Bukan musuh tapi setiap bertemu ada saja yang diperdebatkan. Setiap hari mereka bertemu, bukan karena saking rindunya tapi memang rumah mereka yang bersebelahan.
Mungkin peribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' itu memang benar adanya. Karena intensitas keduanya yang sering bersama membuat hubungan antara mereka makin dekat saja.
Di usia Abhista Agung yang ke 31, masalah muncul. Dia ditodong untuk segera menikah, mau tidak mau, ada atau tidak calonnya, ibu Abhista tak peduli! Yang penting ndang kawin, kalau kata ibunya Abhi.
Lalu bagaimana cara Abhi mewujudkan keinginan sang ibu? Apa dia bisa menikah tahun ini meski calonnya saja belum ada?
Ikuti kisah Abhista selanjutnya di Emergency 31+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pagi itu...
Jangan 'bermain-main' dengan Abhista Agung jika tidak ingin menderita di sisa hidupnya!
Hanya kalimat yang Abhi simpan sendiri di dalam hati karena Abhi adalah tipe laki-laki yang tidak suka bermain-main dengan apapun. Itu sebabnya dia memilih advokat sebagai ladang mata pencahariannya. Bukan sok lurus tapi dia memang bukan seseorang yang bengkok, dalam hal berpikir juga bertindak, Abhi selalu mengedepankan sebab akibatnya terlebih dahulu.
"Aku yang laporin dia ke pihak berwajib. Nggak ada kata damai, mau dia anak jenderal sekalipun. Aku ingin dia tetap mendekam di penjara." Abhi bicara dengan Dewa yang sedang berada di kantornya.
"Ya bagus. Lagian orang kayak gitu kalo dibiarin lepas bakal jadi sampah masyarakat." Dewa mendukung 100% apapun yang dilakukan adiknya.
"Semua bukti udah komplit? Apa kamu butuh bantuan ku?"
Dewa memang seorang pengusaha tapi jangan tanyakan berapa besar kepak sayap relasi yang dia punya, sebagai sosok pengusaha sukses tentu saja dia punya banyak kenalan dekat di trah kepemerintahan.
"Nggak perlu. Barang bukti kuat, aku mengambil rekaman cctv di tempat kejadian. Memberi bukti visum dan keterangan saksi yang pasti memberatkannya." Kata Abhi lugas.
"Mamah bilang kamu yang nyelametin dia. Naksir ya?"
Masih berperan sebagai wartawan yang mewawancarai seorang, Dewa bahkan tersenyum menggoda adiknya.
"Sini. Dekat sini."
Dewa sangat bersemangat ketika Abhi mengintruksikan pada dirinya untuk mengikis jarak, Dewa bahkan sampai berdiri dari tempatnya duduk.
"Apa. Apa?" Seperti bocah saja mereka ini.
"Ke-po." Dan Abhi sengaja memenggal satu kata itu menjadi dua kata yang mengakibatkan makian yang diperdendangkan Dewa padanya.
"Wedoos! Balik sana ke perut emak mu. Nggak ada sopan-sopannya sama orang tua!" Keluh Dewa mendengus kesal.
"Sopan sama kamu itu rugi. Nggak menghasilkan apapun." Dan Abhi langsung beranjak dari ruang tamu.
Di depan, dia bertemu Sekar yang habis berbelanja sayuran di tukang sayur langganan.
"Mau kemana mas?" Tanya Sekar membawa plastik belanjaannya.
"Sebelah mah."
"Mau ketemu sama Deepika?"
"Iya."
"Makin dekat aja kamu mas sama dia. Kalian pacaran?"
"Enggak."
"Ah masa, kok mamah nggak percaya sih mas. Dari kejadian kamu nolongin dia, kalian jadi makin intens bareng-bareng. Atau jangan-jangan kalian lagi backstreet?"
"Enggak mah."
"Mas, Deepika itu baik.. Mungkin ada hal yang mamah nggak tau yang kalian sembunyikan dari mamah. Tapi, sebagai orang tua.. Mamah ingin yang terbaik buat kamu."
Kali ini Abhi mengerutkan keningnya. "Maksudnya apa mah?"
"Ya gimana ya mas.. Mamah kayak kurang srek kalo kamu sama Deepika pacaran, apalagi sampai serius. Agak kurang pantes aja gitu."
"Kurang srek? Kurang pantes? Kurang apa lagi mah?"
Sekar tidak langsung menjawab. Dia malah bingung mau berkata apalagi untuk menasehati anaknya.
"Ya kan banyak gadis yang bisa kamu pilih jadi pasangan kamu mas. Masa iya sama tetangga dekat rumah, kayak gimana gitu lho mas..."
