Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~9
Setelah melepaskan kemeja yang di pakai oleh Demian, Monica nampak mengusap lembut dada bidang suaminya itu. Sungguh ia sudah menunggu hari ini selama 8 tahun.
Ia merindukan sentuhan laki-laki itu, merindukan keperkasaannya yang pernah menguasai tubuhnya 8 tahun yang lalu.
Masih teringat jelas di mana waktu itu, Monica mengajak Demian minum-minum di bar sampai mabuk. Lalu mengajaknya bercinta di sebuah hotel, padahal saat itu dirinya sedang mengandung janin dari pria lain.
Dan kali ia akan melakukannya lagi, tapi bukan untuk menjebaknya tapi semata-mata ia lakukan agar ia bisa cepat mengandung janin laki-laki itu.
Setelah puas menatap dada bidang suaminya, tangan Monica perlahan turun menyentuh resleting celana bahan laki-laki itu.
"Ah tidak, aku lebih suka kalau dia melepaskannya sendiri. Aku suka keliaranya di atas ranjang seperti dulu."
Urung melepaskan celana panjang yang suaminya itu pakai, Monica justru menanggalkan pakaiannya sendiri hingga kini tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuh polosnya.
Setelah itu ia mulai menyentuh suaminya itu, memberikan rangsangan agar laki-laki itu sedikit sadar dari mabuknya.
Ketika Monica mulai melahap bibir sang suami, Demian nampak mengerjapkan matanya. Tubuhnya memanas, entah sadar atau tidak Demian langsung membalas ciuman Monica tak kalah rakus.
Dan itu membuat Monica melengkungkan bibirnya, akhirnya sebentar lagi rencananya akan berhasil.
Demian yang kini berada di atas tubuh Monica, perlahan nampak menjauhkan bibirnya. Kemudian di usapnya bibir Monica yang nampak basah dan itu membuat Monica semakin melengkungkan senyumnya.
Lalu tangan Demian semakin turun ke leher jenjang Monica, di usapnya dengan lembut hingga membuat Monica mengerang kegelian.
Namun perlahan Demian mencengkeram leher putih Monica dan semakin lama cengkeraman tersebut menjadi sebuah cekikan yang sangat kuat.
Hingga Monica nampak tersengal kehabisan napas. "Sa-sayang a-apa yang kamu lakukan ?"
"Apa kamu masih mau hidup, hah ?" bentak Demian murka.
Wajahnya memerah, rahangnya mengeras dan matanya menatap dengan penuh amarah.
Monica yang merasa di ambang kematian hanya bisa menganggukkan kepalanya, berharap suaminya itu melepaskan dirinya.
Demian semakin mengeratkan cekikannya hingga membuat Monica melotot kehabisan napas.
"Mulai sekarang, jangan pernah berani menyentuhku atau menginjakkan kaki di kamarku lagi. Mengerti ?" hardik Demian.
Kemudian ia langsung menjauhkan tangannya dari leher Monica, lalu segera beranjak dari ranjangnya.
Monica yang merasa terbebas langsung mengambil napas sebanyak mungkin, setelah itu dengan ketakutan ia beranjak dari ranjang tersebut.
Memunguti pakaiannya, kemudian segera pergi meninggalkan kamar tersebut.
Setelah melihat sang istri pergi, Demian langsung berteriak pada kepala pelayannya itu.
"Ya tuan, ada yang bisa saya bantu ?" Pak Salim nampak ketakutan ketika melihat amarah di wajah majikannya tersebut.
"Siapa yang mengizinkan wanita itu masuk ke dalam kamar saya ?" hardik Demian, ia nampak duduk di sofa yang ada di kamarnya.
"Maaf tuan, tadi anda dalam keadaan mabuk lalu tuan Victor membawa anda ke kamar. Ketika saya ingin mengganti pakaian anda, nyonya bilang biar beliau saja yang melakukannya." sahut pak Salim.
Demian nampak memijit pelipisnya yang terasa nyeri karena alkohol yang ia minum tadi.
"Lain kali awasi wanita itu, jangan sampai masuk ke kamar saya." perintahnya kemudian.
"Baik, tuan."
"Sekarang bersihkan kamar ini dan ganti seprainya, saya mau mandi." perintah Demian lagi, setelah itu ia beranjak ke dalam kamar mandinya.
Demian nampak memejamkan matanya di bawah guyuran air shower, hampir saja dirinya terpedaya oleh Monica yang sengaja merangsang tubuhnya.
Namun bayangan Ariana, sejenak menari-nari di ingatannya hingga ia tersadar kembali.
Keesokan harinya.....
"Pagi Dad." sapa Olive ketika melihat Ayahnya itu baru menuruni anak tangga.
"Pagi, sayang. Apa mau Daddy antar pagi ini ?" sahut Demian.
