NovelToon NovelToon
Mardo & Kuntilanaknya

Mardo & Kuntilanaknya

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:452
Nilai: 5
Nama Author: Riva Armis

Mardo, pemuda yang dulu cuma hobi mancing, kini terpaksa 'mancing' makhluk gaib demi pekerjaan baru yang absurd. Kontrak kerjanya bersama Dea, seorang Ratu Kuntilanak Merah yang lebih sering dandan daripada tidur, mewajibkan Mardo untuk berlatih pedang, membaca buku tua, dan bertemu makhluk gaib yang kadang lebih aneh daripada teman-temannya sendiri.

Apa sebenarnya pekerjaan aneh yang membuat Mardo terjun ke dunia gaib penuh risiko ini? Yang pasti, pekerjaan ini mengajarkan Mardo satu hal: setiap pekerjaan harus dijalani dengan sepenuh hati, atau setidaknya dengan sedikit keberanian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riva Armis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20: Rencana Kerja

Sekeliling kami sudah terbakar tipis. Sungai di depan juga sudah kehilangan banyak airnya oleh penguapan hawa panas. Dan jin penunggu sungai di depan gue ini bersiap untuk menyerang. Kalau digambarkan, bentuknya seperti ikan gabus, tapi punya tangan dan kaki manusia. Tubuhnya gempal dan kepalanya lebar. Kepalanya bersisik di mana setiap keping sisiknya seukuran telapak tangan orang dewasa. Giginya seperti gergaji: kecil, rapat, dan tajam.

Dan gue hanyalah cowok berusia 23 tahun yang saat ini menghunuskan pedang ke arahnya. Dari ukuran tinggi badan aja, gue cuma setinggi ketiaknya. Dalam keadaan genting kayak sekarang, sejak tadi gue menyadari ada yang aneh dari asap-asap yang mencoba menguasai tangan gue.

Asap merah, yang gue yakin berasal dari kekuatan Dea membuat gue gak bisa ngendaliin tangan gue sendiri, dan selalu aja mau menebas apa pun. Dan asap hitam yang gue rasa berasal dari kekuatan Torgol membuat tenaga gue jauh menggila ketika gue marah. Persamaan antara keduanya adalah: mereka ingin menguasai seluruh tubuh gue.

Nah yang gue bilang aneh tadi adalah: asap-asap itu gak bisa naik lebih tinggi dari pergelangan tangan kanan gue. Apakah ... sesuatu yang melingkari pergelangan gue saat ini menahan pergerakannya? Apakah ini gara-gara gelang hitam pemberian Mery?

"Mati!"

Jin itu melompat dan memukul gue! Pipi kiri gue terkena sedikit kukunya dan membuat ada darah keluar dari sana.

"Mati!" katanya lagi, sambil menendang kepala gue.

Untungnya, hanya tangan gue yang gak bisa gue kendaliin, jadinya gue masih bisa menghindar.

"Mati!" katanya sekali lagi, sambil mencoba menggigit leher gue.

Kali ini pedang gue membentur giginya. Kami masih saling kirim serangan. Beberapa bagian di seluruh tubuh gue terasa sakit karena pukulannya yang gak bisa gue hindari. Dia juga masih belum kelihatan capek. Benar-benar tenaga ikan gabus! Setelah keadaan warung dan semua orang di sana cukup aman, Sulay berlari cepat ke arah kami.

Sulay meninju kepala jin itu dengan sangat keras! Banyak sisiknya yang berjatuhan, membuat kulit kepalanya terlihat. Jin itu berteriak kesakitan sambil memegangi dahinya. Sulay melompat dan kembali menghantam kepalanya!

Pukulan Sulay kali ini membuat kepalanya licin tanpa sisik. Dia terjatuh ke tanah dan berguling-guling kesakitan. Tiba-tiba, tangan gue bergerak sendiri dan menebas Sulay! Kacau! Sulay menahan gelombang api dari pedang gue dengan tangan kanannya.

"Apa-apan lo, Do!?"

"Mohon maaf, Pak! Gerak sendiri!"

Berulang kali gue menebas Sulay, yang untungnya selalu bisa dia tahan atau hindari.

"Gila lo! Gak ada cara lain lagi, gue harus mencabut ilmu hitam lo dulu, Do!"

"Lakuin aja, Pak! Yang penting gue bisa gerak lagi!"

Sulay menyepak kaki gue hingga gue terjatuh ke tanah! Dia mencengkeram tangan kanan gue, dan asap hitam itu tersedot masuk ke tangannya. Gue merasa kesakitan dan mulai capek sendiri. Butuh waktu beberapa saat hingga seluruh asap hitam itu tersedot habis. Indikasinya adalah perubahan warna pedang gue, dari hitam kembali menjadi perak.

Setelah selesai, gue merasa capek dan amarah gue jauh berkurang. Namun, hal terpenting berupa tangan gue gerak sendiri belum bisa diatasi! Iya juga! Itu, kan karena asap merah Dea! Kenapa asap hitam Torgol yang disedot!? Sulay memegangi tangan kanannya. Asap hitam beterbangan di sana. Kami berdua sama-sama terduduk di tanah. Dan, jin seperti ikan gabus itu hilang tanpa ada yang sadar.

"Pak! Jinnya hilang, Pak!"

Sulay yang tampak kesakitan langsung berdiri dan mencari jin itu.

"Do! Biasanya ikan gabus ke mana waktu air sungai kering?"

"Biasanya dia tetap di lumpurnya, Pak."

