Di bawah cahaya bulan, istana di lembah tersembunyi menjadi saksi kelahiran seorang bayi istimewa. Erydan dan Lyanna, pengemban Segel Cahaya, menyambut putri mereka dengan perasaan haru dan cemas.
"Dia adalah harapan terakhir kita," ujar Erydan, matanya menatap tanda bercahaya di punggung kecil bayi itu.
Lyanna menggenggam tangannya. "Tapi dia masih bayi. Bagaimana jika dunia ini terlalu berat untuknya?"
Erydan menjawab lirih, "Kita akan melindunginya."
Namun di kejauhan, dalam bayang-bayang malam, sesuatu yang gelap telah bangkit, siap mengincar pewaris Segel Cahaya: Elarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon monoxs TM7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Penjaga Kekuatan
Elarya terbangun dengan suara alam yang menyambut pagi. Udara di sekitarnya terasa segar, membawa semilir angin yang menenangkan, namun kegelisahan dalam hatinya tak kunjung mereda. Sesuatu yang lebih besar dari sekadar rasa takut menghantui setiap langkahnya. Dunia yang selama ini ia kenal sudah berubah, dan kini ia harus berjalan menuju takdir yang tidak ia pahami sepenuhnya.
Pagi itu, Kael sudah siap dengan perlengkapan mereka. Api unggun yang sebelumnya menyala telah padam, dan sisa-sisa bara api tampak menyala merah di bawah tanah. Elarya duduk perlahan, memijat pelipisnya yang sedikit pusing. Tidak ada yang seperti sebelumnya, dan ia tahu bahwa setelah hari ini, hidupnya akan sepenuhnya berubah.
“Apakah kamu siap?” tanya Kael, suaranya tenang namun penuh makna. Ia memandang Elarya dengan tatapan yang jauh lebih dalam dari yang ia tunjukkan sebelumnya.
Elarya mengangguk, walaupun hatinya masih dipenuhi keraguan. "Aku tidak tahu apa yang akan kita hadapi, Kael, tapi aku tidak punya pilihan selain mengikuti ini."
Kael mengangguk pelan, lalu berjalan menuju arah timur. "Kita akan menuju ke sebuah tempat yang sangat jauh dari sini. Tempat yang dijaga oleh para penjaga kekuatan. Mereka akan membantumu untuk mengendalikan segel itu, dan mengajarkanmu lebih banyak tentang siapa dirimu."
“Penjaga kekuatan…” Elarya mengulang kata itu, merasa ada keanehan dalam setiap penyebutannya. Siapakah mereka sebenarnya? Mengapa mereka menjaga keseimbangan dunia ini?
Mereka berjalan sepanjang hari, mengikuti jalan sempit yang membelah hutan dan melewati sungai-sungai kecil. Elarya tidak tahu berapa jauh mereka sudah berjalan, namun yang ia tahu adalah, meskipun perjalanan mereka masih jauh dari selesai, ada sesuatu yang berbeda. Cahaya yang meresap ke dalam hatinya mulai terasa lebih nyata. Mungkin itu adalah kekuatan yang Kael katakan. Namun, meskipun ia merasa lebih kuat, kegelisahan itu masih ada, menandakan bahwa perjalanan ini jauh dari mudah.
Malam menjelang, dan mereka mendirikan kemah di sebuah dataran tinggi yang menghadap lembah luas. Keindahan alam di sekitar mereka tidak dapat menutupi ketegangan yang ada dalam diri Elarya. Hatinya dipenuhi dengan banyak pertanyaan, yang tak tahu harus ia kemanakan.
"Kael," panggil Elarya setelah mereka makan malam, menatap api unggun yang menyala dengan riang. "Kenapa para penjaga itu harus melindungi segel cahaya? Apa yang mereka inginkan darinya?"
Kael duduk di sampingnya, matanya tertuju pada api yang membakar kayu kering. "Para penjaga kekuatan bukan hanya melindungi segel, mereka melindungi keseimbangan dunia. Tanpa segel cahaya, dunia ini akan tenggelam dalam kegelapan, kehilangan semua kehidupan yang ada. Segel cahaya adalah sumber kehidupan, dan hanya mereka yang memiliki darah pilihan yang dapat mengendalikannya."