Belum juga mulai dan masalah sudah terlihat jelas di depan mata. Seperti yang sudah-sudah, Sekar agak rewel soal jodoh pilihan Abhi sendiri. Kalau saja Sekar tahu jika Abhi saja belum melakukan pendekatan apalagi menyatakan perasaan pada Deepika tapi sudah diberi kartu peringatan untuk berhenti mendekati, pasti Sekar makin getol menyodorkan gadis lain sebagai ganti Deepika.
"Apa yang salah dengan tetangga dekat rumah mah? Jelaskan sekarang aja, mumpung perasaan ku belum terlalu dalam ke dia."
Deg
"Mas.. Kamu beneran serius sama dia?" Jawaban Abhi tadi seperti menghujam jantung Sekar.
"Apa aku masih boleh main-main di usia segini? Mamah sendiri yang bilang agar aku cepet-cepet nikah kan? Lagian juga, belum tentu Deepika mau sama aku."
"Kalau menurut mamah tetangga dekat rumah itu nggak cocok sama aku, mending jodohin aku sama beruang kutub aja yang tinggalnya jauh dari sini."
Dan apa kabar dengan Sekar setelah mendengar ucapan putranya? Dia melongo. Yang benar saja, meski dia tidak begitu setuju dengan 'jodoh lima langkah' tapi ya nggak pake konsep punya mantu beruang kutub juga kali. Sekar tepok jidat sambil geleng kepala.
Tanpa bisa dihentikan, Abhi sudah sampai di depan pintu rumah Deepika. Untuk apa dia di sana?
"Pagi tant. Aku mau ketemu Deep. Mau ngajak sarapan bareng. Boleh?"
Sani yang membuka pintu. Tamu di pagi hari adalah tetangga samping rumah, oke lah.. Sani tetap tersenyum ramah. Tidak ada alasan bagi Sani untuk menolak pemuda itu, apalagi setelah aksi heroiknya menyelamatkan Deepika dari percobaan pemerkosaan yang akan dilakukan Sae pada anaknya, Sani makin percaya pada Abhi. Dia lelaki baik yang bisa menjaga Deepika. Dalam artian lebih bisa dipercaya daripada Sae tentunya.
"Boleh mas. Lagian semenjak kejadian tiga hari lalu, dia jadi murung banget. Untung ada mas Abhi yang selalu hibur Dee, sekali lagi makasih ya mas, mas Abhi begitu baik dan pengertian. Bisa ngemong Dee yang lagi manja kayak gitu."
Abhi hanya tersenyum tanpa mengucapkan apa-apa. Tentu saja Deepika tidak sedang bermanja-manja, efek dari pelecehan yang Sae lakukan pada Deepika sedikit banyaknya membuat gadis itu trauma. Dia jadi menjaga jarak dari siapapun, meski belum resmi mengundurkan diri dari dunia penyiaran tapi sepertinya akan sulit untuk Deepika kembali ke dunia yang membesarkan namanya itu.
"Mau jalan-jalan? Aku temenin." Tanya Abhi tapi lebih terdengar seperti tawaran terhadap Deepika yang kini sudah berdiri menuruni tangga.
"Bilang aja minta ditemenin jalan-jalan." Deepika seolah tau apa yang dipikirkan Abhi.
"Itu juga kalo kamu mau."
"Kalo nggak?"
"Masalahnya, aku nggak ngasih pilihan lain."
"Dih. Oke ayo. Mau ngajak kemana sih emangnya mas?"
Tidak menjawab, Abhi memilih berdiri dan berpamitan pada Sani. Bukan hanya Abhi yang sengaja mengambil cuti tapi Sani pun menjalankan kiosnya cukup di rumah saja. Dia punya orang kepercayaan yang bisa menghandle segala keperluan kios tanpa harus Sani turun langsung ke tempat kerjanya. Semua itu Sani lakukan untuk menemani putrinya melewati massa sulit ini. Meski terkesan galak dan kolot, Sani adalah single parent yang sangat menyayangi anaknya.
Dan untuk Abhi, dia tidak punya jadwal khusus untuk selalu hadir di kantor. Apalagi dia sedang menangani kasus Deepika, meski tidak ada omongan langsung dari Deepika untuk memenjarakan Sae tapi Abhi tidak akan membiarkan Sae bebas berkeliaran begitu saja setelah apa yang dia lakukan pada Deepika.
