...