Di tengah hujan deras yang mengguyur jalanan kota, Kinanti menemukan seorang anak kecil yang tersesat. Dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan, anak itu tampak sangat membutuhkan bantuan. Tak lama kemudian, ayah dari anak itu muncul dan berterima kasih atas pertolongan yang ia berikan.
Meskipun pertemuan itu sederhana, tidak ada yang tahu bahwa itu adalah awal dari sebuah kisah yang akan mengubah hidup mereka berdua. Sebuah pertemuan yang membawa cinta dan harapan baru, yang muncul di tengah kesulitan yang mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rhtlun_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Setelah puas mengelilingi kebun binatang, Kenzo masih tampak penuh semangat. "Daddy, Kak Kinanti, kita ke taman dekat sini, yuk!" Ajak Kenzo sambil menarik tangan Kinanti.
Julian yang melihat semangat anaknya hanya tersenyum. "Baiklah, kalau Kenzo masih punya tenaga, kita ke taman dulu." Katanya sambil menggandeng tangan kecil Kenzo.
Mereka bertiga berjalan santai menuju taman yang tak jauh dari kebun binatang. Suasana taman yang sejuk dan hijau membuat mereka merasa lebih rileks. Setelah menemukan bangku kosong di bawah pohon rindang, mereka duduk bersama. Kenzo memandang sekeliling, matanya berbinar ketika melihat seseorang menjual es krim tak jauh dari tempat mereka duduk.
"Daddy, aku mau es krim!" Seru Kenzo dengan wajah penuh harap.
Julian mengangguk sambil tersenyum. "Baiklah, tunggu di sini ya. Daddy belikan es krim."
Setelah beberapa menit, Julian kembali dengan tiga es krim di tangannya. "Ini es krimnya." Kata Julian sambil menyerahkan satu es krim kepada Kenzo dan satu lagi kepada Kinanti.
"Terima kasih, Tuan Julian." Ujar Kinanti sopan sambil menerima es krimnya.
Mereka bertiga menikmati es krim dengan santai. Angin sepoi-sepoi membuat suasana semakin menyenangkan. Namun, Kenzo yang tak bisa diam mulai menunjukkan tingkah jahilnya.
Ia menatap es krim di tangannya, lalu melirik Kinanti dengan senyum nakal. Tanpa diduga, Kenzo mencolek pipi Kinanti dengan es krim yang sedang ia makan.
"Kak Kinanti kena!" Seru Kenzo sambil tertawa.
Kinanti terkejut, lalu ikut tertawa melihat tingkah jahil Kenzo. "Kenzo, nakal sekali kamu." Ujarnya sambil mengusap pipinya yang terkena es krim.
Julian yang menyaksikan kejadian itu tertawa lepas. "Kenzo jangan nakal seperti itu sayang." Katanya sambil mengusap kepala Kenzo dengan sayang.
Suasana di taman menjadi lebih hangat dengan gelak tawa mereka. Beberapa orang di sekitar taman memandang ke arah mereka, senyum simpul tampak di wajah mereka. Mereka melihat Julian, Kinanti, dan Kenzo sebagai sebuah keluarga yang bahagia, saling menyayangi dan penuh canda tawa.
Kenzo melanjutkan makan es krimnya dengan wajah ceria, sesekali melirik Kinanti dengan tatapan jahil, seolah mencari kesempatan untuk mengerjai lagi. Kinanti hanya bisa tersenyum sambil mengawasi tingkah laku Kenzo.
"Apakah es krimnya enak, Kak Kinanti?" Tanya Kenzo sambil mengunyah es krimnya.
"Enak, Kenzo. Kamu suka?" Tanya Kinanti kembali.
Kenzo mengangguk antusias. "Suka! Apalagi makan es krim bersama Kak Kinanti dan Daddy."
Mendengar itu, Julian tersenyum. Ia merasa puas melihat Kenzo begitu bahagia. "Senang rasanya bisa menghabiskan waktu seperti ini." Pikir Julian dalam hati.
Setelah menghabiskan es krim, mereka duduk sejenak menikmati suasana taman yang tenang. Angin sepoi-sepoi meniup lembut, membuat suasana semakin nyaman. Julian menatap Kenzo yang duduk di antara dirinya dan Kinanti, lalu menoleh ke arah Kinanti.
"Kinanti, terima kasih sudah menemani Kenzo. Dia terlihat sangat senang." Ujar Julian dengan nada tulus.
Kinanti tersenyum lembut. "Saya senang bisa membuat Kenzo bahagia, Tuan Julian. Dia anak yang baik dan ceria."
Julian mengangguk. "Dia memang anak yang istimewa. Kehadiranmu membuatnya lebih ceria. Saya sangat menghargai itu."
Mereka bertiga duduk di taman hingga sore hari, menikmati momen kebersamaan yang langka. Meski tanpa sadar, mereka telah menarik perhatian orang-orang di sekitar taman yang melihat keakraban mereka. Seolah-olah mereka adalah sebuah keluarga yang sempurna, saling menyayangi dan berbagi kebahagiaan bersama.
