Bagi Krittin, pernikahan ini bukanlah tentang cinta—melainkan tentang balas dendam. Bertahun-tahun ia menyimpan kebencian mendalam terhadap keluarga Velora, yang dianggapnya telah menghancurkan keluarganya dan merampas segalanya darinya. Kini, dengan perjodohan yang dipaksakan demi kepentingan bisnis, Krittin melihat ini sebagai kesempatan emas untuk membalas semua rasa sakitnya.
Velora, di sisi lain, tidak pernah memahami mengapa Krittin selalu dingin dan penuh kebencian terhadapnya. Ia menerima pernikahan ini dengan harapan bisa membawa kedamaian bagi keluarganya, tetapi yang ia dapatkan hanyalah suami yang memandangnya sebagai musuh.
Ruang hati sang kekasih adalah kisah tentang pengkhianatan, luka masa lalu, dan perjuangan antara kebencian dan cinta yang tak terelakkan.
bagaimana kisah mereka? yuk kepoin kelanjutan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yarasary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Dalam ruangan yang gelap gulita, satu-satunya cahaya yang menjadi penerang adalah layar laptop dengan tampilan yang menayangkan film romantis hasil rekomendasi dari sang pengawal. Hanian terduduk bersandar pada sandaran kasur, menikmati alur film sambil sesekali mengunyah biji kuaci dalam genggaman nya.
Ting.
Suara notifikasi sontak membuat gadis manis itu menoleh, menatap ponsel nya yang menyala di atas laci, lalu mengulurkan tangan untuk meraihnya. Kening Hanian mengerut kala tampilan yang berada di layar kunci tengah menunjukkan pesan singkat dari nomor tak di kenal, memilih untuk mengabaikan nya tetapi suara dentingan notifikasi itu kembali terdengar hingga mau tak mau Hanian harus membuka nya. Melihat apa yang sebenarnya ingin di lakukan orang iseng di sana.
081xxxxxxxx
Hai Zizi.
Rasa terkejut melihat isi pesan membuat tubuh Hanian seketika terduduk tegak, kulit kuaci dalam genggaman nya berhamburan tapi tak ia hiraukan. Tak ingin ketinggalan alur cerita, Hanian mem- pause drama dalam laptop nya, dan kembali pada ponsel.
081xxxxxxxx
Apa kabar?
" Tunggu, kenapa orang asing ini tahu nama ku? " Gumam nya heran.
Aizivella Zelda:
Siapa?
Hanian menggigit ujung jari kelingking nya, berharap dia bukan orang jahat yang berusaha menjebak dan meretas data milik nya.
081xxxxxxxx
Oh, kau melupakan ku? Jahat sekali!
Aizivella Zelda:
Aku tidak mengenal mu. Tolong berhenti saja jika tujuan mu hanya main-main.
" Apa stalker sekarang banyak yang sok akrab? Siapa yang melupakan nya, aku saja tidak tahu siapa dia? " Gerutu Hanian seorang diri.
Beranjak menghidupkan lampu kamar dan membersihkan kekacauan yang di perbuatan nya, bukan hanya kulit biji kuaci saja yang berjatuhan tetapi boneka- boneka kesayangan Hanian terlempar ke mana-mana saat merasa kesal atau senang dengan film yang sedang ia tonton. Melupakan fakta jika itu menyulitkan dirinya sendiri karena harus ekstra bersih-bersih sendiri sebab tak ingin di amuk oleh kakak nya.
" Apa lagi yang dia mau? " Gumam Hanian, memutar bola mata kala suara notifikasi terdengar lebih banyak.
081xxxxxxxx
Kau tidak bisa di ajak bercanda.
Kenapa begitu dingin?
Padahal aku berharap bisa berhubungan baik dengan mu.
" Orang gila ini! Apa aku hapus saja? Oh tidak, sebaiknya aku tanya dulu dari mana dia mendapatkan nomor ku. "
Aizivella Zelda:
Dari mana kau tahu nama ku?
Dan nomor ini! Siapa yang memberi mu?
081xxxxxxxx
Kita berkenalan dengan baik.
Dan kau sendiri yang menuliskan nomor ini di lengan ku, apa kau lupa itu.
Aizivella Zelda:
Aku tidak ingat.
081xxxxxxxx
Dasar gadis cantik pelupa.
" Hah, dia berani mengkritik ku. " Hanian menyinggung kan senyum sinis. Kembali membalas pesan yang di rasa mengesalkan namun membuat nya tertarik.
Aizivella Zelda:
Kau orang aneh!
Akan ku hapus nomor mu.
Bye.
081xxxxxxxx
Hei, tunggu.
Maaf aku hanya bercanda, aku Celio. Apa kau sungguh tidak ingat?
Hanian seketika berdiri dari duduk nya, " Celio? " Ucap nya, lalu sepintas ingatan muncul saat terakhir kali mereka bertemu, saat di mana dirinya dengan senang hati menuliskan nomor telpon milik nya di lengan kekar remaja itu.
Aizivella Zelda:
Kau sungguh Celio?
081xxxxxxxx
Iya sayang, apa kau sudah mulai mengingat nya.
Aizivella Zelda:
Panggilan macam apa itu? Kalau saja kau tidak jujur lebih cepat mungkin sudah ku hapus sekarang.
