Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3 : Gigitan di Malam Jum'at Kliwon
Hujan mulai mengecil menjadi gerimis. Soraya keluar apartemen untuk membeli sesuatu ke supermarket. Ini diketahui oleh Justin, yang melihatnya lewat kamera CCTV apartemen. Salurannya bisa sampai ke rumah Justin setelah dipasangkan kabel oleh anak buah gengnya.
"Saatnya langsung saja. Karena ini cara yang paling mudah agar dia tidak direbut oleh pria lain. Apalagi oleh si besar sainganku," gumam Justin melihat layar monitor CCTV itu.
Justin menjatuhkan batang rokoknya ke lantai, lalu menginjaknya untuk mematikan rokok itu. Kemudian mulai beraksi. Tapi, tentunya ia harus ekstra berhati-hati agar tidak di curigai orang lain. Apalagi oleh Soraya sendiri.
Supir pribadi mengikuti Soraya diam-diam. Kebetulan jarak apartemen ke supermarket masih cukup jauh bagi Soraya untuk jalan kaki. Justin meminta supirnya menunggu di mobil. Dengan gagah, ia mempersiapkan dirinya, dan keluar mobil. Kemudian mengendap-endap mengikuti gadis berjilbab itu.
Ketika sampai di dekat gang buntu yang kosong, yang jadi penghalang antara sebuah toko baju dengan kafe, mulailah Justin beraksi. Dari belakang, ia mencekram bibir Soraya dengan tangan kanannya. Lalu memaksa gadis itu untuk ikut.
Sampai masuk ke gang buntu tersebut, Justin tersenyum jahat dan menggoda Soraya dengan mengelus dagu gadis itu memakai kuku telunjuk tangan kanannya yang panjang dan runcing.
"Ssh! Tenang, Sayang! Aku tak akan memperkosamu. Bukan itu yang ku minta."
Soraya masih berusaha memberontak melepaskan diri. Tapi cekraman Justin terlalu kuat, sehingga membuatnya semakin sulit untuk meloloskan diri. Sementara Justin semakin menggodanya dengan senyuman yang jahat dan merayu licik.
"Ssh! Aku bilang diam, Sayang! Aku sudah bilang, aku di sini bukan untuk memperlakukan yang menjijikkan padamu," ucapnya dengan nada merayu.
Justin memeluknya erat dari belakang. Dan membuka sedikit jilbab Soraya bagian lehernya. Ia membuka leher di bagian kanannya.
"Ini kebetulan, Cintaku! Bersiaplah!" seru Justin bersemangat. 4 gigi taring di mulutnya sudah ia persiapkan. Dijilat, dan mendekatkan wajahnya ke leher kanan Soraya perlahan-lahan.
"Jangan! Tolong jangan..." Soraya memohon. Ia mulai menangis.
Tapi semua sudah terlambat. Taring-taringnya Justin sudah tertancap di leher gadis itu. Terasa cairan merah segar mengalir. Tidak hanya itu. Kulit lehernya terasa tersobek hebat. Terkoyak-koyak yang luar biasa.
"AAAKH!!!" jerit Soraya dengan lantang.
Justin perlahan melepaskan gigitannya di leher Soraya. Gadis itu mengusap lehernya sedikit, dan darah merah segar pun terlihat di 3 jari tangan kanannya.
"Ya Allah! Darah?!" ucapnya kaget tak percaya. Rasa nyeri dan lemas mulai ia rasakan puncaknya sekarang.
Kagetnya lagi ketika melihat Justin. Telinganya runcing di atas kepalanya, kuku-kukunya panjang runcing, bertaring 4, berekor dari duburnya.
"Punya ekor? 4 taring? Kupingmu di atas kepala seperti spesies hewan anjing? Serigala putih? Jadi kamu..." timbul pertanyaan bertubi-tubi dari mulut Soraya, ketika melihat Justin yang sudah bertransformasi. Berubah sebagian wujud manusianya. Bukan manusia biasa.
Dengan senyuman puas, Justin menjawab, "Sejuta pertanyaan darimu tentang aku, itu mudah ku jawab. Ya, aku manusia serigala. Lebih tepatnya, kau bisa juga menyebutku siluman."
"Ti...tidak mungkin. Mustahil! Itu cuman legenda. Cerita biasa. Kau tidak mungkin ada."
"Kalau tidak mungkin ada, bagaimana manusia biasa lainnya sepertimu bisa melihatku dalam wujud manusia seutuhnya? Kalau aku makhluk halus, bahkan mungkin supir pribadiku, asisten, dan anak-anak buah gengku lainnya, tak akan tahu siapa aku ini sebenarnya. Bahkan, Boss barumu sendiri tak akan tahu."
"Boss? Tuan Hugh juga tahu?"
Untuk pertanyaan ini, Justin menjawab hanya dengan anggukkan.
Soraya merasa otaknya berhenti berfungsi. Pikirannya seolah-olah pergi begitu saja. Hingga ia semakin lemah karena kehabisan darah. Tepat ketika itulah, tubuhnya mulai perlahan kehilangan keseimbangan untuk berdiri, dan akhirnya jatuh pingsan tak sadarkan diri.
Dengan cepat Justin menangkap tubuh gadis itu, dan memeluknya erat. Wajahnya memancarkan senyum kemenangan. Bisa juga dengan cepat memenangkan hati gadis yang ia incar, meskipun masih baru dilihatnya. Tapi, inilah waktu yang tepat untuk langsung ia nikahi.
"Saatnya, kau jadi milikku, Sayang! Berpihaklah padaku, kandunglah benih di rahimmu nanti, dan keluarkan tenagamu untuk lahirkan anakku. Anak buah hati kita, Sayang," ucapnya amat menggoda, mengelus darah pada leher Soraya yang masih meneteskan darah.
"Jika aku vampir, darahmu ingin ku hisap sepuasnya. Tapi gigitan serigalaku sudah cukup, mendapatkan hatimu lebih dulu," tambahnya. Kemudian berdiri dan membawanya ke mobil.
Begitu sudah masuk mobil, Justin segera menyuruh supirnya pulang secepat mungkin sebelum Soraya kehilangan banyak darah.