Setelah menghabiskan waktu yang menyenangkan di taman, tak terasa waktu sudah beranjak sore. Julian melirik jam tangannya dan tersenyum kepada Kenzo dan Kinanti.
"Sudah sore, sebaiknya kita pulang sekarang." Ucapnya dengan lembut.
Kenzo yang masih tampak ceria mengangguk. "Baik, Daddy. Tapi aku senang sekali hari ini." Katanya sambil menggenggam tangan Julian dan Kinanti.
Mereka bertiga pun berjalan menuju mobil yang terparkir tak jauh dari taman. Perjalanan pulang diisi dengan percakapan ringan antara Julian dan Kenzo, sesekali Kinanti ikut menimpali dengan senyuman hangat. Kenzo menceritakan kembali keseruan yang ia rasakan di kebun binatang dan taman, membuat suasana di dalam mobil penuh dengan tawa.
Setelah beberapa saat, mereka akhirnya tiba di rumah. Bi Inah yang sedang berada di ruang tamu menyambut mereka dengan senyum ramah.
"Selamat datang, Tuan Muda Kenzo. Bagaimana jalan-jalannya?" Tanyanya dengan suara lembut.
Kenzo langsung berlari kecil mendekati Bi Inah. "Seru sekali, Bi! Aku melihat banyak binatang dan main di taman juga!" Ceritanya dengan antusias.
Bi Inah tertawa kecil. "Wah, pasti menyenangkan sekali. Kalau begitu, Tuan Muda pasti lapar ya?"
Kinanti yang baru saja melepas sepatunya tersenyum dan menanggapi, "Benar, Bi. Kenzo pasti lapar setelah seharian di luar."
Bi Inah mengangguk. "Saya sudah menyiapkan makanan untuk kalian. Silakan cuci tangan dulu, nanti saya sajikan di meja makan."
Julian mengucapkan terima kasih kepada Bi Inah. "Terima kasih, Bi Inah. Kami akan segera cuci tangan." Ujarnya sambil menggandeng Kenzo menuju kamar mandi.
Setelah mencuci tangan, mereka bertiga menuju ruang makan. Aroma masakan yang lezat tercium dari dapur, membuat perut mereka semakin lapar.
Bi Inah telah menyiapkan hidangan sederhana namun menggugah selera. Ada nasi hangat, ayam goreng, dan sayur-sayuran yang tampak menggoda.
Mereka duduk di meja makan dan mulai menikmati hidangan. Kenzo tampak lahap menyantap makanannya, sementara Julian dan Kinanti makan dengan tenang. Suasana makan malam terasa hangat dan nyaman, seperti sebuah keluarga yang berkumpul setelah seharian beraktivitas.
Bi Inah memperhatikan dari dapur dengan senyum puas. Ia merasa senang melihat keakraban yang terjalin antara Julian, Kenzo, dan Kinanti. Meskipun Kinanti bukan bagian dari keluarga secara resmi, namun kehadirannya telah membawa kebahagiaan tersendiri di rumah itu.
Setelah selesai makan, Kenzo mengusap perutnya dengan puas. "Kenyang sekali. Terima kasih, Bi Inah, makanannya enak sekali." Katanya dengan senyum ceria.
Bi Inah membalas dengan senyum hangat. "Sama-sama, Tuan Muda. Senang sekali melihat Tuan Muda kenyang dan bahagia."
Julian menatap Kinanti yang duduk di sebelahnya. "Kinanti, terima kasih untuk hari ini. Kenzo sangat senang, dan saya juga merasa tenang bisa menghabiskan waktu bersama."
Kinanti tersipu dan menjawab dengan lembut, "Sama-sama, Tuan Julian. Saya juga senang bisa menemani Kenzo. Dia anak yang sangat menyenangkan."
Setelah makan malam, Kinanti membantu Bi Inah merapikan meja makan, sementara Julian membawa Kenzo ke kamar untuk bersiap tidur. Di dalam kamar, Kenzo bercerita lagi tentang keseruannya di kebun binatang dan taman, membuat Julian tersenyum mendengarkan celoteh putranya.
Ketika Kenzo akhirnya tertidur, Julian kembali ke ruang tamu dan mendapati Kinanti sedang berbincang ringan dengan Bi Inah. Ia mendekati mereka dan duduk di sofa. "Hari ini benar-benar menyenangkan. Sekali lagi terima kasih, Kinanti." Ujarnya dengan tulus.
Kinanti menoleh dan tersenyum. "Saya juga berterima kasih, Tuan Julian, karena sudah mengajak saya dan Kenzo jalan-jalan. Itu pengalaman yang menyenangkan."
Malam itu, suasana di rumah terasa damai. Julian merasa bersyukur memiliki Kinanti yang begitu perhatian terhadap Kenzo. Ia merasa bahwa Kinanti telah menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka, membawa keceriaan dan kedamaian yang selama ini mungkin kurang dirasakan.
Dalam hati, Julian berharap momen-momen seperti ini bisa terus terulang, mengisi hari-hari mereka dengan kebahagiaan sederhana namun berarti.