Kisah dua legenda hidup yang merubah dunia dan menjadikannya tempat abadi untuk semua orang tersenyum. Dunia yang diberikan keabadian atas selesainya semua persoalan-persoalannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juan Aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbaring menatap langit
Sama saja!. Walau tidak seindah duniaku dulu tapi sedikit saja untuk aku mengingatnya kembali masa-masa itu.
Cek kesehatan dan perlombaan dengan beberapa peserta yang ingin di ikut sertakan bisa menghadiri, yang ada di benakku adalah untuk apa itu semua lebih sehat kalau awan yang kutatap di dunia ini seperti di duniaku dulu. Di sini terlalu banyak polusi antara yang mereka sebut teknologi yang dulunya kusebut alat peradaban awal yang mereka sebut kendaraan ber-energi yang kusebut dulu kuda pelari. Terpikir olehku apa di sini tidak bisa berjalan benua antar benua, samudra antar samudra dengan berjalan kaki ya. Meskipun tidak ada sihir di sini?. Petualang di duniaku dulu terbiasa melakukannya terkadang ada yang memberi beberapa yang lain tumpangan untuk perjalanan panjang sangat-sangat panjang seperti menghabiskan waktu seumur hidup mereka itu. Kupikir jika dilakukan di sini bayangan nya adalah aku pergi saat umur 18 tahun pulang sudah umur 50 tahun.
Saat mereka sesudah cek kesehatan dan memulai pendaftaran para peserta aku berjalan-jalan seakan ingin tahu akan hal itu jadi aku menghadirinya dan bertanya antara ini dan itu walaupun aku juga tidak akan ikut meskipun di minta. Aku akhirnya memandanginya saja dari kejauhan melihat orang-orang berlarian, beberapa berpikir keras, beberapa lainnya bersorak, aku terkadang mengucap "hoo" begitulah kesan pertamaku walau melihat pertempuran antara master dengan master lain lebih menyenangkan untuk di lihat namun di dunia ini begini saja juga dapat menghibur.
Beberapa hari setelah semua kegiatan di antara kegiatan itu selesai aku membantu untuk bersih-bersih dan berkeliling melihat lihat terpikir jika aku beruntung dapat tempat dengan sinar matahari yang cukup dan alas rumput yang lembut untuk terbaring dan ternyata di sini isinya batu semua tidakkah mereka menyisakan sebagian kecil dari tempat ini menjadi bagian seperti alam itu sendiri saja.
Sangat mengecewakan pikirku.
Hari-hariku dilanjutkan dengan hanya belajar, tidur di kelas, terkadang berjalan-jalan atau membeli beberapa minuman saja tidak ada yang lain karena jadwal, dan yang mereka sebut sebagai "Acara" itu tidak berlangsung setiap hari ternyata hanya saat-saat tertentu saja sebagai yang mereka katakan seperti
"Perayaan, kurasa."
Membosankan sekali kupikir aku tidak cocok untuk hal seperti ini tidak bisakah kita membunuh seekor naga saja atau me-Revolusi kerajaan-kerajaan biadab itu?!.
Kupikir menyirami tanaman atau memancing ikan di sungai lebih menyenangkan daripada kegiatan di dunia ini sekarang, beberapa hal dan sedikit hal terasa sama namun terasa berbeda jika dilakukan mungkin karena perbedaan karakter dunia itu sendiri jadi terasa seperti ingatan yang bercabang dengan suasana aneh terasa ragu dan dingin.
Setelahnya apakah cuma di kelas, kelas dan kelas saja tentang ini semua pagi sampai siang, dan siang sampai sore malamnya pun belajar lagi terus tidur. Saat-saat yang mereka sebut sebagai hari libur itu aku tidak perlu datang ke kelas atau menghadirinya, jadi ada yang lain juga selain kelas.
Aku mencoba menaiki sesuatu yang mereka sebut sebagai "Sepeda" itu untuk berkeliling dan kembali pulang kerumah setelahnya.
Yah dataran luas di desa
kebun-kebun, tanaman, dan persawahan.
Ya tidak ada naga kau tahu, sedikit mengecewakan. Aku bermain-main di desa itu dengan orang-orang di sana berbincang beberapa hal, saat hari mulai gelap lalu pulang dan istirahat di rumah.