Sandra, gadis yang hidup sengsara di keluarga kaya Hartawan. Sejak kecil, ia diperlakukan kejam oleh orang tuanya, yang sering memukul, menyalahkannya, dan bahkan menjualnya kepada pria-pria tua demi uang agar memenuhi ambisi keuangan orang tuanya. Tanpa Sandra ketahui, ia bukan anak kandung keluarga Hartawan, melainkan hasil pertukaran bayi dengan bayi laki-laki mereka
Langit, yang dibesarkan dalam keluarga sederhana, bertemu Sandra tanpa mengetahui hubungan darah mereka. Ketika ia menyelidiki alasan perlakuan buruk keluarga Hartawan terhadap Sandra, ia menemukan kenyataan pahit tentang identitasnya. Kini, Langit harus memilih antara mengungkapkan kebenaran atau tetap bersama Sandra untuk melindunginya. Sementara Sandra, cinta pertamanya ternyata terikat oleh takdir yang rumit bersamanya.
#foreducation
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Littlesister, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenangan Pahit
Sandra sedang duduk di sebuah warung kecil, wajahnya lesu dan cemas. Pagi itu, ia terpaksa pergi ke warung untuk mengutang demi membeli makan, karena orang tuanya tidak meninggalkan uang sepeser pun serta tidak ada persediaan bahan makanan apapun di rumah. Di rumah, adik laki-lakinya yang baru berusia 2 tahun, Bayu, sedang bermain sendiri.
"Bu, saya beli nasi dan lauknya, ya. Tapi... bisa bayarnya nanti? Mama papa saya nggak ada di rumah sekarang..." ucap Sandra dengan nada ragu, berbicara pelan kepada pemilik warung
"Tentu, Nak. Tapi lain kali, jangan sering-sering ya ngutang. Kasihan, Mama kamu." Pemilik Warung mengangguk, sedikit kasihan, dan menerima pesanan Sandra.
"Terima kasih, Bu..." Sandra tersenyum kecut, mencoba menahan rasa cemas di hatinya.
Saat itu, suara langkah kecil terdengar dari luar warung. Bayu, adik laki-laki Sandra, yang seharusnya tidur di rumah, tiba-tiba muncul dan berjalan menuju warung dengan mata yang tampak kebingungan.
"Mama… pergi, Kak. Bayu… minum ini… enak!" Bayu menggenggam botol plastik kecil berwarna biru muda dengan label yang tidak terbaca, tampak sangat polos dan ceria.
"Eh, jangan… itu bukan minuman, Bayu! Itu cairan pel, bukan soda! Kamu bisa sakit!" larang Sandra panik saat melihat botol itu dengan cemas.
Namun, terlambat. Bayu sudah meminum sebagian cairan biru muda itu dengan senyum ceria, tanpa tahu bahayanya. Sandra merasa sangat cemas, berlari cepat menggandeng Bayu pulang menuju rumah untuk mengambil telepon dan menghubungi orang tuanya.
Saat sampai di rumah, Sandra melihat Bayu sudah terjatuh lemas di lantai, matanya terpejam. Ia menangis histeris, panik.
"Bayu! Bayu, bangun! Kenapa kamu minum itu? Kenapa, Bayu?!" seru Sandra seraya menggoyang tubuh Bayu, panik, sambil menangis.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Mama, Papa, Farah, dan Ayumi baru tiba setelah perjalanan panjang. Mereka masuk ke rumah dengan wajah lelah namun penuh amarah. Sandra sedang duduk di ruang tamu, wajahnya pucat dan cemas. Bayu, adik Sandra yang berusia 2 tahun, sudah tiada.
Mama masuk melihat Sandra sedang menangisi adiknya yang telah terkapar tak bernyawa di hadapannya, wajah penuh kemarahan dan tangis menyadari putranya telah tiada, langsung menghampiri Sandra.
"Sandra!! Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu biarkan Bayu seperti itu? Kenapa kamu nggak menjaga dia?!" Bentak Mama.
Papa yang baru masuk, terkejut putranya terkapar tak bernyawa, lalu mendekati istrinya dan putrinya yang sedang menangis bersama, dengan ekspresi marah dan kecewa, menyuarakan kata-kata keras kepada Sandra
"Kenapa kamu nggak bisa lebih hati-hati, Sandra?! Bayu itu cuma anak kecil, kenapa kamu nggak perhatiin dia? Kamu lebih pentingkan pergi ke warung daripada menjaga dia!" Sahut papa marah saat melihat putranya telah tiada.
