Nona kedua Li Yue An dari keluarga pejabat merusak nama baiknya, Kehormatannya membuat semua orang membenci bahkan mengucilkannya. Namun siapa Sangka siasat jahatnya membuat dirinya menjadi seorang Permaisuri. Setiap langkah yang ia ambil akan membuatnya mengorbankan semua orang yang peduli dengannya.
Di tahun ke sepuluh setelah Li Yue An menjadi seorang Permaisuri. Dia di jatuhi hukuman mati oleh Kaisar yang merupakan suaminya karena berkolusi dengan pemberontak.
Semua kebetulan seperti sebuah mimpi semata. Dia justru terbangun kembali saat usianya tujuh belas tahun. Dimana dirinya masih di perlakukan tidak adil oleh keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usaha tidak mengkhianati hasil
Di tepi sungai yang sangat dingin dengan air mengalir deras. Li Yue An menarik nafasnya dalam lalu menyeburkan dirinya sendiri kedalam arus air. Untung saja saat kecil dia selalu bermain di sungai bersama ibunya. Terkadang dia juga mengambil ikan untuk di jual. Keahliannya bahkan bisa dia gunakan dalam keadaan terdesak. Mengikuti arus air mengarah ke timur, Li Yue An harus berenang selama satu hari penuh. Jika dia berhenti akan lebih banyak waktu yang terbuang sia-sia. Saat menjelang malam hari. Arus air semakin lama semakin kuat. Gadis itu mencoba untuk bertahan dan harus sampai ke tempat yang lebih jauh. Dia memperkirakan pasukan Fengyin sudah sampai di perbatasan kota luar yang ada di bagian Timur. Hanya dengan berenang dia tidak perlu lagi berhenti untuk mengecek surat jalan di setiap jalur utama saat masuk kota.
Li Yue An memutuskan keluar dari air saat dia melihat ada perkemahan berjarak satu kilometer dari tempatnya berada. Dapat di pastikan dia telah mengejar pasukan Fengyin. Tubuhnya mengigil dengan hebat karena terendam air sungai sejak pagi hingga tengah malam. Dengan nafas yang tidak beraturan gadis itu berjalan mendekat ke perkemahan militer. Tubuhnya basah kuyup di tambah hawa dingin di malam hari yang sangat kuat.
Saat dia sampai di depan gerbang utama perkemahan militer gadis itu pingsan seketika. Prajurit mengabari Jenderal mereka baru berani membawa gadis itu masuk ke tenda. Dan memberinya selimut hangat. Semua orang di sana laki-laki tentu tidak ada yang berani mengganti pakaiannya.
Seorang pria muda masuk ke dalam tenda.
"Jenderal."
Pria itu menatap dingin kearah tabib militer yang tengah memeriksa denyut nadi gadis muda di atas tempat tidur.
Wakil Jenderal mendekat. "Tabib bagiamana keadaannya?"
"Wakil Wang. Ini!" memeriksanya kembali. "Gadis ini telah berenang selama belasan jam. Hawa dingin memasuki tubuhnya. Jika tidak segera mengganti baju juga memberinya lebih banyak kehangatan di ruangan ini. Saya khawatir dia tidak bisa selamat. Tubuhnya pada awalnya sudah lemah. Di tambah beban pikiran yang berat juga tenaga yang sudah terkuras habis," tabib militer memberikannya obat. "Setelah bangun dia harus minum obat ini lagi. Dan berikan lebih banyak tungku api."
Tabib pergi setelah memeriksa dan memberikan obat.
"Jenderal. Kita tidak bisa menunda keberangkatan hanya karena gadis ini." Wakil Jenderal Wang merasa tidak tega juga bimbang.
"Tidak perlu menunggu dia siuman. Sebelum pagi kita harus pergi dari tempat ini melanjutkan perjalanan," Jenderal Lie Mingyu berkata tegas.
"Huh." gadis itu terhentak kencang di tempat tidur. Dia langsung duduk memegang dadanya juga kakinya. Setelah mengetahui semua aman dia lega. Saat dia menoleh sudah ada dua pria asing di depannya. "Kalian?"
"Nona kami yang membantu mu memeriksa keadaan mu." Wakil Jenderal Wang mendekat. "Kamu gadis muda dengan tubuh kecil. Tapi cukup hebat dalam berenang."
Li Yue An berusaha untuk bangkit namun dia merasa sangat lemas.
"Lebih baik kamu istirahat." Jenderal Lie Mingyu menatap dingin.
"Tuan. Apa kalian dari pasukan Fengyin?" Li Yue An memberanikan diri bertanya. Keadaan sudah mendesak dia harus segera menemukan pasukan Fengyin.
Kedua orang di depannya menautkan alis mereka. Wakil Jenderal Wang menjawab, "Iya. Apa yang kamu inginkan?"
Li Yue An merasa sangat senang. Beban di pundaknya terasa terangkat seketika. "Izinkan aku menemui Jenderal tinggi Lei Mingyu. Ada hal yang harus aku sampaikan."