Sulay memukul lumpur di tepi sungai dengan asap hitam dari tangannya. Sebuah suara gemuruh terdengar dari dalam sungai. Lumpur-lumpur di bawah bergejolak hebat. Lalu, diiringi suara ledakan jin itu melompat keluar. Gue menebasnya dan berhasil membakar lengan kanannya. Walau teriak kesakitan, tapi dia langsung berusaha menerkam Sulay.

Sulay menahan gigitannya secara langsung dengan tangan kanannya. Ada percikan api dan segumpal asap hitam keluar dari sana. Sulay menendang perut jin itu hingga terpental ke pohon. Gue dan Sulay berdiri bersebelahan di depannya yang tertunduk.

"Di mana Naya!?" tanya gue.

Dia menatap gue, tersenyum sambil menunjukkan gigi-giginya.

"Jawab!" teriak Sulay.

"Mati!" sahutnya.

Gue menebas dan memotong tangan kanannya. Dia teriak kesakitan.

"Kenapa lo menangkap Naya!? Jawab atau gue cincang lo!"

Dia memegangi bahunya yang bercucuran darah sambil meringis. Setelah meringis kesakitan, dia tertawa. Tawanya benar-benar gak enak didengar. Dia berdiri dengan susah payah sambil berpegangan di pohon. Dia masih tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Ma ... ti!" sahutnya sekali lagi.

Tangan gue langsung bergerak menebasnya yang entah kenapa ditahan oleh Sulay.

"Tunggu, Do!"

Sepasang tangan berkuku panjang keluar dari pohon dan memegangi jin itu. Dia kaget dan berusaha melepaskan diri. Hantu cewek berbaju putih penunggu pohon keluar, dan kali ini wajahnya kelihatan! Gak seperti yang gue kira, ternyata wajahnya cewek banget! Gak ada hantu-hantunya sama sekali. Bola matanya berwarna hijau, bibirnya kecil dan alisnya tipis.

Sulay mendekati jin ikan gabus itu. Dia menyodorkan tangan kanannya sendiri ke mulut jin itu, dan tentu aja dia langsung menggigitnya. Gumpalan asap hitam keluar dari tangan Sulay dan masuk ke dalam mulut jin itu.

"Lihat ini, Mardo."

Terdengar suara Torgol yang sudah lama gak gue dengar! Sulay mundur ke belakang gue. Tangan kanan gue bergerak sendiri membuat posisi berlindung dengan pedang, dan secara mengerikan jin itu meledak! Itu dia! Itu pasti ulah Torgol!

Torgol berdiri membelakangi kami dengan keren banget! Hasil ledakan dari jin itu meninggalkan cairan-cairan bau ke segala arah, termasuk ke pedang gue. Dia berpaling, dan dengan bibir paruh ayamnya itu, gue melihat dia tersenyum menatap gue. Dia melompat dan berubah menjadi asap hitam lagi.

Dia terbang dengan cepat, memadamkan semua api yang masih berkobar. Hantu cewek penunggu pohon terbang ke atas sungai yang kering lalu berubah menjadi asap hijau! Gue baru pertama kali lihat ada asap warna hijau.

Asap hijau itu melebar ke seluruh permukaan sungai dan benar-benar keajaiban alam, airnya kembali pasang! Sungainya gak kering lagi! Bahkan airnya jadi lebih jernih. Kedua asap itu lalu kembali ke wujudnya dan berdiri di depan gue.

"Mardo," kata Torgol.

"Terima kasih, Mardo," kata cewek itu.

Sulay membersihkan bajunya yang kotor, lalu menepuk bahu gue.

"Misi selesai. Lo gue traktir kopi di tempat Mery."

"Tunggu, tunggu! Selesai apaan!? Terima kasih apaan!? Naya belum kembali, woy!"

Hantu cewek itu memanjangkan tangannya ke arah pohon, dan seorang cewek berbaju kuning, berambut cokelat pendek dengan mata tertutup keluar dari sana! Torgol berubah menjadi asap lagi ke arah kursi yang masih ada di air. Dia mengangkat kursi itu, menaruhnya di tempat semula.

Naya yang dipegangi oleh tangan panjang hantu pohon dituntun buat kembali duduk di kursi. Gue gak bisa gerak, tangan gue gemetaran, dan ... gue nangis waktu melihatnya lagi. Serius. Gue menyarungi pedang dan duduk di samping Naya. Hantu pohon, Torgol dan Sulay meninggalkan kami berdua. Mereka berjalan ke warung, dan semua orang di sana pingsan seketika.

Naya masih memejamkan matanya. Dia kayak lagi ketiduran. Gue memandanginya dengan air mata di pipi. Selama gue pacaran dengannya, gue gak pernah sesenang ini melihatnya lagi. Walau ... kalau diingat lagi, sekarang dia emang bukan pacar gue lagi.

"Nay," panggil gue pelan.

Kelopak matanya berdenyut sebelum dia membukanya. Dia menoleh ke arah gue perlahan.

"Mardo? Cepat banget kamu ke sini."

Gue diam aja sambil tersenyum bahagia melihatnya baik-baik aja.

"Kamu ... kenapa kotor gini? Pipi kamu luka lagi!"

"Biasa. Mancing.”

1
Affan Ghaffar Ahmad
gass lanjut bang
Riva Armis: Tengkyu support nya Bang
total 1 replies
Ryoma Echizen
Gak kebayang gimana lanjutannya!
Riva Armis: tengkyu udah mampir ya
total 1 replies
art_zahi
Gak sabar pengin baca kelanjutan karya mu, thor!
Riva Armis: tengkyu udah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!