Sebuah kecelakaan merenggut pengelihatannya. Dia merupakan dokter berbakat yang memiliki kecerdasan tinggi, tampan dan ramah menjadi pemarah.
Beberapa perawat yang dipekerjakan selalu menyerah setiap satu pekan bekerja.
Gistara, gadis yang baru lulus dari akademi keperawatan melamar, dengan gaji tinggi yang ditawarkan dia begitu bersemangat. Hampir menyerah karena tempramen si dokter, namun Gista maju terus pantang mundur.
" Pergi, adanya kamu nggak akan buatku bisa melihat lagi!"
" Haah, ya ya ya terserah saja. Yang penting saya kerja dapet gaji. Jadi terserah Anda mau bilang apa."
Bagaimna sabarnya Gista menghadapi pasien pertamanya ini?
Apakah si dokter akan bisa kembali melihat?
Lalu, sebenarnya teka-teki apa dibalik kecelakaan yang dialami si dokter?
Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter dan Perawat 03
" Lo serius Gis mau nyoba nglamar kesana?"
" Hu um itu kesempatan buat gue, gajinya beneran gede nggak ya Vic?"
Victor menggelengkan kepalanya. Ia tahu bahwa reaksi Gista akan seperti ini tapi meskipun begitu Victor tetap ingin Gista mengurungkan niatnya.
Rasanya menyesal pun tidak ada guna. Saat ini Victor mendapat jatah shift malam, jadi dia tengah menemani Gista menjaga apotek. Tentunya dengan disuruh Gista mencari info perihal lowongan pekerjaan menjadi perawat pribadi itu.
" Gis, mereka nggak betah kerja sama tuh dokter. Mentok 2 minggu. Lo pasti udah bisa bayangin kan gimana rewel dan repotnya tuh orang."
" Aaah aman kalau model begitu, bisa lah gue ngatasinnya. Lo kayak nggak kenal gue aja sih Vic. Dah buruan tanya dimana gue bisa nganter tuh lamaran. Biar gue bisa cepet-cepet kerja."
Victor menyerah, dia seharusnya sungguh tidak memberitahu Gista perihal lowongan kerja tersebut. Tapi ya itu tadi kerjaan itu memang sudah Gista impikan. Terutama jika menyangkut gaji besar.
Menjadi perawat pribadi tentu saja akan mendapat gaji yang lumayan besar, maka dari itu Victor memberitahu Gista. Hanya saja sisi lain dirinya tetap khawatir. Apalagi rumor yang beredar di kalangan perawat cukup membuatnya khawatir.
" Nih alamatnya Gis, kalau kata rejan kerja gue, tinggal dateng aja ke sana."
" Okee siap, hari ini juga gue kesana."
" Ya?"
Victor terkejut, ia yang baru saja memeriksa stok obat seketika menghentikannya dan berjalan ke arah Gista. Pemuda itu langsung memegang kedua bahu Gista dan menggoyangkannya.
" Harus sekarang juga apa? Emang nggak mau Lo pikir-pikir lagi? Coba pikirin lebih mateng lagi. Jangan asal gitu. Gis, anak-anak pada bilang kalau tuh dokter maksud gue orang yang bakalan di rawat tuh punya tempramen yang sangaaaat jelek. Gue takut lo kena mental Gis. Bukan cuman itu, dia ... ."
Victor menceritakan semua yang dia ketahui. Tentu saja bukan yang sebenarnya karena dia pun hanya mendengar dari para rekan sesama perawat.
Victor yang bercerita secara menggebu-gebu hanya ditanggapi santai oleh Gista. Ya bagi Gista apa yang dikatakan itu adalah hal yang lumrah.
Jika benar cerita bahwa dokter itu tadinya dokter berbakat dan sekarang tiba-tiba menjadi pasien yang tidak bisa melakukan apa-apa, maka dia yang menjadi tidak terkendali merupakan hal yang lumrah.
Siapapun akan seperti itu. Dan Gista bisa memahaminya. Bahkan sejenak gadis itu merasa iba. Namun yang terpenting baginya adalah gaji yang besar. Ya itu adalah poin pentingnya.
Tidak perlu munafik, profesi apapun pasti menginginkan gaji. Orang bekerja yang dicari apa, ya gaji. Jadi ketika gaji besar menjadi sebuah iming-iming maka pasti akan berusaha di dapatkan. Dengan catatan pekerjaan tersebut halal dan tidak melanggar hukum ya ada.
Plak
" Tenang aja Vic, yang begituan gue udah ahlinya. Lo kan tahu nih pala and hati sekeras baja. Jadi lo nggak perlu kuatir. Ya udah gue ijin cabut oke. Thanks banget udah ngasih info itu ke gue semalem."
Gista menepuk bahu Victor, dengan senyuman dan wajah penuh keyakinan, Gista benar-benar bertekad untuk melamar sebagai perawat pribadi sang dokter.
Dari semalam dia memang sudah menyiapkan lamaran ketika Victor memberitahunya tentang pekerjaan itu. Dan Gista juga sudah berpikir secara matang. Ia juga bertekad bahwa jika nanti dia diterima maka dia tidak akan mundur mau seperti apa kondisinya.