"Benarkah Daddy mau mengantarku sekolah ?" Olive terlihat senang.
Untuk pertama kalinya ayahnya itu mau mengantarnya tanpa ia merengek terlebih dahulu.
Monica nampak mengulas senyumnya, sepertinya suaminya itu telah menyesali perbuatannya yang hampir melenyapkan nyawanya semalam.
"Kamu tidak sarapan dulu, mas ?" tanya Monica karena suaminya itu hanya melewati meja makan begitu saja.
Demian nampak menatap padanya sejenak, setelah itu berlalu pergi.
"Cepetan Olive, Daddy buru-buru." teriak Demian sembari melangkahkan kakinya keluar rumahnya.
Olive langsung meninggalkan sarapannya yang belum di sentuhnya, kemudian ia segera menyambar tasnya.
Sedangkan Monica yang di tinggal sendiri di meja makan nampak meremas sandwich di tangannya.
Ia sengaja bangun pagi untuk menyiapkan sendiri sarapan buat sang suami, namun jangankan di sentuh, di lirik saja tidak sama laki-laki itu.
Sesampainya di sekolahnya Olive, Victor langsung mengantar bocah kecil itu masuk ke dalam kelasnya.
Sedangkan Demian nampak mengawasi setiap orang yang mengantarkan anaknya ke sekolah.
Ia sengaja berangkat pagi ke sekolahnya Olive, berharap bisa bertemu dengan Ariana.
Tak berapa lama seseorang yang Demian tunggu akhirnya datang juga, namun sepertinya pagi itu Ariana datang seorang diri ke sekolah tanpa putranya.
Beberapa saat kemudian Ariana kembali keluar dari sekolah tersebut, lalu berjalan menyeberang tepat di depan mobil Demian.
"Ariana."
Gumam Demian seraya melihat Ariana dari dalam mobilnya, setelah Ariana agak menjauh. Ia segera keluar dari mobilnya, kemudian mengikuti langkah Ariana yang nampak masuk ke dalam sebuah gang sempit.
"Loh mas kok ada di sini ?" Ariana nampak kaget ketika melihat Herman yang baru keluar dari rumahnya.
"Aku habis melihat Ricko, panasnya sangat tinggi apa kamu sudah memberikannya obat ?"
"Sudah mas, 30 menit yang lalu sebentar lagi juga turun kok demamnya. Mbak Widya masih di dalam mas ?" tanya Ariana.
"Iya, kamu selesaikan saja membuka warungmu. Biar Widya yang merawat Ricko." ujar Herman.
"Terima kasih Mas." sahut Ariana.
"Sepertinya Ricko kangen ayah kandungnya, Rin." ucap Herman kemudian.
Sedari tadi ia mendengar Ricko mengigau memanggil ayahnya.
"Tidak apa-apa, Mas. Dia kalau sakit memang seperti itu." sahut Ariana.
"Yang sabar ya Rin, ada mas dan Widya yang akan selalu bersama kalian."
"Terima kasih Mas, aku yang tidak enak sama mas. Semoga saja mas tidak terkena masalah gara-gara kemarin." ucap Ariana.
"Tidak apa-apa kok, saya tahu pak Demian orangnya profesional. Beliau tidak akan mencampur adukkan masalah pribadi dan pekerjaan." sahut Herman menenangkan.
Ariana menganggukkan kepalanya, kemudian ia bersiap-siap membuka warungnya.
Disisi lain, Demian yang melihat keakraban antara Herman dan Ariana nampak semakin geram. Sayangnya ia tidak bisa mendengar perbincangan mereka berdua.
Setelah puas menatap Ariana dari kejauhan, kemudian Demian berlalu pergi dari sana.
"Vic, suruh Herman ke ruangan saya !!" perintah Demian sesampainya di kantornya.
Demian nampak mengetuk-ngetuk pensil di atas mejanya, entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini.
Bersambung......
.
Hay guys, sebelumnya Othor mohon maaf yang sebesar-besarnya ya mulai besok Othor mohon ijin untuk hiatus ( berhenti menulis sementara waktu, sampai waktu yang tidak di tentukan ) karena kesehatan Othor yang kurang fit jadi tidak memungkinkan untuk bisa menulis seperti biasanya.
Othor memohon maaf pada semua readers, jika selama ini ada kata-kata Othor yang sengaja atau tidak sengaja sempat menyinggung perasaan kalian semua, mohon di maafkan thanks 🙏🙏🙏
wah kamu tuh Victor ga menghargai Nina..
hijrah
ini zinah ya ukhty ya akhy 😊
tunggakan bacaan ini sudah banyak yang melenceng dari ajaran syariat Islam
hijrah ke jalan yang benar dan lurus dengan pemahaman para ulama Sunnah
setidaknya gak harus kerja di bar