“Jangan berharap anak itu akan menggunakan nama keluarga Pratama ! Saya akan membatalkan pernikahan kami secara agama dan negara.”
Sebastian Pratama, pewaris tunggal perusahaan MegaCyber, memutuskan untuk membatalkan pernikahannya yang baru saja disahkan beberapa jam dengan Shera Susanto, seorang pengacara muda yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 tahun.
Shera yang jatuh pingsan di tengah-tengah prosesi adat pernikahan, langsung dibawa ke rumah sakit dan dokter menyatakan bahwa wanita itu tengah hamil 12 minggu.
Hingga 1.5 tahun kemudian datang sosok Kirana Gunawan yang datang sebagai sekretaris pengganti. Sikap gadis berusia 21 tahun itu mengusik perhatian Sebastian dan meluluhkan kebekuannya.
Kedekatan Kirana dengan Dokter Steven, yang merupakan sepupu dekat Sebastian, membuat Sebastian mengambil keputusan untuk melamar Kirana setelah 6 bulan berpacaran.
Steven yang sejak dulu ternyata menyukai Kirana, berusaha menghalangi rencana Sebastian.
Usaha Steven yang melibatkan Shera dalam rencananya pada Sebastian dan Kirana, justru membuka fakta hubungan mereka berempat di masa lalu.
Cover by alifatania
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Calon Istri
Sabtu sore sekitar jam 6, mobil mewah Sebastian yang disopiri oleh Dion berhenti di depan salon yang cukup terkenal.
“Pak Bas nggak turun jemput Kirana ?” goda Dion sambil melirik boss nya dari spion tengah.
“Kamu aja yang turun,” jawab Sebastian tanpa mengalihkan pandanganny dari handphone.
“Katanya calon istri, Pak ?” Dion kembali menggoda sambil terkekeh.
Sebastian tetap memilih menunggu di mobil dan membiarkan Dion yang menjemput Kirana.
Tidak sampai 5 menit keduanya sudah keluar dan berdiri dekat mobil. Dion mengetuk kaca pintu belakang memberitahu kalau Kirana akan masuk ke mobil.
“Selamat sore Pak Sebastian,” sapa Kirana saat sudah duduk manis di sebelah bossnya.
“Sore…” Sebastian langsung tercengang menatap wanita di sebelahnya yang terlihat berbeda. Kalau tadi Kirana tidak menyapanya lebih dulu, Sebastian tidak yakin kalau yang masuk ke dalam mobilnya adalah Kirana.
“Awas kemasukan lalat, Pak,” Kirana terkekeh.
Sebastian jadi salah tingkah karena terpesona dengan penampilan Kirana yang terlihat berbeda sore ini. Cantik, puji Sebastian dalam hati.
“Bagaimana usaha saya merubah penampilan Kirana, Pak ?” Dion bertanya sambil senyum-senyum dan melirik Sebastian dari spion tengah.
Sebastian hanya berdehem dan menoleh ke samping. Wajahnya ditopang tangan kirinya yang bersandar di batas jendela mobil.
“Lumayan,” gumamnya pelan.
“Yah kalau lumayan berarti saya nggak cocok menjadi calon istri Bapak malam ini,” keluh Kirana dengan wajah sedikit manyun.
“Jadi kamu mau batalin, Ki ?” Goda Dion dari depan.
“Lebih baik begitu, daripada saya nanti malu-maluin Pak Bas di depan kenalannya,” sahut Kirana.
“Eh mana bisa begitu,” protes Sebastian sambil menoleh menatap Kirana.
“Saya sudah keluar uang banyak untuk membuat kamu seperti sekarang ini. Lagian mana mungkin saya cari pengganti kamu dalam waktu yang mepet begini.”
“Bapak yakin nggak malu memperkenalkan saya sebagai calon istri Bapak ?” Kirana memiringkan wajah dan mendekati Sebastian.
“Yakin !” Jawab Sebastian cepat dan langsung memundurkan badannya hingga menempel ke pintu. Dia terkejut karena wajah Kirana lumayan dekat dengan wajahnya.
“Awas kalau nanti Bapak berubah pikiran ya,” ancam Kirana sambil mengarahkan telunjuknya ke depan muka Sebastian, membuat mata pria itu langsung terbelalak.
