Mayang terpaksa harus menikah dengan Randi. Ia di jodohkan oleh ibu tiri nya pada pria arogan dan tempramen itu, demi bisa melunasi hutang kakak tiri nya bernama Sonya pada Randi.
Mayang menempati rumah orang tua Randi dan satu rumah dengan mertua juga kakak ipar nya yang sudah menikah.
Selama ini Mayang selalu di perlakukan semena-mena oleh suami dan keluarga suaminya. Kecuali Rion yang merupakan suami Lia, kakak ipar Randi.
"Mayang, kenapa kamu tidur di teras? Ayo masuk, disini dingin. Apa Randi yang melakukan ini?" ajak Rion, yang baru pulang dari bekerja. Ia terkejut melihat Mayang yang tidur meringkuk diatas lantai teras.
Mayang yang kaget mendengar suara bariton milik kakak iparnya langsung duduk dan menunduk malu. "Nggak papa mas! Aku takut mas Randi akan memarahiku, jika aku memaksa masuk dan tidur di dalam."
"Keterlaluan sekali Randi, bisa-bisa nya menyuruh istrinya tidur di luar, padahal di luar hujan deras." Rion menggertakkan rahangnya hingga menegas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Seperti kata Rion semalam. Sekitar pukul setengah 6 pagi, Rion kembali mendatangi kamar tamu untuk membangunkan Mayang, ia sudah menghapal kebiasaan penghuni rumah ini. Mereka semua akan keluar kamar sekitar pukul setengah 7 pagi.
Rion mengendap-endap untuk menuju kamar tamu dan menatap segala arah sebelum memasukkan kunci pintu ke lubangnya. Karena takut aksinya di ketahui para pelayan yang sudah bangun. Semalam Rion sengaja mengunci pintu kamar tamu.
Rumah ini awalnya memang terpasang CCTV, namun karena mereka kerap menyiksa Mayang. Ibu mertua terpaksa mematikan semua CCTV nya. Karena takut Mayang mencuri video CCTV untuk melaporkan tindak kekerasan yang mereka lakukan.
Setelah memastikan semuanya aman, Rion membuka kunci pintu dan segera masuk, tak lupa ia kembali mengunci pintu kamar dari dalam.
Rion melihat Mayang yang masih tidur dengan wajah damai. Lalu mendekati Mayang dan duduk di sisi ranjang.
"Bangun Mayang, ini sudah pagi." kata Rion sambil mengusap pipi Mayang dengan lembut.
Mayang langsung terkesiap karena sentuhan lembut di pipi nya. "Kak Rion!" ucap Mayang dengan kening berkerut. Ia berusaha mengumpulkan kepingan puzzle di otaknya. Karena melihat Rion membangunkannya.
Rion tersenyum hingga memamerkan barisan giginya yang putih. "Sudah hampir setengah 6, bangun dan keluar sebelum penghuni rumah melihatmu." ucap Rion yang kembali mengusap pipi Mayang.
Mayang yang awalnya belum paham, mengapa Rion bisa masuk ke kamarnya dan membangunkannya langsung tersentak dan duduk. Kepingan puzzle sudah tersusun sempurna, sehingga ia bisa mengingat kembali peristiwa semalam.
"Astaga! Aku lupa kalau sedang di hukum tidur di luar." ucap Mayang. Lalu secepat kilat beringsut dari tempat tidur dan membenahi rambutnya.
Rion hanya memperhatikan Mayang dengan tatapan iba, terlihat jelas sekali raut ketakutan di wajah Mayang. Ia benar-benar kasihan pada wanita malang itu. Dalam benaknya ia bertekad, akan membahagiakan Mayang, jika suaminya tidak bisa melakukannya.
"Mas! Aku keluar lewat mana?" tanya Mayang dengan gugup.
"Jangan takut, mereka belum bangun. Aku akan keluar terlebih dahulu." kata Rion. Mayang mengangguk setuju, matanya beralih menatap tempat tidur yang berantakan. Sekelibat adegan panas nya dan Rion semalam, kembali berputar di kepalanya.
