Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang perempuan setelah berpisah dari orang yang dicintainya. Namun, takdir berkata lain karena ada kisah lain yang muncul setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 3
Senja baru saja tiba di rumahnya di sebuah gang sempit pertokoan menggunakan sepeda bututnya.
"Senja.. Kamu sudah pulang? " Sapa Ayahnya.
"Halo Ayah." Sahut Senja sembari menghampiri ayahnya dan mencium tangan ayahnya.
"Gimana sekolah hari pertamanya? "
"Baik Ayah. Senja bahagia. Teman-teman Senja juga baik-baik" Jawab Senja berbohong.
"Syukurlah. Ayah khawatir kamu akan kesulitan karena harus berinteraksi dengan anak- anak di sana. Tapi karena kamu bilang mereka baik, Ayah jadi tenang"
"Maaf Ayah. Senja terpaksa berbohong. Senja ngga mau Ayah kepikiran. Senja janji, Senja akan selesaikan sekolah Senja sampai selesai" Sesal Senja dalam hati.
"Ibu di mana Ayah?"
"Ibu kamu lagi pergi ke rumahnya Pak RT. Lagi ada hajatan di rumahnya jadi ibu diminta buat bantu-bantu di sana."
"Oh. Ya sudah. Biar Senja susul Ibu ke sana"
"Ngga usah Senja. Kamu kan baru pulang sekolah. Apa kamu ngga capek? "
"Enggak kok Ayah, hari ini juga belum benar-benar mulai sekolah."
"Ya sudah. Kamu ganti baju, makan baru kamu susul Ibu ke sana"
"Oke Ayah"
.
.
Senja baru saja tiba di rumah Pak RT yang terlihat cukup ramai. Senja langsung beranjak menunu ke dapur, karena tahu Ibunya pasti ada di sana.
"Ibu.. "
"Eh Senja. Kamu di sini? Kok udah pulang? "
"Iya Bu. Senja bantu ya" Ujar Senja yang melihat Ibunya cukup sibuk dengan masakan yang belum diolah.
"Ya sudah. Kamu bantu bersihkan wortelnya ya"
Senja segera mengambil nampan dan membantu Ibunya yang bekerja sendirian di dapur.
"Hei Senja. Kamu di sini ya?" Sapa Ibu RT yang tiba-tiba ke dapur.
"Halo bu. Iya. Saya bantu Ibu biar masak-masaknya cepat selesai"
"Katanya hari ini kamu udah masuk sekolah ya? Di Galasky ? Wah keren kamu Senja bisa masuk ke sekolah itu" Puji Ibu RT.
"Iya bu. Makasih ya."
"Jangan malas-malas kamu sekolah. Kasian Ayah dan Ibumu. Kamu harus giat belajarnya biar bisa membanggakan orangtua kamu."
"Baik, Bu. Akan saya ingat pesan Ibu. Makasih ya. "
.
.
Esok harinya Senja kembali bergegas ke sekolah. Hari ini dia memutuskan untuk berjalan kaki. Rupanya ban sepedanya kempes, sehingga dia tidak bisa menggunakannya. Dia akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki.
"Senja.. " Panggil seseorang yang sedang mengendarai motor.
"Hai Kak Jansen. " Jawab Senja. Rupanya dia adalah Jansen. Anak laki-laki pak RT.
"Kamu mau ke sekolah ya? Mana sepedamu?" Tanya Jansen.
"Eh itu. Ban sepedaku kempes. Jadi tidak aku pakai."
"Ya sudah, mari aku antarkan. Kan Sekolah kita searah. Aku akan mengantarmu baru aku lanjut ke sekolahku."
"Ng.. Ngga usah Kak. Ini masih pagi, aku masih sempat kalau harus berjalan kaki"
"Ayoo. Ngga apa-apa." Jansen mengajak.
"Ya. Baiklah." Senja menurut.
Dari kejauhan Hazel ternyata tidak sengaja melihat mereka.
"Dia tinggal di sini ternyata. Siapa laki-laki itu? Pacarnya kah? " Tanya Hazel dalam hati.
.
.
Hazel baru saja tiba di Sekolah. Rupanya kedua kawannya juga sudah sampai. Begitupun dengan Senja yang baru saja turun dari motor Jansen.
Dia berjalan melewati Hazel dan kawan-kawannya.
"Eh anak beasiswa" Panggil Boby.
Senja berhenti saat dipanggil.