“Jangan-jangan nanti saya ditinggalkan di tengah acara,” ujar Kirana melanjutkan ucapannya.
Dion tertawa melihat perlakuan Kirana pada Sebastian. Sama sekali tidak sesopan biasanya seperti di kantor. Dan Dion melihat kalau Sebastian tidak langsung marah seperti biasa kalau ada wanita-wanita cantik menggodanya.
“Tenang Ki, kalau Pak Sebastian ninggalin kamu di tengah acara, saya pasti akan membawa kamu pulang dengan selamat,” sahut Dion.
Sebastian melihat ke spion tengah untuk menatap Dion dengan mata melotot. Dion semakin tertawa melihat sikap boss nya itu.
Akhirnya mobil Sebastian berhenti mulus di depan lobby hotel berbintang 5 yang menjadi tempat acara ulangtahun Tuan Herdiman Notohusodo ke 61.
Dion turun dari kursi sopir dan membukakan pintu untuk Kirana. Sebastian yang keluar dari pintu lainnya langsung memutari mobil dan menghampiri Kirana.
Dion sudah menyerahkan kunci pada petugas valet. Kirana nampak terdiam berdiri di tempatnya.
“Kamu kenapa ?” Sebastian mendekat dan bertanya dengan suara pelan.
“Saya belum biasa pakai sepatu tinggi, Pak. Takut jatuh,” jawab Kirana dengan pelan juga.
Sebastian tertawa pelan lalu mengambil tangan Kirana dan meletakkannya di lengan pria itu.
“Pegangan padaku saja, jangan dilepas,” ucapan lembut Sebastian disertai senyuman manisnya.
Kirana melongo melihat Sebastian bersikap begitu manis padanya, belum lagi senyumannya itu membuat kaki Kirana tiba-tiba lemas. Jadi ingat kata-kata Mbak Widya kalau Sebastian itu bisa bikin ciwi-ciwi pada meleleh dan klepek-klepek kayak ikan kekurangan air.
“Bapak jangan jauh-jauh ya dari saya,” Kirana berbisik kembali. “Saya berasa deg deg kan banget nih jalan berdua seperti ini sama Pak Bas.”
Sebastian tertawa mendengar ucapan Kirana, apalagi ekspresi gadis itu terlihat polos dan apa adanya.
“Bukannya biasanya kamu gadis pemberani ?” ledek Sebastian masih dengan suara pelan.
“Kalau menghadapi Bapak saja tidak masalah, tapi ini harus mengaku sebagai calon istri Bapak di depan banyak orang,” lirih Kirana.
Sebastian menggenggam jemari Kirana yang merangkul lengannya dan kembali menatap Kirana sambil tersenyum. Jantung Kirana makin berdegup kencang.
“Jangan gugup, aku memilihmu karena yakin kalau kamu pasti bisa menghadapi semuanya. Dan jangan lupa,” Sebastian menyentuh hidung Kirana dengan telunjuknya. “Jangan panggil aku Bapak.”
“Terus saya harus panggil apa ?” Kirana mengangkat kedua alisnya. Sebetulnya jantungnya seperti mau copot berdandengan dengan Sebastisn, apalagi sampai ditoel sama pria ganteng itu meski cuma hidung saja.
“Sayang atau honey atau…”
“Duh kayaknya lidah saya bakalan suka kepeleset kalau menyebut kata lain selain Bapak,” potong Kirana cepat sebelum ucapan Sebastian melantur.
Sebastian terkekeh. Langkah mereka sudah semakin dekat di pintu ballroom. Di belakang mereka Dion mengikuti sambil senyum-senyum. Siapapun yang melihat Sebastian dan Kirana, pasti percaya kalau mereka adalah sepasang kekasih.
”Ingat jangan panggil aku Bapak, sayang,” Sebastian berbisik di telinga Kirana membuat bulu kuduk gadis itu meremang.
Mereka masuk ke dalam ruangan grand ballroom yang mulai dipenuhi dengan para tamu undangan.
Kirana mengedarkan pandangannya. Beberapa kali dia berdecak kagum dengan dekorasi ruangan dan panggung yang terlihat mewah. Para tamu berdiri berkelompok sambil bercakap-cakap.