Elarya memandangi Kael, mencoba menyelami lebih dalam tentang apa yang dia katakan. "Tapi kenapa aku?" tanyanya dengan suara rendah. "Kenapa aku yang dilahirkan dengan segel itu, dan bukan orang lain?"
Kael menghela napas. "Itu adalah pertanyaan yang bahkan aku tidak tahu jawabannya. Takdir bekerja dengan cara yang tidak bisa dipahami. Tetapi, yang aku tahu adalah, kekuatan itu ada padamu karena kamu yang dipilih oleh dunia ini. Kekuatan ini bukan hanya untukmu, Elarya. Ini untuk dunia. Untuk menyelamatkan semuanya."
"Untuk menyelamatkan semuanya…" Elarya mengulang kata-kata itu, merenungkannya. Tapi bagaimana mungkin dia yang seorang gadis biasa bisa menyelamatkan dunia? Itu terasa seperti sebuah beban yang tak tertahankan. Seperti sesuatu yang terlalu besar untuk ia emban.
Kael berdiri, menatap jauh ke arah langit malam yang penuh dengan bintang. "Di balik segel itu, ada banyak hal yang belum kamu ketahui, Elarya. Dan para penjaga itu adalah kunci untuk memahaminya."
Elarya tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia menatap api unggun itu, membiarkan pikirannya melayang jauh. Namun, ada satu hal yang terus menghantui pikirannya. Sejak pertemuannya dengan Kael, dunia yang ia kenal semakin jauh. Dan ia tahu, perjalanannya baru saja dimulai.
---
Esok paginya, setelah matahari terbit, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Hutan semakin jarang, digantikan oleh pemandangan pegunungan yang menjulang tinggi di kejauhan. Mereka tiba di kaki gunung yang besar, dan Kael menunjuk ke arah sebuah gua yang terletak di atas batu besar.
"Itu tempat mereka berada," kata Kael dengan suara rendah namun penuh penekanan. "Kita sudah hampir sampai."
Elarya menatap gua itu dengan cemas. Gua itu tampak sangat sunyi, seolah menunggu sesuatu yang besar. Kael memimpin jalan, memasuki gua dengan langkah mantap. Elarya mengikutinya, meskipun rasa takut menguasai dirinya. Semakin ia melangkah lebih dalam, semakin gelap gua itu, hanya diterangi oleh nyala obor yang Kael bawa.
Di dalam gua, suasana semakin mencekam. Udara menjadi semakin dingin, dan suara langkah kaki mereka bergema di sepanjang dinding gua yang licin. Tiba-tiba, Kael berhenti dan menatap ke depan, di mana ada sekelompok sosok yang berdiri tegak di sana, menunggu kedatangan mereka.
Mereka adalah penjaga kekuatan.
Penjaga pertama adalah seorang pria tinggi dengan rambut putih perak yang mengalir panjang. Matanya yang tajam menatap mereka dengan serius, sementara tubuhnya dilapisi oleh jubah hitam yang terlihat begitu ringan namun kuat. Di sampingnya, ada seorang wanita dengan rambut merah seperti api dan mata yang berkilau seperti permata. Di sebelahnya berdiri seorang pria tua yang tampaknya memiliki pengalaman yang sangat dalam—matanya tertutup, tetapi aura kekuatan yang memancar darinya begitu kuat.
Kael melangkah maju dan memberi penghormatan. "Saya membawa Elarya, sang pewaris segel cahaya," katanya dengan suara yang dalam.
Penjaga pertama, pria berambut perak itu, mengangguk pelan. "Kami telah menunggu kedatanganmu, Elarya," katanya dengan suara yang seperti angin. "Saatnya kamu belajar."
