Kebangkitan Sang Jenderal Di Dunia Modern

Malam itu, makan malam keluarga Zhao berlangsung dalam suasana yang lebih mencekam dari biasanya. Zhao Rong, kepala keluarga Zhao, duduk di kursi paling ujung meja, memandang Ethan dengan sorot mata tajam. Di sebelahnya duduk istrinya, Lilith Zhao, ibu dari Felix, dengan ekspresi angkuh seperti biasanya.

Ethan duduk di kursi yang biasa ia tempati, di ujung meja yang jauh dari pusat perhatian, bersama ibunya yang tetap menunduk, tidak berani menatap ke arah Zhao Rong atau Lilith. Namun, kali ini, Ethan berbeda. Ia duduk dengan tenang, punggung tegak, dan sorot matanya yang dingin membuat semua orang di meja makan merasa tidak nyaman.

Lilith Zhao memecahkan keheningan lebih dulu. "Ethan, aku tidak menyangka kau akan kembali," ujarnya dengan nada sinis. "Aku pikir, setelah kau menghilang, kau akhirnya menyadari tempatmu di keluarga ini."

Ethan tidak segera menjawab, hanya mengambil sumpitnya dengan tenang dan mengambil sepotong daging dari piring di depannya. Dia makan perlahan, seolah-olah tidak mendengar perkataan Lin Rui.

Felix, yang duduk di sebelah ibunya, mencoba ikut menekan Ethan. "Benar, Kak. Kau tahu, kita semua sangat khawatir ketika kau menghilang. Tapi aku tidak menyangka kau akan kembali ... dengan penampilan seperti ini."

Clara, yang duduk di samping Felix, menyeringai kecil. "Ya, sungguh mengesankan bagaimana seseorang bisa berubah ... setidaknya di luar."

Ethan akhirnya meletakkan sumpitnya dan menatap mereka satu per satu, mulai dari Lin Rui, Felix, hingga Clara. Senyumnya dingin, membuat atmosfer semakin berat. "Aku menghargai kekhawatiran kalian ... meskipun aku tahu itu hanya kebohongan."

Zhao Rong, yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. "Ethan, apa maksudmu? Kau kembali ke rumah ini, tapi sikapmu benar-benar tidak sopan. Kau masih bagian dari keluarga Zhao, meskipun ibumu hanya seorang pelayan. Kau seharusnya tahu tempatmu."

Ethan mengalihkan tatapannya ke Zhao Rong, pria yang seharusnya menjadi ayahnya, tetapi tidak pernah memperlakukannya seperti anak kandung. "Tahu tempatku? Tentu saja aku tahu. Aku tahu selama ini tempatku di rumah ini adalah sebagai kambing hitam, sasaran hinaan, dan alat bagi kalian untuk memuaskan superioritas kalian. Tapi aku sudah mati ... pria yang dulu kalian hina dan injak-injak sudah mati di dasar jurang. Yang duduk di sini sekarang adalah aku yang baru."

Lilith Zhao terkekeh sinis. "Kau pikir dengan kata-kata seperti itu, kau bisa mengubah sesuatu? Kau tetap Ethan yang sama. Tidak ada yang berubah."

Ethan menyandarkan punggungnya ke kursi dengan santai, tetapi aura dinginnya semakin kuat. "Kau benar, tidak ada yang berubah ... untuk kalian. Tapi aku akan pastikan, mulai hari ini, aku bukan lagi anjing peliharaan keluarga Zhao."

Felix berdiri dengan marah, mengepalkan tangannya di atas meja. "Apa maksudmu, Kak?! Kau berani bicara seperti itu di hadapan Ayah dan Ibu?!"

Ethan memiringkan kepalanya sedikit, menatap Felix dengan sorot mata yang membuat pria itu seketika merasa terintimidasi. "Aku tidak bicara omong kosong, Felix. Kalau kau ingin mengancamku, pastikan kau siap dengan konsekuensinya. Aku tidak lagi orang yang bisa kau hina atau aniaya sesuka hati."

Zhao Rong, yang merasa otoritasnya sebagai kepala keluarga sedang dirongrong, menatap Ethan dengan tajam. "Ethan, aku tidak tahu apa yang membuatmu berpikir kau bisa kembali ke rumah ini dengan sikap seperti ini. Jika kau tidak bisa menunjukkan rasa hormatmu, maka tidak ada tempat untukmu di keluarga Zhao."

Ethan berdiri perlahan, tatapannya menusuk langsung ke arah Zhao Rong. "Keluarga Zhao? Sejak kapan aku dianggap bagian dari keluarga ini? Selama bertahun-tahun, aku dan ibuku diperlakukan seperti sampah. Tapi itu sudah cukup. Jika kalian ingin aku pergi, aku akan pergi. Tapi ingat, aku akan kembali, dan pada saat itu, keluarga Zhao akan menyesali setiap perlakuan buruk kalian terhadapku dan ibuku."

Dengan kata-kata itu, Ethan berjalan keluar dari ruang makan, meninggalkan suasana tegang yang membuat semua orang terdiam. Ibunya mencoba memanggilnya, tetapi Ethan menoleh dan memberinya tatapan lembut. "Bu, aku akan memastikan kau tidak perlu lagi tunduk pada mereka. Percayalah padaku, ayo kita pergi dari sini."