“Tenang Ki, jadilah diri kamu sendiri, tapi jangan asal ngejeplak ya,” bisik Dion di samping kiri Kirana.
“Masa iya udah cantik begini masih jadi wanita bar bar,” Kirana mencibir membuat Dion tertawa pelan.
Sebastian menoleh menatap Dion dengan alis bertaut. Tangannya menggenggam kembali jemari Kirana yang terasa dingin.
“Jangan lupa kalau kamu calon istriku malam ini, sayang,” bisik Sebastian begitu dekat di telinga Kirana, bahkan pria itu meniup leher Kirana membuat gadis itu kembali bergidik.
Sebastian menghampiri 3 pria tampan yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.
“Itu para sahabatku, mereka selalu jadi tim sukses proyek-proyek besae MegaCyber,” jelas Sebastian sambil membawa Kirana mendekati ketiga pria itu.
“Hai Bro,” sapa salah seorang pria yang memakai jas abu-abu tua dipadu dengan celana hitam.
Sebastian membalas sapaan itu dengan mengangkat tangannya.
“Wah udah ada gandengan baru lagi nih,” godanya sambil menatap Kirana yang masih berpegangan pada lengan Sebastian.
“Kenalin Kira, ini tim sukses di MegaCyber,” Sebastian memperkenalkan 3 sahabatnya pada Kirana.
“Bara”
“Evan”
“Samuel, biasa dipanggil Sam.”
“Kirana.”
Kirana mulai menghafalkan ketiga wajah sahabat bossnya. Ternyata pria yang paling bawel tadi namanya Samuel.
“Kamu pacarnya Bastian ?” tanya Samuel tanpa malu-malu.
Sebastian tidak lagi bergandengan dengan Kirana. Pria itu ditemani Dion, pamit pada Kirana untuk menemui beberapa kenalan Tuan Richard.
“Calon istri,” jawab Kirana sambil terkekeh.
“What ?” Ketiga pria di depannya spontan tercengang sambil membelalakan matanya. Mereka menatap Kirana dengan ekspresi berbeda namun satu makna : tidak percaya !
“Sejak kapan ? Kok kita nggak ada yang tahu ?” Protes pria yang tadi memperkenalkan dirinya dengan nama Evan.
“Kalau soal itu tanya pada Pak Sebastian langsung,” jawab Kirana santai.
“Kok calon istri tapi panggilnya Bapak ?” Bara, pria yang terlihat paling kaku itu memicingkan mata menatap Kirana penuh selidik.
“Tanyakan juga masalah itu pada Pak Sebastian,” Kirana tersenyum tipis.
“Kamu bukan wanita bayaran, kan ?” tanya Evan sambil ikut memicingkan mata.
“Nggak lah !” Protes Kirana. “Memangnya di wajahku ada tulisan bisa disewa ?” Mulut Kirana langsung maju lima centi.
“Gemes ih,” Samuel tertawa dan ingin mencubit pipi Kirana, namun dengan sigap gadis itu menepis tangan Samuel.
“Nggak boleh sembarangan sama calon istri orang,” omel Kirana dengan mata melotot.
Samuel dan Evan bertukar pandang lalu tertawa bersama, sementara Bara masih sekali-kali melirik Korana.
“Galak bener,” ujar Evan di sela-sela tawanya.
“Kayaknya kamu bukan selera Basrian banget, deh,” timpal Samuel.
“Memangnya selera Pak Bas yang model apa ?”
Samuel memegang dagunya dan memandangi Kirana dari atas ke bawah dengan dahi sesekali berkerut, layaknya orang berpikir.
Kirana mengibaskan tangannya di depan wajah Samuel.
“Nggak sopan memandangi cewek baru kenal kayak mesin detektor,” omelnya.
Samuel lagi-lagi dibuat tertawa. Dirinya semakin yakin kalau Kirana cuma pura-pura jadi istri Sebastian.
“Kamu bisa kenal Sebastian dimana ?” suara Bara yang terdengar galak mirip dengan detektif film barat yang sedang menginterogasi penjahat.
“Mau tahu aja atau mau tahu banget ?” jawab Kirana dengan wajah santai.
Hanya Evan dan Sam yang menggeleng sambil tertawa, sementara wajah Bara terlihat semakin galak.