Pagi yang indah, sinar matahari hangat membuat siapapun betah berada di bawah naungan cahayanya. Dan Abhi mengajak Deepika sarapan di tengah hamparan hutan pinus yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Lihatlah senyum Deepika yang selalu muncul kala sampai di tempat mengesankan ini, senyuman itu bagai magnet yang mampu menarik perhatian Abhi untuk terus menatap pada Deepika.
"Di sini adem banget mas. Aku suka." Deepika kembali memamerkan senyum manisnya.
"Iya. Aku juga suka."
"Suka apa?"
"Kamu." Ucap Abhi menatap serius ke arah Deepika.
"Eh.. Ngaco." Deepika langsung membuang pandangan ke arah lain.
Menatap Abhi lebih dari lima detik membuat aliran darahnya memanas, ada sesuatu yang aneh dalam sistem kerja tubuhnya. Seperti jantung yang berdetak lebih cepat dan pipi yang tiba-tiba semerah buah tomat saat mata mereka beradu pandang. Tentu saja Deepika tidak mau disebut keganjenan dengan memutuskan menamai perasaan aneh itu dengan nama umum yang dipakai seluruh umat manusia yaitu, cinta! Karena hati mungilnya yang selembut tofu itu belum siap membuat komitmen apapun dengan siapapun di saat seperti ini.
Di area hutan pinus itu ada kafe cantik yang menyajikan makanan serta minuman yang pasti membuat siapapun memuji kelezatan setiap menu yang disajikan. Tak terkecuali Deepika. Gadis itu memang sangat menyukai segala sesuatu tentang alam, saat diajak sarapan di tempat seperti ini otomatis bibirnya terus mengulas senyum dan berbagai pujian dia berikan pada menu yang terhidang di depan mata.
"Mas Abhi." Deepika mengaduk makanannya. Kembali menatap Abhi dengan intens.
"Dalem."
"Makasih ya.. Mas baik banget, selalu ada buat aku, nolongin aku, hibur aku pas lagi down kayak gini.. Serius deh. Mas tuh baiknya luber-luber. Dan.. Aku suka banget pas manggil mas Abhi, jawabnya selalu sehalus itu... Dalem. Gitu, nyes aja didengernya."
Deepika bukan ingin cari muka, cari perhatian atau nyari koin yang hilang! Jelas bukan! Tak ada maksud apapun ketika dia menyampaikan kalimat ungkapan terimakasihnya itu pada Abhi, setulus hati dia berkata seperti itu karena dia rasa perlu melakukannya.
"Suka banget? Jangan bilang kamu sedang menyatakan perasaan mu padaku." Ucap Abhi membuat Deepika gelagapan.
"Eh, enggak mas. Nggak gitu. Maksudnya suka banget sama tutur kata mas Abhi pas aku manggil mas lho, kedengaran sopan banget di telinga.. Gitu lho mas."
Deepika menjelaskan maksud dari perkataannya tapi malah tergagap dalam mengucapkannya.
"Iya aku paham."
"Apa yang mas paham? Aku nggak mau ya, mas Abhi salah sangka."
Abhi menatap lembut ke arah Deepika. Tangannya terulur untuk membantu menyimpan anak rambut yang menutupi pipi gadis di depannya ke belakang telinga.
"Aku nggak mau sama beruang kutub. Udah aku putuskan.." Ucap Abhi menarik tangannya kembali.
Sesaat Deepika diam. Dia baru menangkap omongan Abhi setelah beberapa detik kemudian.
"Beruang kutub? Hah, apa mas? Putuskan apa?" Ucap Deepika kebingungan.
"Pacaran sama aku. Mau?"
Dan sendok di tangan Deepika jatuh menyentuh tanah mendengar apa yang Abhi katakan barusan. Itu dia ditembak? Eh.. Maksudnya.. Abhi sedang menyatakan cinta ke Deepika gitu?
\_\_\_\_\_\_\_🔥🔥\_\_\_\_\_\_\_\_
Jangan lupa klik bintang 5 di tombol rate dan beri ulasan di sana ya man teman. Terimakasih ☺️
inget gak kata Abhi, kamu bakal cemburu hanya dg mendengar nama Abhi disebut sama ciwik lain 😌
skrg keknya terbukti deh, dah betmut kan kamu?! 😅🤣
astaghfirullah minal khotoyaaaa
gak capek?!
misal nih ya, misaaaaallll kamu bisa bersama dg Abhi pun, kamu gak akan bahagia lho.. wong di hati Abhi gak ada kamu samsek..
seumur hidup itu lama woy.. mau kamu buang sia² waktu yg ada hanya utk mengemis cinta dari lelaki yg melirikmu pun ogah
kurang kah bukti yg sudah ada?? 😏