"Tidak usah di bereskan, setelah kau keluar, aku akan tidur di sini. Jadi tidak ada yang akan curiga jika semalam kamu tidur di kamar ini." ucap Rion, seolah mengerti kecemasan Mayang.
Mayang kembali mengangguk paham. Rion berjalan mendekati pintu, dan membukanya perlahan. Ia melongokkan kepalanya untuk melihat situasi.
Ketika di rasa aman, karena para pelayan masih sibuk berkutat di dapur, ia menarik tangan Mayang yang berdiri di belakangnya. Membawanya keluar.
Ketika sudah di luar kamar, ternyata ada seorang pelayan yang memergoki mereka berdua.
Pelayan paruh baya tersebut mengerutkan keningnya ketika melihat para menantu di rumah ini keluar dari dalam kamar tamu secara diam-diam.
"Den Rion, dan non Mayang kenapa keluar kamar tamu?" Rion dan Mayang yang akan berjalan menuju luar rumah, berjingkat kaget mendengar pertanyaan dari seorang pelayan, dari arah depan. Mereka tidak melihat keberadaan pelayan itu yang baru masuk dari depan rumah.
Jantung Mayang serasa akan lepas dari tempatnya. Lidahnya kelu untuk menjawab pertanyaan pelayan itu. Namun Rion masih terlihat tenang, dengan tetap memasang tampang datar.
"Bik, semalam aku pulang dari luar kota melihat Mayang tidur di teras. Aku tidak tau apa yang telah terjadi. Jadi aku meminta Mayang untuk masuk, dan tidur di kamar tamu. Dan pagi ini aku membangunkan Mayang, agar Mayang bisa keluar kamar tamu, sebelum para binatang itu bangun dari tidur nya. Aku harap bibik bisa menjaga rahasia ini. Aku hanya kasihan pada Mayang. Semalam hujan sangat deras, mana mungkin aku membiarkan Mayang tidur di teras dengan udara yang dingin." jelas Rion.
Pelayan tersebut akhirnya mengangguk paham. Karena semalam memang ia mendengar Mayang dan Randi kembali bertengkar. Namun ia tak mengetahui jika Randi meminta Mayang untuk tidur di luar.
"Kasihan sekali non Mayang. Saya tidak akan mengatakan hal ini pada siapapun." ucap pelayan tersebut.
Mayang yang semula menunduk karena ketakutan, langsung mendongakkan kepalanya. Matanya berkaca-kaca menatap pelayan itu.
Sementara Rion mengusap-usap punggung Mayang. "Bik, mulai sekarang. Adukan padaku apapun yang mereka lakukan pada Mayang, aku akan berusaha untuk melindungi Mayang." pinta Rion.
Pelayan tersebut mengangguk patuh, ia memiliki seorang putri seusia Mayang, tak sanggup rasanya membayangkan jika kelak putrinya akan mendapatkan kekerasan dari suami dan keluarganya ketika sudah menikah, sebenarnya ia sudah lama merasa iba pada Mayang, namun karena semua pelayan disini di ancam akan di pecat, ia hanya bisa menutup mata dan telinga ketika melihat Mayang di siksa suami dan keluarganya.
"Saya akan melakukannya den, saya juga semua pelayan rumah ini sebenarnya merasa kasihan pada non Mayang, namun kami semua di ancam jika berani menolong non Mayang, karena kami masih membutuhkan pekerjaan ini. Jadi kami memilih untuk diam ketika non Mayang di siksa." jelas pelayan yang bernama Sumi tersebut.
"Mulai saat ini aku yang akan melindungi Mayang, jadi apapun yang mereka lakukan pada Mayang, katakan padaku." terang Rion lagi.
Pelayan tersebut mengangguk patuh. Sementara Mayang sudah bersimbah airmata, karena ternyata masih ada orang yang perduli dengan dirinya.
"Sudah jangan menangis, sebaiknya kau pergi ke dapur. Aku ingin sarapan nasi goreng buatanmu!" ucap Rion. Mayang menghapus air matanya dan mengangguk. Ia berjalan menuju dapur bersama dengan bik Sumi.