Elarya menatap mereka semua dengan rasa kagum dan cemas. Ia merasakan tekanan yang luar biasa—seperti ada sesuatu yang menunggu untuk dilepaskan. Tanpa berkata-kata, penjaga wanita yang berambut merah mendekat dan menatap Elarya dalam-dalam.
"Mulailah perjalananmu untuk memahami segel yang ada dalam dirimu, Elarya," kata penjaga wanita itu dengan suara yang lembut namun tegas. "Hanya dengan pemahamanmu, segel itu bisa bertahan, dan dunia ini bisa diselamatkan."
Elarya mengangguk pelan, menyadari bahwa jalan yang terbentang di depannya adalah perjalanan yang akan mengubah takdirnya selamanya. Ia telah memasuki dunia yang jauh lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.
---
Elarya melangkah memasuki gua bersama Kael, merasakan suasana yang semakin gelap dan mencekam seiring mereka semakin dalam. Setiap langkah mereka menggema, seolah gua ini menyimpan rahasia-rahasia yang sudah lama terlupakan. Elarya menatap ke sekitar, mencoba mencari tanda-tanda kehidupan, namun hanya keheningan yang menjawab. Di dalam gua, bahkan udara terasa lebih berat, dan meskipun ada cahaya dari obor yang Kael pegang, bayang-bayang panjang tampak menari-nari di dinding.
Kael menuntunnya tanpa berkata apa-apa, hanya sesekali memberi panduan melalui gerakan tangan atau senyum kecil yang jarang terlihat. Elarya merasakan ketegangan semakin meningkat, dan pertanyaan yang menggelayuti pikirannya semakin mendalam. Para penjaga kekuatan ini—siapakah mereka sebenarnya? Apa yang mereka ingin ajarkan padanya? Dan, yang lebih penting lagi, bisakah dia benar-benar memahami kekuatan segel cahaya yang ada dalam dirinya?
Akhirnya, setelah berjalan cukup lama, mereka sampai di sebuah ruang besar di dalam gua. Ruangan itu tampak lebih terang dibandingkan bagian lain dari gua, berkat cahaya yang datang dari batu-batu kristal yang bersinar di dinding. Di tengah ruangan, ada sebuah batu besar yang menyerupai altar, dikelilingi oleh empat sosok yang berdiri dengan sikap yang penuh kewibawaan. Mereka mengenakan jubah panjang yang tampak kuno, dengan simbol-simbol yang tidak dikenali oleh Elarya. Masing-masing dari mereka memiliki aura yang sangat kuat, yang bisa ia rasakan meskipun mereka tidak bergerak.
Kael berhenti di depan salah satu penjaga, seorang pria tinggi dengan rambut perak yang mengalir panjang dan wajahnya yang tampak tidak tergoyahkan. Di sebelahnya berdiri seorang wanita dengan rambut merah cerah, dan di sisi lainnya, seorang pria tua dengan jubah yang lebih sederhana namun matanya yang penuh kebijaksanaan memancarkan kekuatan yang dalam.
"Ini adalah Elarya," kata Kael dengan suara yang dalam dan penuh hormat. "Pewaris segel cahaya."
Keempat penjaga itu mengamati Elarya dengan tatapan yang penuh makna, seolah sedang menilai sejauh mana dirinya siap menghadapi ujian yang akan datang. Mereka tidak berbicara seketika, tetapi suasana di sekeliling mereka berubah. Elarya merasa seolah-olah ada energi yang kuat mengalir di udara, menyelimuti dirinya dan membuatnya merasa lebih terjaga. Sesaat, ia merasa lelah, tetapi kemudian ia merasakan kekuatan aneh yang mengalir dalam dirinya—seperti ada cahaya yang mulai menyala di dalam dirinya.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Elarya, berusaha mengumpulkan keberanian untuk berbicara. Suaranya terdengar sedikit gemetar, meskipun ia berusaha agar suaranya terdengar lebih kuat.
Pria berambut perak itu memandangnya dengan tajam. "Kamu akan memulai perjalananmu di sini, Elarya. Kamu harus belajar memahami segel cahaya dalam dirimu. Segel itu adalah kekuatan yang tidak hanya melindungi dunia ini, tetapi juga menahan kegelapan yang berusaha menghancurkan semuanya."
