Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .
Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.
Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu?
"Lo mau sekolah apa mau main ponsel mulu?!"
Wihh kakakku masih kesel nih gegara kemarin aku patahin mic punya dia.
Lah si Chandra mah gak tau, padahal aku dari tadi tuh pegang ponsel buat scroll-scroll harga mic di online shop. Aku mau gantiin mic dia tauk. Lihatkan, tanggung jawab banget kan aku.
"Udah sampek nih, lo mau turun apa masih mau main ponsel terus ha?"
"Santai elah." Aku mengantongi ponselku kemudian turun dari mobil.
"Salim!" suruh Chandra.
"Iye-iye sabar..."
Aku salim sama Chandra. "Inget besok pulang sekolah langsung cus ke Solo nyusulin mama." ucapku sambil menggerutu.
"Iya iya tauk, gue gak pikun kali."
"Hilih, awas aja kalo gak jadi!"
Chandra hanya memutar kedua bola matanya dengan malas.
"Assalamualaikum, aku berangkat."
"Waalaikumsalam, iya hati-hati. Sekolah yang bener, awas aja kalo berantem lagi, gue masukin ke turnamen tinju lu!"
Aku pun hanya mendengus sebal.
Jevin datang, seperti biasa dia ngucapin salam dulu pada semua anak di kelas. Dann kebiasaan baru dia sekarang, yaitu main tiba-tiba peluk-peluk aku woii.
"Je, lepas." ucapku risih.
Sumpah aku khawatir banget kalo nanti ada yang tau tentang hubunganku sama dia. Plis ya cukup Refran aja, yang lain jangan.
Jevin melepaskan pelukannya, kemudian beralih duduk di bangkunya.
Aku lihat kissmark di lehernya udah mulai memudar. Tapi asal kamu tau ya Je, rasa sakit hatiku sejak kemarin masih sama, gak bisa memudar kayak bekas itu.
"...Sumpah. Kamu cuma salah sangka, ini gak tau tadi digigit hewan apa."~ kata Jevin (yang paling benar).
Aku langsung menghela nafas panjang sembari geleng-geleng kepala.
"Kamu kenapa yang?" tanya Jevin yang tiba memergokiku.
"Enggak papa kok Je."
Jevin manggut-manggut. "Oiya yang, gimana kalo besok kita malem mingguan?"
Malem mingguan? Maksudnya kencan gitu ya? What???
"Kok bengong? Gimana mau nggak yang?" tanya Jevin yang seketika membuyarkan lamunanku.
"Sorry yang, aku besok sore mau nyusulin Mama ke Solo." ucapku.
"Yaudah gakpapa kok, lain kali aja yang."
"Maap ya Je."
"Iyaa santai aja yang."
Aku melihat ada semburat raut kekecewaan di wajahnya Jevin.
Aku gak peduli, lebih kecewaan mana? Dia yang gak jadi malam mingguan apa aku yang ngeliat tanda cupang?
.
.
.
.
.
Chandra's POV
"Bu Joy bangun bu..." Gue mencoba ngebangunin bu Joy yang terlentang di kursi.
"Chan, minta tolong urus dia ya. Gue mau anterin si Bimo sama Cio pulang." ucap Samuel sembari membopong dua anak itu keluar dari hotel.
"Lah kok gue sih? Yang lain aja dong."
"Alah yang lain juga pada mabok!" seru Samuel yang udah sangat jauh.
Aduh sialan, bu Joy pakek tepar lagi gara-gara kebanyakan minum pas acara tadi. Mana gue lagi yang disuruh bos buat urus dia.
Jadi gini ya, kebetulan tadi tuh Samuel ngadain acara makan-makan bersama buat ngerayain pemecahan rekor penjualan terbanyak perusahaan.
Kita semua pada minum-minum juga biar acaranya lebih meriah, karena kalo gak mabok rasanya ada yang kurang guys.
Gue mengamati sekitar.
Udah sepi bet, tinggal gue sama bu Joy yang udah gak sadarkan diri. Anak-anak udah pada balik, pada gak setia kawan semua anjir.
Huhh mending tadi gue yang nganter Bimo sama Cio aja biar si Joy sama Samuel.
Gue tuh gak enak sama cewek. Sungkan.