“Maaf Pak Bara,” Kirana mengatupkan kedua tangannya di depan wajah. “Berhubung kita akan sering ketemu, jadi saya kasih bocoran nih,” Kirana sempat menengok kanan kiri dan meminta ketiga pria iru mendekat.
“Saya ini sekretarisnya Pak Sebastian, pengganti Mbak Widya,” ucap Kirana dengan suara sepelan mungkin, takut ada orang lain yang mendengar.
“Sejak kapan ?” tanya Bara kembali.
“Bapak itu polisi atau detektif sih ? Kok tanyanya nggak habis-habis ?” Kirana menggerutu dengan muka cemberut.
Samuel dan Evan kembali tertawa apalagi melihat wajah Bara yang bertambah kesal.
“Kamu….” Bara menunjuk Kirana dengan wajah kesal. Namun belum selesai dia berucap dari belakang Kirana, terdengar suara seorang pria memanggil nama gadis itu.
“Nana !”
Kirana terpaku berdiri di tempatnya. Tanpa menoleh pun Kirana sudah hafal suara itu. Dan hanya seseorang yang memanggilnya dengan Nana.
Ketiga pria di depannya mengerutkan dahi melihat ekspresi Kirana.
“Steven !” Kirana membalikan badannya dan dengan wajah berbinar dia balik memanggil nama itu.
Steven, pria itu bergegas mendekati Kirana dan langsung memeluknya. Kirana terhuyung karena terkejut mendapat pelukan yang tiba-tiba. Dia berusaha melepaskan diri dari pelukan Steven, namun pria itu semakin erat memeluknya.
“Steven !” teguran yang cukup keras itu membuat Steven melepaskan pelukannya.
Sebastian dengan wajah memerah menahan amarah langsung menarik Kirana hingga membuat gadis itu hampir jatuh. Tidak terbiasa dengan sepatu berhak tinggi membuat Kirana sulit menyeimbangkan tubuhnya.
Dengan sigap Sebastian langsung merengkuh pinggang Kirana dan menariknya ke dalam dekapan Sebastian. Hatinya terasa panas saat melihat sepupunya itu memeluk Kirana tanpa ijin padanya.
“Nana ?” Steven menatap Kirana dengan penuh tanda tanya.
Kirana bingung harus menjawab apa. Dia belum mengetahui kalau Sebastian dan Steven adalah saudara sepupu.
“Kenapa sembarangan memeluk perempuan ?” tanya Sebastian dengan nada marah.
“Nana bukan orang baru bagiku,” jawab Steven tidak kalah galak.
“Nana ?” Sebastian mengulang panggilan itu dengan nada sinis. “Namanya Kirana, dan jangan sembarangan memeluknya.”
“Apa hakmu melarang aku memeluk sahabatku ?” Steven balik bertanya.
Sebastian menarik nafas dan mempererat genggaman tangannya pada Kirana yang sudah lepas dari pelukannya. Dia memandang mata Kirana begitu dalam, membuat jantung Kirana kembali berdegup tidak karuan.
“Tentu saja aku berhak,” ucap Sebastian tanpa menoleh pada Steven. Matanya hanya terpaku pada wajah Kirana. “Karena dia calon istriku.”
Keempat pria yang ada di dekat situ tercengang mendengar ucapan Sebastian. Hanya Dion yang bersikap biasa-biasa saja.
“Calon istri ?” gumam Steven.
“Ya, calon istri,” Sebastian tersenyum sinis dengan wajah penuh kemenangan. “Apa kamu perlu bukti ?”
Steven hanya menatap Sebastian dengan ekspresi tidak percaya.
Tiba-tiba Sebastian menarik pinggang Kirana hingga menempel padanya. Sebelah tangannya yang lain memegang pipi Kirana dan tanpa ijin gadis itu, Sebastian langsung mencium bibir Kirana begitu dalam.
Saking terkejutnya Kirana hanya bisa terbelalak dan tidak memberontak saat Sebastian mencium bibirnya.
“Ya Tuhan, kenapa ciuman pertamaku jadi begini ceritanya ?” Teriak Kirana dalam hatinya.
Sekarang bukan hanya keempat pria yang ada di dekat situ dibuat tercengang, Dion pun ikut melongo, tidak percaya kalau Sebastian akan melakukan tindakan sejauh itu.