Elarya menelan ludah, merasa semakin berat beban yang ada di pundaknya. "Tapi bagaimana aku bisa mengendalikan sesuatu yang aku bahkan tidak tahu bagaimana cara kerjanya? Segel itu ada di dalam diriku, tapi aku tidak tahu bagaimana aku bisa menggunakannya."
Wanita berambut merah itu mendekat dan mengamati Elarya dengan sorot mata yang penuh perhatian. "Kekuatan segel itu bukan hanya soal mengendalikan. Kekuatan itu berasal dari hati. Hanya dengan memahami dirimu sendiri, kamu akan dapat mengendalikannya. Tidak ada yang bisa mengajari kamu untuk menggunakannya dengan sempurna, karena itu adalah perjalanan pribadi. Tetapi kami akan membimbingmu, memberikanmu pengetahuan untuk memahami bagaimana kekuatan ini bekerja."
Pria tua yang berdiri di sisi wanita itu mengangguk pelan. "Hanya dengan latihan dan pemahaman, segel itu bisa bekerja dengan baik. Tapi ada hal lain yang perlu kamu tahu, Elarya. Kekuatan dalam dirimu tidak datang tanpa konsekuensi. Setiap kekuatan datang dengan harga yang harus dibayar. Apa pun yang kamu pilih untuk lakukan, akan ada yang harus dikorbankan."
Kata-kata itu menggema dalam diri Elarya, membuatnya merasakan ketegangan yang semakin berat. Ia tidak bisa mengabaikan perasaan cemas yang mulai menguasai pikirannya. Apa yang dimaksud dengan harga yang harus dibayar? Apakah itu berarti ada sesuatu yang akan hilang dalam perjalanannya nanti? Sesuatu yang sangat berharga?
Tiba-tiba, pria berambut perak itu berbicara lagi. "Kami akan mengajarkan dasar-dasar pengendalian segel cahaya. Ini adalah latihan pertama." Ia melangkah ke altar batu besar dan meletakkan tangannya di atasnya. "Segel cahaya tidak akan mengungkapkan dirinya begitu saja. Kamu harus belajar untuk membuka hatimu, dan hanya ketika hatimu terbuka, segel itu akan memberikanmu petunjuk."
Kael mengangguk dan berdiri di samping Elarya. "Inilah tempat di mana kamu akan mulai memahami segelmu, Elarya. Jangan takut. Semua ini adalah bagian dari perjalananmu."
Elarya menatap altar itu, mencoba menenangkan pikirannya. "Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya lagi, kali ini dengan lebih tenang.
Penjaga wanita berambut merah itu memberikan senyum lembut. "Pusatkan pikiranmu pada dirimu sendiri, Elarya. Fokus pada apa yang ada di dalam hatimu. Segel cahaya akan merespons jika kamu bisa membuka dirimu pada cahaya itu."
Dengan ragu, Elarya melangkah maju menuju altar, merasakan seluruh ruang itu terisi dengan keheningan. Ia tahu bahwa saat ini adalah momen yang sangat penting, namun entah mengapa ia merasa seolah ada yang menarik dirinya ke dalam kegelapan. Ia berhenti di depan altar, menutup matanya, dan berusaha menenangkan hatinya.
"Segel cahaya, aku memohon. Aku ingin mengerti," bisiknya pelan, dan tiba-tiba, sepertinya ada sesuatu yang bergerak di dalam dirinya. Sebuah energi yang kuat mengalir melalui tubuhnya, memenuhi setiap sudut jiwa dan raga Elarya. Cahaya terang tiba-tiba menyelimuti dirinya, dan untuk pertama kalinya, Elarya merasakan kekuatan segel itu bergerak dalam dirinya.
Namun, cahaya itu bukan hanya memberikan kekuatan. Itu juga mengingatkan dirinya pada sesuatu yang jauh lebih gelap. Sesuatu yang bersembunyi di balik kekuatan itu.