"Bu... Bu Joy ayo pulang." Eett ngapain gue pakek Ba Bu Ba Bu, secara kan sekarang udah bukan jam kantor.
Gue mendekat ke arah Joy, kemudian memposisikan badannya ke punggung gue. "Kita pulang ya Joy." ucap gue sembari menaikkannya ke punggung.
Ini kali keduanya gue nganterin nih cewek pulang kerumahnya, yang pertama karena kakinya cidera kemarin dan sekarang karena tepar.
"Aku gak mau pulang...." lirih bu Joy dengan mata tertutupnya.
Seketika gue menganga dong. Lha kalo gak mau pulang terus gimana njir? Taruh di jalan aja biar dipungut orang, iya?
"Kenapa gak mau pulang? Lo mabok banget nih, istirahat dirumah lo aja ya?"
Joy menggeleng. "Gue gak mau mama gue lihat gue mabok kek gini..."
Gue menghela napas panjang. Wassalam...
"Yaudah deh istirahat di mobil gue aja, kalo udah seger gue anterin pulang." ucap gue.
Joy lalu mengangguk.
Sekarang di sinilah gue, terjebak di dalam mobil di tengah hari demi nungguin orang kelar maboknya.
Anjir lama bet, udah 2 jam ada di dalam mobil terus. Jenuh bet.
Gue lihat Joy yang ada di kursi belakang.
Joy masih merem, dia gak berdaya sama sekali. Mau diapa-apain pun juga gak bakalan berontak dia.
Eits apaan sih gue? Gue udah punya Silvy gilak! Astagfirullah....
Wajah Joy terlihat merah banget. Dia bener-bener sangat mabok.
Oiya gue lupa!
Gue beranjak dari duduk gue kemudian ngelonggarin ikat pinggang yang cewek itu kenakan. Biar dia gak kepanasan.
Netijen jangan nethink please...
Emm btw kancing kemeja bagian atasnya dibuka sekalian gak ya?
Yaudah deh gue buka sekalian aja.
"Eeeuunggghhh..."
Joy melenguh, sesegera mungkin gue kembali ke posisi awal gue. Pura-pura gak abis ngapa-ngapain.
Gue gak enak aja njir.
Joy molet sebentar dan karena moletnya heboh banget alhasil pakaiannya langsung berantakan. Belahan dadanya terekspos begitu aja karena tadi 2 kancing kemejanya barusan gue lepas.
Fuck, cobaan apalagi ini guys?
Gue harus segera mencari solusi. Gue gak mau nambahin dosa gue.
Gue langsung melepaskan jas yang gue kenakan kemudian menyelimutkannya pada tubuh Joy.
"Yaallah maafkan hamba-Mu ini..."
.
.
.
.
.
.
.
.
Gaby's POV
Sekarang udah jam pulang sekolah. Aku gak langsung pulang kerumah, aku diminta Jevin buat nemenin dia latihan basket sebentar sama anak-anak. Katanya bentar lagi ada pertandingan basket antar kelas.
Yaudahlah dengan berat hati aku temenin.
"Lo belum pulang By?" tanya Juno.
"Dia pulangnya bareng gue." jawab Jevin sambil merangkulku, seketika aku langsung tepis tangan dia donggggg.
"Kamu kenapa sih kok ngambek terus? Masih soal kemarin ya? Kan aku udah bil—"
"Je stop! Kamu mau aku temenin latihan basket apa gak? Kalo iya yaudah diem, fokus aja ke basket. Kalo kamu berisik terus mending aku pulang duluan."
Situasi seketika canggung.
Aku lupa banget njir ternyata anak-anak udah pada ada disini. Mereka kini pada bengong ngeliatin aku yang sedang bersitegang sama Jevin.
Anjirrr tamatlah riwayatku.
"Eh guys ayo langsung latihan aja, udah mendung nih." Refran akhirnya menyelamatkan nasibku.
Aku yang masih gemeteran lalu mendudukkan diri di kursi yang ada di sudut lapangan. Aku lihat anak-anak latihan dari sini.
Saat tengah menikmati sesi latihan, aku tiba-tiba keinget sesuatu. 'Oiya gue belum ngabarin kakak gue'
...Kakak Lucknut...
^^^Kak, aku pulang telat^^^
Oke
^^^Jangan mar-^^^
"Hei Gaby!"
