Dijual oleh ayah tirinya pada seorang muncikari, Lilyan Lutner dibeli oleh seorang taipan. Xander Sebastian, mencari perawan yang bisa dinikahinya dengan cepat. Bukan tanpa alasan, Xander meminta Lily untuk menjadi istrinya agar ia bisa lepas dari tuntutan sang kakek. Pernikahan yang dijalani Lily kian rumit karena perlakuan dingin Xander kepadanya. Apa pun yang Lily lakukan, menjadi serba salah di mata sang suami. Xander seakan memiliki obsesi dan dendam pribadi pada hidupnya. Bagaimanakah nasib Lily yang harus menjalani pernikahan dengan suami dinginnya? Haruskah ia bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lilyxy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"T-tapi, bagaimana bisa seperti itu, Tuan?Bagaimana Anda bisa memisahkan seorang anak dan ibunya begitu saja, Tuan? Bagaimana kalau mereka sudah besar dan bertanya tentang di mana ibunya? Jawaban apa yang akan Anda berikan pada anak-anakku?" tanya Lily begitu saja.
Membayangkan harus berpisah dengan anak-anak yang akan lahir dari rahimnya, membuat perasaan Lily tidak menentu. Walau hal itu bahkan belum terjadi.
Lily tahu, di luar sana, begitu banyak pasangan mendamba kelahiran seorang anak. Maka, bagaimana dia bisa melepaskannya begitu saja kalau dia memilikinya nanti walau bayi itu hadir melalui hubungan yang tidak diinginkan. Xander menatap dalam kedua pasang mata gadis yang terlihat sangat indah itu, yang kini memancarkan kekhawatiran yang dalam. Pria itu jadi memikirkan kemungkinannya.
Dia juga penasaran dengan apa yang harus dia lakukan pada pertanyaan-pertanyaan yang mungkin datang dari calon buah hati mereka nantinya.
"T-tuan...," panggil Lily, membuyarkan lamunan Xander.
"Soal itu biar menjadi urusanku. Tugasmu hanya menjadi istri kontrak dan memberiku anak laki-laki. Setelah itu, urusan kita selesai, Nona. Kamu bahkan tidak berhak bertanya mengenai hal ini dan itu padaku. Jalankan saja semua tugasmu dengan baik," kata Xander saat itu.
"Saranku, jangan menggunakan hatimu untuk urusan ini kalau kamu tidak ingin terluka. Pikirkan saja tentang bagaimana kita saling menguntungkan di sini. Aku mendapatkan anak dan kamu mendapatkan uang. Selama pernikahan, kita bisa menjalani hidup kita masing-masing. Aku tidak akan mencampuri semua urusanmu, dan kamu juga harus sebaliknya. Tidak perlu saling peduli karena kita bukan suami-istri sungguhan. Mengerti?" tanya Xander dengan sangat jelas.
"Jadi, sebaiknya kamu baca semua isi dokumen itu, dan tanda tangani dengan cepat, Nona. Malam sudah terlalu sangat larut. Tentunya kamu ingin pulang ke rumah dengan selamat, bukan? Untuk itu, jangan mengulur waktu lebih lama lagi!" Xander menekankan setiap ucapannya.
Lily tertegun dengan rangkaian kalimat dingin yang keluar dari bibir pria itu. Dia segera menyimpulkan bagaimana pria di depannya ini memang tidak suka basa-basi.Merasa tidak punya banyak pilihan, Lily pun kembali melihat poin demi poin perjanjian itu. Tentu saja semua poinnya tidak menguntungkannya sebagai seorang wanita.
Hingga dia melihat salah satu poin perjanjian yang mengatakan kalau mereka dilarang untuk saling jatuh cinta. Batin Lily langsung menertawakan poin tersebut, yang baginya sangat lucu.
Bahkan kalau tidak ada pria lain di dunia ini, dia jelas tidak akan jatuh cinta pada pria yang bahkan tidak dia ketahui namanya itu. Siapa juga yang akan tertarik pada pria dingin dan kaku sepertinya.
Lily selalu mendambakan sosok yang hangat dan lembut untuk menjadi pendamping hidupnya. Dan pria yang terlintas di benaknya saat itu adalah Andrew, yang merupakan pimpinan perusahaan tempatnya bekerja.
Walau rasanya impian itu terlalu tinggi baginya karena bukan hanya pria itu baik hati, tapi dia juga tampan dan kaya raya. Lily yang hanya seorang sekretaris dari keluarga miskin hanya bisa berangan.
Tentu saja dia hanya bisa berangan karena sebetulnya, hatinya telah dimiliki oleh sebuah nama. Axton, yang merupakan kakak dari sahabat dekatnya.
Axton dan Lily memiliki selisih umur yang cukup jauh, yaitu 15 tahun. Lily pertama kali bertemu pria dengan nama tengah Axton, saat sahabatnya -Selena mengajaknya untuk main ke rumahnya.
Axton adalah sosok pria dewasa yang kala itu sudah berusia 27 tahun. Sedangkan Lily sendiri masih berusia 12 tahun kala itu. Pesona pria matang itulah yang justru sulit sekali Lily tolak.