081xxxxxxxx
Aku hanya menebak, apa kau sedang menunggu pesan dari ku atau tidak? dan aku kecewa ternyata bukan nya di inginkan aku malah di lupakan oleh mu.
Hanian tersenyum, merasakan sesuatu menggelitik perut nya hanya karena membaca pesan dari remaja laki-laki yang tak lama ini ia jumpai. " Kenapa dia sangat manis? "
Aizivella Zelda:
Terlalu banyak orang iseng akhir-akhir ini, jadi ku pikir kamu salah satu dari mereka.
Celio Kaldareth:
Benarkah? Seberapa banyak?
Aizivella Zelda:
Sekitar sepuluh lebih, dan rata-rata dari mereka tidak sopan.
Celio Kaldareth:
Sebaiknya jangan membalas pesan apapun dari nomor asing, bisa saja mereka mengirimkan pesan untuk melacak lokasi mu.
Aizivella Zelda:
Termasuk diri mu tadi.
Celio Kaldareth:
Oh... Aku minta maaf, aku tidak tau kalau kau sepopuler itu sampai harus to the poin kalau mau bertukar pesan.
Hanian terkekeh, " Seperti nya aku tidak butuh film lagi mulai sekarang. "
Suara pintu terbuka mengejutkan Hanian hingga ponsel dalam genggaman nya nyaris menyentuh lantai, tetapi untuk tangan nya lebih cepat menangkap hingga berhasil menyelamatkan ponsel kesayangan nya.
" Kenapa? " Suara Krittin terdengar.
" Kak Tin, " Hanian tersenyum, melupakan ponsel nya dan beralih mendekat untuk bergelayut manja di lengan kekar sang kakak, "kakak baru pulang? "
" Hmm, " Tangan Krittin terulur mengusap pucuk kepala Hanian, " Turunlah, kita akan makan malam bersama. "
Kepala Hanian mengangguk antusias, " Apa dokter Arsenal juga ikut? "
" Dia baru saja pergi, ada panggilan darurat dari rumah sakit, jadi dia tidak sempat mengabari mu. "
Keduanya melangkah turun, Hanian melirik hidangan yang sudah tersaji tapi di atas meja, menarik kursi untuk di dudukinya dan tak melepas pandangan dari sang kakak.
" Kenapa masih belum makan? " Tanya Krittin, menyadari Hanian yang terus melihat ke arah nya.
" Kak Tin tidur di sini kan malam ini? "
Krittin mengunyah makanan nya, lalu perlahan mengangguk bersama senyum Hanian yang semakin terukir lebar, "makanlah sebelum makanan nya dingin. "
Hanian menurut, memasukan sesuap nasi dengan semangat hingga tak sadar jika dirinya makan lebih banyak malam ini. Mungkin karena perasaan nya yang membaik sebab Krittin tak lagi menghindari nya, dan mereka kembali baik-baik saja sekarang.
Krittin yang melihat hanya mampu tersenyum gemas saat mulut Hanian terlihat penuh hingga pipi nya menggembung, apa mungkin adik nya ini sangat lapar sampai begitu bersemangat nya? Padahal tak ada hidangan istimewa di sana, tetapi Krittin senang. Setidaknya Hanian bisa makan dengan baik untuk saat ini.
" Biar aku bantu cuci piring. " Ucap Hanian yang sudah berdiri di samping tubuh Krittin dan merampas spon berbusa dari tangan kakak nya.
" Kau tidak lelah? " Tanya Krittin, amati wajah Hanian yang sejak tadi terhiasi senyuman.
" Aku tidak melakukan apapun seharian ini, jadi tidak ada alasan aku bisa lelah. " Hanian menghidupkan kran air, membilas dengan hati-hati karena licin akibat busa sabun yang masih melekat di piring.
Krittin meraih kain serbet untuk di usapkan pada telapak tangan Hanian, kembali mengusap pucuk kepala gadis itu sebelum menunduk untuk mencium kening nya, " Tidurlah. "
" Kak... "
Krittin menoleh saat tangan yang lebih mungil itu menahan lengan nya, " Ada apa? "
" Temani aku tidur? " Pinta Hanian.
Krittin menangkup wajah bundar dengan mata bulat ke abu-abu an itu, " Apa kau takut, hmm? "
" Kalau aku jawab iya, apa kak Tin tidak akan menolak ku? " Hanian menyentuh tangan Krittin yang masih memegangi pipi nya. Berharap kali ini ia tak mendapat penolakan.
" Aku hanya ingin tidur di temani kakak. "
Krittin mengulas senyum, " Oke, kakak akan temani kamu tidur, Ayo. "
Hanian bersorak ria dalam hati, memasuki kamar nya dan merebahkan tubuh dalam rengkuhan hangat yang tidak pernah bosan ia rindukan. tangan Krittin tak tinggal diam dan terus bergerak mengusap punggung Hanian, semakin menaikkan selimut hingga menutupi pundak gadis itu agar tak sampai merasa kedinginan. Hingga tak lama rasa nyaman itu membuat Hanian terlelap dengan cepat, menjelajahi alam mimpi yang bahkan sebelum ia tidur bisa ia tebak akan bermimpi indah karena kehadiran sang kakak di sebelah nya.
" Nice dream sayang, " Bisik Krittin, mengecup kening Hanian lama sebelum kembali menatap wajah damai gadis manis kesayangan nya.
.
.
*****