"Kamu jahat banget, Sandra! Bayu nggak bisa main lagi! Semua karena kamu nggak hati-hati! Kenapa kamu nggak di rumah aja, sih? Kenapa nggak jaga dia?!" tanya Ayumi yang baru saja masuk ke rumah setelah perjalanan dari rumah neneknya dengan suara yang agak tinggi karena kebingungannya melihat wajah adik laki-lakinya yang pucat.
"Kenapa Bayu nggak bisa bangun? Aku kangen sama Bayu, Kak! Kenapa dia nggak bisa bangun? Kenapa dia nggak bisa main lagi sama aku?" Farah yang masih berusia 7 tahun, menangis dan menatap Sandra dengan kebingungan.
"Aku… aku nggak tahu, Ma… aku… aku nggak tahu kalau Bayu meminum cairan berbahaya itu… Aku nggak sengaja… aku cuma pergi sebentar ke warung karena di rumah gak ada makanan dan aku gak punya uang… tapi tadi aku udah telepon ambulans dan sebentar lagi datang..." Sandra terisak, berusaha menjelaskan meski suaranya parau dan tubuhnya gemetar seraya meraih tangan mama.
"Kesalahan besar kamu, Sandra! Kamu harusnya lebih peduli! Bayu nggak tahu apa-apa, dia cuma anak kecil! Kalau kamu nggak pergi ke warung, dia nggak akan minum itu!" Bentak mama kesekian kalinya dan kali ini ia memukul pipi Sandra dengan keras.
"Kamu bikin keluarga kita hancur, Sandra! Bayu itu cuma anak kecil, dia nggak tahu apa-apa! Kamu yang seharusnya menjaga dia!" Papa menggeram dengan marah dan menghampiri Sandra, menatap dengan kecewa, lalu memukul punggungnya dengan keras.
"Kenapa kamu nggak perhatian, sih? Kenapa nggak bisa jaga adik kita? Semua jadi salah kamu, Sandra! Kamu nggak bisa menyelamatkan Bayu!" Ayumi berteriak, kesal karena Bayu nggak bisa hidup lagi.
"Kenapa Bayu nggak bisa main lagi? Aku sayang Bayu, Ma, Kak, kenapa dia nggak ada lagi?" tanya Farah, ia terisak dengan bingung dan takut, memegang tangan ibunya, mengulangi perkataan yang tidak bisa ia pahami sepenuhnya.
"Karena kamu nggak bisa jaga Bayu! Kamu nggak bisa menyelamatkan dia! Kamu nggak bisa jadi kakak yang baik!" Mama memandang Sandra dengan penuh kebencian dan kekecewaan, menangis sambil memukul Sandra lagi.
Dengan tatapan penuh penyesalan dan marah, papa terus memukuli punggung Sandra, penuh kebencian.
"Ini semua kesalahanmu, Sandra! Kamu nggak peduli sama keluarga ini! Kalau kamu lebih hati-hati, Bayu masih hidup! Kamu yang jadi penyebabnya!" Papa berkata dengan suara penuh amarah.
"Bayu nggak bisa hidup lagi. Kenapa kamu nggak bisa menyelamatkan dia?! Dia cuma adik kita yang paling kecil! Kamu harusnya bisa jaga dia!" Ayumi terisak, memukul dinding karena tak bisa menahan kesedihannya.
"Aku… aku nggak bisa hidup dengan rasa ini, Kak… Aku nggak sengaja… Aku cuma pergi sebentar…" Sandra terjatuh berlutut, wajahnya basah oleh air mata, tubuhnya gemetar.
"Kenapa Bayu nggak bisa main lagi sama aku, Bu? Aku sayang Bayu…" Farah terisak dengan suara parau dan memeluk mama, menangis, merasa sangat kehilangan Bayu.
"Kamu nggak bisa jadi kakak, Sandra! Bayu nggak akan kembali lagi! Semua ini karena kamu!" Mama menatap Sandra dengan penuh kebencian dan kekecewaan, menangis tersedu-sedu, sementara terus memukuli tubuh Sandra.
Sandra yang menangis terisak, terjatuh di lantai, merasa hancur, sementara keluarga lainnya terisak dalam kebingungannya masing-masing. Meski mereka marah, di dalam hati mereka ada perasaan kehilangan yang sangat dalam. Semua orang merasa tak ada yang bisa mengubah kenyataan bahwa Bayu takkan pernah kembali.
Suara sirene ambulans menggema di udara, 'Wii-wuu... Wii-wuu...' semakin mendekat."