Aku terlonjak kaget. Tiba-tiba ada yang ngegantungin lengannya ke tengkukku.
Aku auto menoleh ke arah kiri.
Aku mendapati cowok yang lagi tersenyum lebar hingga terbentuk jelas lesung di kedua pipinya.
"Ini kan cowok yang waktu itu." batinku, dalam hati.
"Kok lo belum pulang, lagi nungguin gue ya?" ucapnya. Seketika dahiku berkerut.
Apaan sih gr banget.
"Gaby ayo pulang." ajak Jevin yang tiba-tiba udah berdiri di sebelah kananku.
Aku langsung ngelepas rangkulan lengan Jeffy ini lalu berdiri.
"Emang udah selesai?" tanyaku pada Jevin.
Jevin mengangguk sekilas. Dia lalu berjalan cepat ke arah parkiran tanpa ngucapin sepatah kata apapun. Alhasil aku harus lari dong buat nyamain langkah dia.
"Dia sebenernya kenapa sih???"
"Woyy Gaby! Nomer wa lo berapa!!" teriak Jeffry yang berada jauh dibelakang.
...***...
Motor Jevin udah sampek di depan gerbang rumahku. Aku lalu turun.
Si Jevin juga ikut turun dari motornya. Sekarang dia udah ngelepas helm nya itu.
Mau mampir lagi ke rumahku ya?
"Yang aku mau ngomong." ucap Jevin yang tiba-tiba ngeraih tangan kananku.
"Ngomong apa yang?"
"Tolong kamu jangan ngeladenin cowok lain selain aku ya."
Aku auto menatap Jevin dengan heran. Kenapa dia tiba-tiba ngomong kayak gitu. Gara-gara Jeffry tadi ya?
"Tolong ya yang. Aku cemburu." ucap Jevin.
'Andai lo tau Je, aku juga cemburu anjir atas apa yang terjadi pada leher lo itu. Cewek mana yang udah ngelakuin itu ke lo?! Ngaku gak lo!!!
Hmm enak kali ya lo nyuruh-nyuruh gue buat gak ngeladenin cowok lain sedangkan elo... '
Aaahhh... Dahlah aku gak mau mendebat dia seperti itu.
Aku akhirnya hanya mengangguk menanggapi ucapan Jevin tadi.
"Aku pamit dulu yang." ucap Jevin sembari memelukku sebentar.
"Iya hati-hati."
Selepas Jevin pulang, aku lalu melangkahkan kaki memasuki gerbang rumah.
Eh ternyata kakakku udah pulang. Mobilnya udah ada dihalaman.
"Kakak, aku pulang!" teriakku dari ambang pintu depan.
Gak ada jawaban. Ah mungkin dia ada di kamar. Langsung aja deh aku lari ke kamar dia.
Aku buka pintu kamarnya.
Ceklek
Aku mendapati sosok Chandra sedang sibuk. Gak jelas sih dia lagi sibuk ngapain. Posisinya dia lagi memunggungiku soalnya.
Aku lantas mencoba mendekat biar jelas.
"Wihhh baru nih kak!" seruku.
Chandra pun mengangguk mengangguk.
"Berapa harga?"
"Mahal."
Chandra lalu mencet-mencet tombol warna-warni dihadapannya. Tangannya sesekali menyentuh piringan hitam yang berputar disana. Seketika aku pengen ikut-ikutan.
"Awass rusak! Jangan asal pegang dong By!" teriak dia sambil menepis tanganku.
"Iihh pelit banget."
Dug jedug jedug.... jedug jedug..... jedug jedug.....
Kepalaku auto gerak-gerak ngikutin alunan musik.
"Keluar jangan ganggu." suruh Chandra.
"Gue gak ganggu ya."
"Gue mau konsenterasi. Lo keluar deh!", paksa dia. Chandra sekarang mendorong tubuhku keluar dari kamarnya. Lalu menutup pintunya.
Brakk.
"Ck! Dasar pelit!"
Mentang-mentang punya barang baru yaa! Emm apatuh namanya benda itu. DJ? Oiya bener alat buat DJ.
Ih Chandra apaan deh, dia ngikutin gaya kak Raymon ya?
Hmm...
~to be continue...