Pria tampan penuh karisma juga wibawa dan aura mematikan di tatapan matanya mendekat. "Aku Lei Mingyu. Ada perlu apa," ujarnya tanpa basa basi.
Li Yue An membuka rok bawahnya tanpa memikirkan dua orang pria di depannya. Dengan cepat kedua orang itu memalingkan wajahnya.
"Nona. Hal ini sangat tidak pantas di lakukan gadis muda seperti mu." Wakil Jenderal merasa aneh.
Gadis itu melepaskan dua ikatan di kakinya lalu membenarkan kembali bajunya. "Jenderal. Saya di berikan amanah oleh seseorang untuk memberikan tiga benda kekaisaran juga surat resmi pemerintah."
Jenderal Lei Mingyu menautkan alisnya dia menoleh. Saat dia melihat token giok juga pelakat resmi milik kaisar terdahulu ada di depannya. Dia berlutut di ikuti Wakil Jenderal Wang. "Semua benda ini bisa memutar balikkan kekaisaran. Bagiamana bisa ada di tangan Nona?" Jenderal Lei Mingyu mengambil token juga surat resmi.
"Jenderal. Saya tidak bisa mengatakan terlalu banyak. Tubuh saya cukup lemah untuk mengatakan banyak hal. Yang pasti istana sedang dalam masa bahaya. Kaisar terdahulu meminta saya untuk memberikan ini kepada anda," Li Yue An menahan tubuhnya dengan tangan kiri. Tapi tetap saja dia sangat lemah. Rasa dingin juga masuk ke dalam tubuhnya. "Ada satu benda lagi yang ada di tubuh ku. Saya harap anda dan Tuan Wang bisa keluar. Benda itu sangat berharga saya hanya bisa menyimpannya di." Memegang dadanya.
Jenderal Lei Mingyu mengangguk mengerti dia menelan perasaan malu.
Wakil Jenderal Wang juga keluar menjaga di luar.
Li Yue An melepas pakaiannya mengenakan pakaian baru yang ada di dekatnya. Pakaian itu sangat harum juga sangat longgar di tubuhnya. Sangat jelas itu pakaian pria. Li Yue An mengeluarkan benda lainya. "Jenderal anda bisa masuk."
Mengulurkan tangannya memberikan pelakat militer tingkat satu.
Jenderal Lie Mingyu semakin terkejut dia tidak menyangka seorang gadis muda mempertahankan hidupnya untuk keselamatan banyak orang. Bahkan dia bisa saja menjual kesetiaan untuk mendapatkan kemuliaan kepada lawan. Tapi gadis di depannya memilih untuk mengorbankan hidupnya sendiri. Menempuh resiko agar bisa memberikan semua benda berharga itu di tangannya. Dalam hitungan detik setelah semua benda ada di tangannya. Gadis itu pingsan kembali. Jenderal Lei Mingyu menahan kepalanya agar tidak terbentur lalu meletakkan di atas bantal dengan lembut. "Wang Ju."
Wakil Jenderal Wang masuk.
"Bawa semua pasukan kembali ke ibukota. Akan ada pertempuran mematikan. Kita harus sampai dalam waktu singkat. Yang Mulia menunggu kita," Jenderal Lei Mingyu menatap tajam kearah bara api di dalam tungku.
"Dia?"
"Siapkan kereta kuda. Berikan lebih banyak selimut tebal. Bagi empat pasukan di jalur berbeda. Segera berangkat malam ini juga," Jenderal Lei Mingyu menatap tajam.
"Baik."
Wakil Jenderal Wang menyiapkan semua pasukan membaginya menjadi empat pasukan agar bisa melewati jalur berbeda. Dengan begitu mereka tidak akan di curigai. Dan pasukan pemberontak tidak akan waspada.
Tepat di jam tiga pagi semua pasukan berangkat. Jenderal Lei Mingyu berada di dalam kereta menemani gadis muda yang telah bertaruh dengan hidupnya. Empat selimut tebal telah di berikan kepada gadis itu. Tapi kedua tangannya masih mengigil. Dengan menekan keenggannya Jenderal Lei Mingyu membiarkan tubuh gadis itu berada dalam pelukannya. Setidaknya gadis itu harus selamat terlebih dulu.
Li Yue An membuka kedua matanya perlahan. Tapi dia tidak bisa bergerak leluasa. Tubuhnya hampir tidak bisa diangkat. Dia ingin memberontak agar tidak berada dalam pelukan Jenderal Lei Mingyu. Namun dia tidak mampu melakukannya. "Jenderal. Maaf merepotkan anda."
"Diam. Jangan bersuara. Jika kamu mati, Kaisar terdahulu akan menyalahkan ku," ujar Jenderal Lie Mingyu dengan santai.
Gadis itu kembali diam lalu memejamkan kedua matanya. Rasa hangat itu membuatnya menjadi tenang.