Ketika Ethan keluar dari mansion, Evelyn sudah menunggunya di mobil. "Bagaimana makan malamnya?" tanyanya dengan senyum sinis.

Ethan tersenyum tipis, tapi matanya penuh dengan tekad. "Ini baru permulaan."

Di dalam mobil, suasana terasa sunyi untuk beberapa saat setelah Ethan keluar dari mansion Zhao. Dia duduk di kursi belakang bersama ibunya, sementara Evelyn mengemudikan mobil dengan tenang. Namun, tatapan Ethan tampak penuh dengan pertanyaan yang belum terucapkan.

Akhirnya, Ethan memecah keheningan. Dia menatap Evelyn melalui kaca spion, suaranya dingin tetapi penuh dengan rasa ingin tahu. "Evelyn, kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau membantuku?"

Evelyn melirik Ethan sekilas melalui spion, lalu kembali fokus pada jalan. Bibirnya melengkung dalam senyum tipis, tetapi tatapannya dingin. "Aku punya alasanku sendiri, Ethan," jawabnya singkat.

Ethan tidak puas dengan jawaban itu. "Apa alasannya? Kau bahkan tidak mengenalku sebelumnya, tetapi kau membawaku ke rumah sakit, merawatku, dan sekarang kau bahkan rela membawaku menghadapi keluarga Zhao. Aku yakin kau tidak melakukan semua ini tanpa alasan."

Evelyn menarik napas panjang, lalu menghela dengan pelan. "Kau benar. Aku punya alasan." Dia melirik Ethan lagi, kali ini dengan tatapan yang lebih serius. "Aku ingin lepas dari Felix."

Ethan mengerutkan kening. "Felix? Tunanganmu?"

Evelyn mengangguk kecil. "Ya. Dari awal aku tidak pernah setuju dengan perjodohan itu. Felix bukan pria yang pantas. Dia adalah pria egois, penuh dengan kebohongan, dan ...." Evelyn berhenti sejenak, suaranya berubah menjadi lebih dingin. "Dan dia berselingkuh dengan istrimu, Clara."

Ethan terdiam, matanya menyipit mendengar pengakuan itu. Meski ia sudah memiliki ingatan Ethan Zhao sebelumnya, mendengar hal ini langsung dari Evelyn membuat amarahnya kembali membara. "Kau yakin?" tanyanya pelan, tetapi nadanya mengandung ancaman.

Evelyn mengangguk. "Aku tidak hanya yakin, Ethan. Aku punya buktinya. Aku melihat mereka dengan mata kepalaku sendiri. Felix dan Clara berpikir mereka bisa menyembunyikan hubungan mereka, tetapi aku tahu semuanya."

Ethan mengepalkan tangannya dengan erat, matanya menatap tajam ke depan. "Jadi, alasanmu membantu aku adalah untuk menggunakan aku sebagai cara melawan Felix?"

Evelyn tersenyum tipis. "Tidak sepenuhnya. Aku membantumu karena aku tahu kau berbeda sekarang. Kau bukan lagi Ethan Zhao yang lemah dan pengecut seperti yang mereka pikirkan. Kau punya sesuatu yang bisa membuat Felix dan Clara mendapatkan apa yang pantas mereka dapatkan. Dan dengan membantu kau, aku juga mendapatkan kebebasanku."

Ibu Ethan, yang duduk diam di sampingnya, akhirnya angkat bicara dengan suara pelan. "Nona Evelyn, apa yang kau katakan ini ... benar?"

Evelyn menoleh sebentar ke arah wanita itu, matanya menunjukkan rasa hormat. "Ya, Bibi. Aku tidak ingin berbohong. Felix bukan pria baik, dan aku yakin Ethan bisa mengatasi mereka."

Ibu Ethan menundukkan kepalanya, suaranya terdengar sedih. "Aku tidak tahu semua ini terjadi. Aku hanya ingin Ethan hidup bahagia, tetapi sepertinya kami hanya membawa masalah ke mana pun kami pergi."

Ethan menggenggam tangan ibunya dengan lembut. "Bu, kau tidak perlu merasa seperti itu. Semua ini bukan salahmu. Mulai sekarang, aku yang akan melindungi kita berdua. Aku akan pastikan tidak ada yang bisa menyakiti kita lagi."

Evelyn melirik Ethan lagi melalui spion, tersenyum tipis. "Kalau begitu, Ethan, aku harap kau benar-benar siap. Dunia modern ini mungkin terlihat damai, tetapi di baliknya ada medan perang yang bahkan lebih licik dari apa pun yang pernah kau alami."

Ethan tersenyum dingin, tatapannya penuh dengan keyakinan. "Aku pernah memimpin ribuan prajurit di medan perang yang penuh darah dan tipu muslihat. Kalau ini hanya perang licik, maka itu bukan apa-apa bagiku."

Mobil itu melaju meninggalkan kawasan mansion Zhao, tetapi percakapan itu menandai dimulainya strategi besar Ethan untuk membalas dendam dan merebut kembali martabatnya.