"Kamu mau ke kelas kan? Nih bawa tas aku" Sambil menyodorkan tasnya.
Senja terdiam membisu dan kemudian perlahan mengambil tas milik Boby. Hanzel dan Dimas memperhatikan tanpa berkata apapun. Bahkan karena itu, orang-orang di sekitar mereka ikut memperhatikan mereka.
"Kenapa diam aja? Cepat bawa ke kelas. " Ucap Boby sedikit memaksa.
Tanpa mengucapkan sepatahkatapun, Senja segera pergi ke kelas sembari membawa tas milik Boby.
"Keterlaluan kamu Bob" Ucap Dimas.
"Ada apasih rame-rame di sini bukannya masuk ke kelas" Tanya Virgin tiba-tiba muncul di antara mereka.
"Wah kamu telat. Tadi ada pertunjukan seru. Hahahahha" Jawab Dimas.
"Apa? " Tanya Virgin penasaran.
"Ada deehhhhh" Ejek Boby.
Mereka kemudian masuk ke dalam kelas.
.
.
Selama pelajaran pertama, Senja terus fokus mengikuti pelajaran dengan baik. Ada beberapa gangguan dari teman-teman sekelasnya. Tapi dia tidak memperdulikannya.
Seperti saat ini. Saat dia sedang mendengarkan penjelasan dari guru di depan kelas, tiba-tiba dia merasa ada yang melemparnya berulang-ulang kali menggunakan kertas kecil yang digulung.
Karena sudah beberapa kali, dia akhirnya berbalik ke arah orang yang melempar. Dan benar saja, Boby sedang tersenyum iseng karena berhasil membuat Senja kesal.
Hampir sepanjang pelajaran, Hanzel terus melemparinya dengan kertas kecil yang digulung. Hingga jam istirahat tiba. Boby tiba-tiba menghampiri Senja.
"Eh anak beasiswa, belikan jajan dong di kantin. Lapar nih" Ujar Boby sembari melempar uang senilai seratus ribu.
Senja tidak menggubris. Dia berbalik ke arah Dimas, Hanzel dan Virgin yang juga sedang menatapnya. Dengan kesal, Senja segera mengambil uang tersebut dan keluar ke arah kantin.
"Huhhhh. Kenapa sih dia gangguin aku terus" Umpat Senja dalam hati.
.
.
Hari berlalu dan berganti minggu ke bulan. Senja masih terus dirundung dengan sikap Hanzel dan teman-temannya yang selalu seenaknya. Hanzel yang awalnya tidak mau ikut campur, akhirnya ikut-ikutan mengerjai Senja. Sampai pada kejadian di hari ini. Kejadian besar yang tidak pernah dibayangkan oleh mereka.
Senja baru saja hendak memasuki kelas dan hendak duduk, tiba-tiba Boby menarik kursinya sehingga Senja terjatuh. Semua anak termasuk Hanzel yang melihat itu tertawa mempermalukan Senja.
Senja yang sudah tidak lagi tahan bangun dan langsung menghampiri Boby dan menamparnya.
Plakkk....
Seisi kelas tiba-tiba terdiam melihat hal itu. Virgin yang tidak terima Boby ditampar lalu bangun dan ikut menampar Senja dengan keras.
"Gila lo ya. Dasar anak miskin. Eh lo itu harusnya tau diri ya . Lo disekolahin gratis di sini. Ake uang yang kita semua punya di sini. Jadi ngga usah kurang ajar lo ya" Tunjuk Virgin.
Senja diam tidak bisa menjawab. Semua mata melihat ke arahnya dengan penuh kebencian.
Hanzel yang melihat itu hanya bisa terdiam. Dia tidak pernah membayangkan Senja akan melakukan itu.
Boby yang ditampar sudah sangat marah dan ingin memukul Senja, namun tiba-tiba guru mereka masuk ke kelas.
"Awas lo ya " Ancam Boby.
Senja hanya bisa menahan napas dan air mata. Rasanya sesak di dada. Dia benar-benar capek diperlakukan seperti sampah setiap hari oleh anak-anak orang kaya itu.
Namun, dia benar-benar tidak lagi bisa menahan rasa sakit itu dan berani untuk melawan mereka.
Dia sendiri sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya. Dia ketakutan dan khawatir. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Boby dan kawan-kawannya padanya.
.
.
.
BERSAMBUNG...
Semangat berkarya yaa... 💕
dikasih space kak