Sejak tertarik pada pria itulah, Lily selalu mencoba berbagai cara untuk menarik perhatiannya, walau tentunya Axton mengabaikannya. Bagaimana tidak, dia hanya gadis ingusan saat itu.
Axton terlihat seperti seorang pria yang menyenangkan. Hal itu tampak dari caranya bersenda gurau dengan Selena. Namun di lain kali, dia terlihat penuh kharisma dan juga dewasa.
Sekarang mungkin Axton sudah berkeluarga. Memiliki istri yang cantik dan anak yang lucu. Lily sudah tidak pernah mendengar lagi kabar pria tersebut.
Meskipun 10 tahun sudah berlalu sejak pertemuan terakhirnya, Lily entah bagaimana masih memikirkan Axton dan gurat wajah tampannya yang dia rindukan.
Namun, lamunan Lily teralihkan ketika mendengar deheman dari Xander. Dia segera ingat alasannya berada di sana dan itu adalah karena ibunya. Tanpa pikir panjang lagi, Lily menandatangani dokumen tersebut.
Lily yakin, dia bisa mematuhi semua poin yang dituliskan dalam perjanjian. Lagipula, dia juga diburu waktu. Ibunya harus diselamatkan dari uang yang akan dia terima dari pria bertopeng itu.
Tagihan rumah sakit untuk pengobatan sang ibu terus membengkak, dan dia tidak bisa lagi menunda pembayaran atau rumah sakit akan menghentikan seluruh prosedur pengobatan.
Sedangkan pinjaman yang dia ambil dari rentenir juga terus membengkak jumlahnya karena bunga yang tidak masuk akal. Ditambah lagi Lily jengah dengan uberan para rentenir itu.
Ayah tirinya mengaku sudah menerima sebagian pembayaran dari hasil menjual Lily pada pria bertopeng itu. Dia mengatakan akan menggunakan uang itu untuk membayar sebagian pula hutang mereka. Sedangkan sebagian lagi akan dilunasi oleh pria bertopeng itu setelah mereka menikah. Uang itulah yang akan digunakan untuk pengobatan selanjutnya sang ibu yang harus segera dioperasi karena komplikasi penyakit dalam.
Lily menguatkan dirinya sendiri dalam setiap bubuhan tanda tangannya. Berpikir keras dalam hatinya kalau semua itu dia lakukan untuk sang ibu.
"S-sudah, Tuan. Apa saya bisa pulang sekarang?" tanya Lily, terbata-bata.
"Pulanglah! Besok tepat jam sepuluh pagi kita akan bertemu di kantor catatan sipil untuk mendaftarkan pernikahan kita. Bawa tanda pengenalmu dan semua berkas yang diperlukan. Jangan lupa memakai masker, karena aku tidak ingin melihat wajahmu sebelum malam pertama kita. Apa kamu paham?" tanya Xander dengan tegas.
Walau permintaan pria itu sebetulnya terdengar sangat aneh, tapi Lily tidak membantah semua permintaan calon suami kontraknya tersebut.
"Baik, Tuan. Saya mengerti. Kalau begitu, saya permisi dulu Lily mendorong kursinya ke belakang.
Gadis itu hendak membuka jas dan mengembalikan jas milik pria bertopeng itu yang cepat dihalangi.
"Jangan lepaskan jas itu sebelum kamu memakai pakaian yang layak!" tukasnya sambil memalingkan muka. Xander tidak akan bisa membohongi diri sendiri. Dia tidak siap melihat lekuk tubuh milik Lily. Apalagi dada yang menyembul indah dan juga pinggul yang melengkung seksi.
Lily yang polos tidak menyadari saja kalau sedari tadi tubuh Xander sudah panas dingin melihat dirinya. Ditambah lagi Lily hanya berbalut lingerie yang nyaris tidak menutupi apa pun.
Xander berusaha keras terus memikirkan gadis kecil yang berasal dari masa lalunya itu. Dia sama sekali tidak berharap kalau posisi gadis itu akan disingkirkan begitu saja oleh gadis baru dalam sekejap.
"M-maaf, Tuan. Saya akan segera berganti pakaian dan mengembalikan jas ini.
" Lily cepat berbalik dan pergi ke ruang ganti. Dia memakai lagi pakaian yang ia pakai sebelumnya.
'Benar-benar pria yang aneh. Kenapa dia bersikap seperti pria yang sangat amat sopan seperti itu? Tidak ingin melihat tubuhku? Bukankah, sekarang atau nanti setelah menikah akan sama saja? Pada akhirnya dia akan menyentuhku semaunya!' gerutu Lily dalam hati.
Setelah memastikan dirinya mengenakan pakaian rapi dan juga masker, Lily keluar dari ruang ganti itu. Tentu dia menggunakannya karena dia alergi debu.
Walau sebuah kebetulan karena sang calon suami rupanya memiliki permintaan aneh tentang tidak ingin melihat wajahnya sampai mereka resmi menikah nanti.
"Ini jasnya, Tuan. Terima kasih karena telah meminjamkannya padaku,” ucap Lily pada pria misterius yang masih duduk di tempat yang sama. "Hmm," respon pria itu singkat, kemudian menyambar jasnya dari tangan Lily dan keluar dari kamar hotel mewah tersebut terlebih dulu.
**