" Ya udah kalau lo udah mutusin gitu, ya udah hati-hati. Gue cuman bisa doain yang terbaik buat lo."
" Thanks Vic, lo sahabat terbaik yang pernah gue punya."
Victor tersenyum, dia merasa senang melihat Gista yang penuh tekad dan semangat. Itu membuatnya sedikit merasa lega. Ya ia yakin Gista akan bisa menghadapi semua rintangan. Ia percaya akan hal itu.
Bukan baru setahun dua tahun Victor mengenal Gista. Mereka sudah mengenal dari kecil jadi Victor paham betul bagaimana perangai Gista.
" Gis bener-bener berharap lo bakalan diterima. Semangat Gis, gue yakin lo bisa."
Victor berkata demikian ketika motor Gista sudah menjauh dari rumahnya. Meskipun sedikit khawatir tapi Victor berharap Gista diterima.
Dan sepanjang jalan Gista pun terus berdoa. Dia berdoa dalam hatinya semoga kali ini pekerjaan itu bisa dia dapatkan. Karena itu mungkin menjadi kesempatan satu-satunya bagi dirinya saat ini.
Gista tidak ingin semakin merepotkan keluarga Victor. Dia tahu gaji yang diterima per bulannya dari menjaga apotek milik keluarga Victor adalah gaji diluar batas normal. Semua itu karena belas kasih dari kedua orang tua Victor yang menyayanginya.
Namun Gista tidak bisa begitu. Dia ingin berdiri sendiri dan juga membalas kebaikan dari Victor dan kedua orang tuanya.
" Vic, Mami, Papi, aku janji bakalan membalas kebaikan kalian suatu hari nanti."
Ckiiiit
Gista berdiri di sebuah bangunan. Rumah tersebut tergolong tidak besar bagi seorang keluarga kaya. Tapi jelas tampak besar bagi orang yang punya ekonomi pas-pasan macam dirinya.
Sejenak ia takjub dengan rumah yang terkesan sederhana namun tetap elegan itu. Ia bahkan sedikit ragu untuk membunyikan bel pintu.
" Fyuuuh, bismillah."
Ting tong
Ting tong
Tap tap tap
Cekleeek
" Assalamualaikum Bu, saya datang untuk melamar pekerjaan. Katanya di sini sedang mencari perawat."
" Ooh ya ya, mari Mbak masuk dulu. Saya akan memanggil Ibu dulu ya."
Gista tersenyum, sekilas ia tahu bahwa yang membuka pintu tadi mungkin adalah seorang asisten rumah tangga. Dia duduk di ruang tamu dengan sedikit berdebar. Rasanya sungguh deg-degan saat ini. Karena jujur baru sekali dia akan bertemu dengan orang yang akan memberinya kerja. Mungkin ini bisa dibilang dengan wawancara.
" Maaf ya, saya sedikit berantakan. Siapa nama Anda?"
" Nama saya Gista, Bu."
Seketika Gista terpanah melihat wanita cantik di depannya. Wanita itu berusia sekitar 50 an namun masih sangat cantik dan juga badannya nampak segar. Fokus Gista adalah wajahnya, ya wajah wanita yang mungkin saja adalah nyonya rumah itu seperti nyonya-nyonya kaya di drama korea yang sering ia tonton saat di waktu senggang.
" Silakan duduk lagi Mbak Gista. Jadi Mbak ini perawat ya sudah pernah bekerja dimana aja. Aduuh maaf, nama saya Hyejin."
" Ehmm maaf Bu, sebenarnya saya belum punya pengalam kerja untuk merawat orang. Tapi saya pengalam dalam merawat ibu saya karena ibu saya pernah mengalami sakit yang lumayan parah. Saya bekerja di apotek milik keluarga teman saya. Dan saya melamar kemari juga atas informasi dari teman saya yang bekerja sebagai perawat di RSMH."
Wajah Gista saat menjelaskan hal tersebut sedikit tampak lesu. Namun Hyejin tersenyum, ia tahu bahwa gadis di depannya itu sedang minder.
" Nggak apa, sebenarnya sekarang saya nggak perlu nyari yang berpengalaman. Saya nyari yang kuat aja ngadepin anak saya. Jika teman mu perawat pasti dia sudah cerita tentang bagaimana gosip yang menyebar tentang anak saya. Jadi apa Mbak Gista tetep mau jadi perawat anak saya?"
" Mau Bu, saya mau. InsyaAllah saya bisa."
Hyejin tersenyum, melihat semangat dari gadis yang ada di depannya itu membuat Hyejin yakin bahwa Gista mungkin bisa menjadi teman bagi Haneul. Ya saat ini hanya itu yang Hyejin pikirkan. Dia tidak lagi menginginkan banyak hal dari posisi seorang perawat.
" Baiklah kalau begitu Mbak Gista, besok kamu bisa mulai bekerja. Untuk gaji, aku akan memberimu sekian."
" Ya? Aah maksud saya baik Bu. Terimakasih, saya akan bekerja dengan baik."
TBC
Mantul thor 🥰🥰🥰
Lanjuut